22

151 20 0
                                    

Sudah 3 hari perkataan dari Syukron membuatnya terus kepikiran. Zahra hari ini memutuskan untuk menjawabnya. Daripada ditunda terlalu lama. Nanti disangka PHP lagi.

Jam olahraga memang sangat digemari oleh siswa. Terlebihnya pak Hasan sedang tak masuk akibat ada acara keluarga. Jadi membuat mereka sedikit bebas.

Siswa lelaki, mereka sedang bermain basket. Yang perempuan, hanya menonton dari pinggir lapangan saja.

Aisyah mengibas-ngibaskan tangannya ke atas agar terlihat oleh Zahra. Dan menyuruhnya untuk menyusuli ke arahnya.

Zahra dan Aisyah. Mereka beda tempat. Aisyah lebih dekat menontonnya. Ia tadi pamit pergi ke kantin untuk membelikan minum terlebih dahulu. Jadi, Aisyah berpindah tempat.

Zahra mulai menyusuli ke arah Aisyah.

"Woy tangkap ni Al!" Kata Yoga yang ingin melemparkan bola kepada Aldi.

Bola dilempar dengan sangat kencang. Tapi tidak tertuju kepada Aldi. Bola basket akan tertuju kepada punggung Zahra.

"Ra awas!" Aisyah berteriak. Bola akan terkena kepada Zahra.

Dug!

Bola terkena punggung Azam. Ia berusaha untuk melindungi Zahra agar tak kena bola itu. Zahra membalikkan tubuhnya. Ia membulatkan matanya. Azam melindunginya?

"Zam kamu gapapa?" Tanya Zahra khawatir.

"Enggak papa." Azam menampilkan senyumnya. Padahal sedikit sakit. Tapi ia bisa menahannya. Daripada kena Zahra.

"Zam. Maaf." Kata Zahra yang sudah merasa bersalah.

Pandangan dari arah lapangan dan pinggir lapangan terarah kepada Azam dan Zahra.

"Enggak papa. Gausah minta maaf. Kamu gapapa kan?" Tanya Azam.

Zahra menggelengkan kepala.

Aldi hanya menatap keberadaan mereka saja. Untungnya Azam langsung melindungi Zahra. Kalo tidak. Mungkin Zahra sedang mengaduh kesakitan sekarang.

"Gimana sih yog. Gue ada dimana. Ngelemparnya kemana." Ucap Aldi.

"Iyee.. tadi ada semut dipinggang gue. Mangkanya gak tau tuh lempar kemana." Ucap Yoga.

"Yok lanjut main. Ati-ati lo!" Ucap Ervan yang menepuk bahu Yoga.

Azam mengambil bola basket itu. Ia lanjut bermain bersama yang lain. Sedangkan Zahra, ia menyusuli ke arah Aisyah.

"Kamu gapapa ra?" Aisyah meneliti setiap tubuh Zahra. Ia khawatir dengan sahabatnya itu.

"Zahra gapapa syah." Zahra menampilkan senyumnya. Lucu, Aisyah meneliti setiap bagian tubuh Zahra.

"Ihh.. gapapa, kok ketawa?" Tanya Aisyah cemberut.

"Abisnya. Kamu sampe ngeliatin setiap badan Zahra terus." Zahra dengan kekehan kecil.

"Yuk minum. Aku udah beli nih. Sama beli snack juga. Buat ngemil." Ucap Aisyah yang melihatkan barang yang di belinya di kantin tadi.

"Syukron syah." Ucap Zahra yang membuka botol air mineral itu.

"Iyaa.. santai aja."

Mereka mengemil dipinggir lapangan. Sambil menonton laki-laki yang sedang main basket.

Beberapa menit kemudian.. mereka mengistirahatkan. Sudah cukup untuk main basketnya. Matahari sudah sangat menyorot. Jam menunjukkan pukul 08:30.

Jessica dan Amel menyusuli Aldi, Yoga, dan Ervan. Jessica membawa makanan dan minuman untuk mereka.

"Hai guys! Capek kan? Nih." Jessica mengeluarkan snack dan air mineral. Yoga dengan cepat langsung mengambilnya.

