70

428 29 6
                                    

Azam sesekali mengepal lengannya dan menggertakan giginya. Rasa gugup masih ia rasakan. Entah harus bagaimana lagi ia harus menurunkan rasa gugupnya itu. Tapi ia mencoba membuang nafasnya perlahan.

Rama, ayah Zahra sudah mengulurkan lengannya agar berjabat tangan dengan Azam. Azam menerimanya dan sudah berjabat tangan.

Dengan menyebut bismillah. agar Allah mempermudah ijab Qabulnya. Azam lagi-lagi juga mengatur nafasnya perlahan agar lebih rileks dengan gemuruh di dadanya.

"Ya Fachrul Azam Ramadhan bin Ali Ramadhan ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Fatimah Azzahra Ramadhani bil mahril 100 jiram hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur  wa radhiitu bihi, wallahu waliyutt taufiq."

Semua yang ada di dalam masjid serempak mengucapkan halal, tempat dimana berlangsungnya pelaksanaan akad nikah Azam & Zahra.

Azam mengusap air matanya yang sudah terjatuh itu. Mungkin ia menangis bahagia. Hingga menjatuhkan air matanya.

Alih-alih Zahra keluar di dampingi oleh Aurel dan Aisyah. Zahra terduduk di sebelah suaminya itu. Azam memakaikan cincin kawin mereka begitu juga dengan Zahra. Lalu Zahra mencium punggung tangan Azam yang kini sudah menjadi suaminya.

Meski ada sisa air matanya. Azam lagi-lagi mengusapnya. Mereka berdua saling menatap, tersenyum bahagia.

Setelah satu jam akad nikah di masjid. Kini Azam dan Zahra sudah berada di gedung pernikahan mereka.

Sesuai kesepakatan mereka berdua. Azam dan Zahra ingin menikah di dalam masjid. Tetapi untuk resepsi pernikahan di gedung.

Rey dan Aurel menghampiri sepasang pernikahan baru tersebut. Rey memeluk erat adik satu-satunya itu. Ia pun menjatuhkan air matanya. Begitu juga dengan Zahra.

"Alhamdulillah. Acaranya berjalan dengan lancar. Sekarang abang jadi tenang. Sekarang sudah ada suami Ara yang akan menjaga Ara. Ara gak boleh macem-macem, harus nurut sama suami sekarang. Sekarang untuk jagain Ara sudah selesai. Baik-baik yaa.." ucap Rey memeluk Zahra lagi.

"Iya bang. Makasih buat kasih sayang abang selama ini. Maaf kalo Ara sering nyusahin abang." Rey hanya menganggukkan perkataan Zahra.

Kini Aurel yang memeluk adik iparnya itu.

"Baik-baik ya ra. Semoga Allah selalu menjaga pernikahan kalian. Kakak sayang sama Ara."

"Zam, jagain Zahra sepenuhnya. Jangan buat Zahra kecewa." Ucap Aurel pada Azam.

Azam mengangguk cepat. "Pasti kak."

Ayah bunda Zahra dan Ibu bapak Azam tengah sibuk menyambut tamu dan kerabat mereka di acara pernikahan anak-anaknya itu.

Dan kini datang teman-teman Azam dan Zahra sewaktu sekolah SMA dulu.

"Assalamualaikum." Ucap semuanya.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh." Jawab Azam dan Zahra.

"Ciee udah nikah.. selamat!!" Ucap Yoga memeluk Azam.

"Alhamdulillah iya nih." Jawab Azam.

"Selamat ya ra, zam. Semoga kalian bahagia selalu." Ucap Jessica mengusap perutnya.

"Kamu lagi hamil?" Tanya Zahra yang tadi melihat Jessica mengusap perutnya.

Jessica mengangguk. "Iya. Baru 8 minggu."

"Tadinya sih kita gak mau dateng. Karena Jessica yang mualnya sedikit parah. Tapi gak enak juga kalo kita gak dateng. Kan kalian sahabat kita." Ucap Aldi.

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang