Iya kalian gak salah baca judul chapternya kok:)
Jangan kaget yah
●●●Pagi ini semuanya bersiap sesuai rencana mereka kemarin, semuanya memilih menginap di masion Sanata. Venus, Daniel, Gibran, dan Zaki. Sementara Verrel memang sudah berada di Bandung.
"Kok Verrel gak pamit sama gue?" Kesal Naya.
Gibran menggaruk tengkuknya, "Ya katanya sih, takut lo gak ijinin dia" ujar Gibran diangguki Zaki.
"Verrel bilang, dia gak mau ngebebanin pikiran lo" imbuh Zaki.
"Ya tapi gak gitu juga!" Naya benar-benar kesal, mau bagaiimanapun Verrel tetap sahabatnya bukan?
"Udah, princes jangan gitu. Kan sekarang kita semua mau seneng-seneng. Verrel kan juga udah nunggu kita disana" ujar Alan membuat Naya menatapnya.
Helaan napas dari Naya terdengar oleh mereka semua, "oke, oke. Tapi Naya mau kita semua ke makam Atha dulu" pinta Naya membuat semuanya mengangguk.
"Yaudah, ayo!" Ajak Naya. Delapan remaja itupun menuju tempat pengistiratan terakhir Atha.
●●●
"Assalamualaikum, Atha" Naya mengusap pelan batu nisan bertuliskan nama Atha.
"Gue kesini mau pamit sama lo, kita semua mau ke Bandung." Naya dengan sekuat tenaga menahan air matanya yang ingin keluar. Naya sudah berjanji kepada abang, sepupu, dan teman-temannya untuk tidak menangis lagi. Naya harus ikhlas!
"Maaf, kali ini kita gak bisa ngajak lo bareng. Dan ini semua salah gue kan Tha? Gue minta maaf sama lo..." Lirih Naya menunduk, air matanya kembali menetes tetapi dengan cepat dia hapus.
Rafael mengusap pundak Naya menguatkan. "Atha lo yang tenang ya disana. Makasih kenangannya" ujar Naya tersenyum manis menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Kita pamit ya Tha, kita bakal sering-sering kesini kok" pamit Naya kemudian memejamkan matanya diikuti yang lainnya untuk berdoa dan setelahnya mereka kembali ke mobil.
"Nanti mau kemanapun jangan sendirian, ajak salah satu dari kita!" Tegas Alan membuat Naya memutar bola matanya malas.
"Iya iya!" Kesal Naya.
Gini banget punya abang posesif! Batin Naya kesal.
●●●
"Pakai jaketnya, princes!"
"Jangan lari-lari gitu Nay, nanti lo bisa jatuh!"
"Jangan jauh-jauh dari kita!"
Sudah cukup! Naya benar-benar kesal. Kesannya bukan seperti liburan, kemana-mana dilarang.
"Kalian kenapa sih! Gue mau menikmati kota Bandung" Naya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Disini dingin, ntar lo sakit. Mereka semua peduli sama lo" ujar Rafael sambil menyampirkan sebuah jaket pada Naya.
Naya menoleh kearah Rafael yang berada disampingnya. "Ya tapi gak gitu juga! Posesif!" Gerutu Naya menatap satu-persatu pria yang ada dihadapannya.
"Kita itu gak mau ya Nay, pulang-pulang kepala kita semua hilang gara gara lo kenapa-napa" ujar Daniel mengingat ancaman Zein kepada mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Female Friends✅
Teen Fiction"Menurut gue temen cewek itu gak asik!" Itulah yang selalu diucapkan Naya ketika ada yang bertanya kepadanya kenapa tidak berteman dengan perempuan. Naya, gadis cantik namun bar-bar yang tidak pernah takut dengan siapapun kecuali Allah. Gadis dengan...