Mereka bertiga akhirnya meminum. Dan membuka snack yang diberikan oleh Jessica itu.

Jessica terduduk disebelah Aldi. Ia menatap Aldi yang hanya fokus menatap ke arah depan.

"Lo kenapa?" Tanya Jessica.

"Gapapa. Emang ada apa?"

"Emangnya gue keliatan beda gitu?" Lanjutnya.

"Iya beda. Lo kayak lesu!"

"Masa sih?"

"Lo kepikiran Zahra ya?" Bisik Jessica.

Aldi langsung menengok ke arahnya.

Aldi hanya terdiam. Jessica memang benar. Ia selalu bisa menebak apa yang ada dipikiran Aldi.

Aldi pun hanya meganggukinya saja.

"Kenapa? Lo udah mulai suka sama Zahra. Tapi lo harus mundur kan? Karena Zahra gak suka sama lo." Lagi-lagi Jessica tahu semua yang ada dipikiran Aldi.

"Lo dari dulu gak pernah berubah ya. Selalu pinter nebak. Heran gue." Ucap Aldi yang mengacak-acak rambut Jessica.

"Ihhh Al! Jangan diacak-acak." Decak Jessica.

"Iya-iya!" Kemudian Aldi mencubit hidung Jessica.

"Al!" Decaknya lagi.

Aldi tertawa kecil. Syukurnya Jessica bisa membuatnya sedikit tertawa. Yaa.. walaupun gabisa ngubah semuanya.

Jessica menatap wajah Aldi dari arah samping. Jessica tersenyum. Ia bisa menikmati wajah Aldi lebih dekat.

"Yuk ke kelas. Nanti telat kena omel bu cungkring!" Ucap Yoga yang sudah berdiri.

"Iya juga ya. Otak lu kadang sedikit pintar ga." Ledek Ervan.

"Yee.. emang gue pinter kali." Katanya dengan sombong.

"Kata siapa lu pinter. Kan kata Ervan sedikit pinter." Ucap Amel.

Mereka akhirnya tergelak. Dan memutuskan untuk mengganti baju. Setelah itu memasuki kelas.

____

Zahra pulang dijemput Rey. Kakaknya akhirnya bisa menjemput dirinya. Jika bertemu dengan Aldi. Mungkin sudah diajak paksa untuk pulang bareng.

Ngomong-ngomong soal Aldi. Tumben ia tak mengganggunya hari ini? Apa persetujuan Zahra memang benar-benar akan dilakukan Aldi? Tapi rasanya tidak mungkin. Ia kan cowok menyebalkan. Bisa juga kan dia ingkar?

"Dek" ucap Rey.

Zahra menatap Rey.

"Kata Ayah. Sekarang kita jangan dulu pulang ke rumah. Kita ke rumah sakit dulu. Untuk ngecek kamu. Kebetulan dokter Irwan ada di rumah sakit." Jelas Rey.

"Oooh gitu. Yaudah.." ucap Zahra.

"Terus Ayah sama Bunda udah disana bang?" Tanya Zahra.

"Iya. Mereka udah sampe. Lagi nungguin sekarang."

Tak membutuhkan waktu lama. Akhirnya mereka sampai. Mereka menyusuli kedua orang tua mereka yang sudah menunggu dilorong rumah sakit itu.

"Alhamdulillah kalian sudah nyampe" ucap Bunda.

"Mau diperiksa sekarang?" Tanya dokter Irwan.

"Iya dok" ucap Zahra.

"Bismillah ya Allah.." Batin Zahra.

Zahra dan dokter Irwan memasuki ruangan. Dokter mulai mengecek Zahra. Setelah beberapa menit kemudian. Zahra dan dokter Irwan pun keluar.

"Hasilnya cek labnya akan saya kasih besok. Kalo mau kesini pagi ya. Soalnya saya lagi banyak tugas." Kata dokter Irwan.

"Yasudah. Baik dok. Terima kasih dok" ucap Rama.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Mari." Kemudian dokter Irwan pergi.

"Semoga hasilnya memuaskan ya." Ucap Rama dengan penuh harapan.

"Aamiin"

" Yuk! Sekarang kita pulang."

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang