Zahra menunggu kedatangan Aisyah dilapangan pesantren. Aisyah meminta dirinya untuk menunggu disana. Karena ada hal penting yang akan dibicarakan oleh Aisyah nanti. Tapi sudah 10 menit Zahra menunggunya, Aisyah tak kunjung datang juga.
Matahari semakin menyorot. Ia mungkin berteduh dipohon besar yang ada disamping lapangan. Agar tak kepanasan.
Tak lama akhirnya Aisyah menemuinya. Dengan wajah yang sangat ceria. Sampai mengucap salam pun ia sampai lupa.
"Ra, aku seneng banget." Ucapnya dengan sedikit berjingkrak, sambil memegang lengan Zahra.
Ingin menegurnya untuk memberi salam dahulu. Zahra tak enak, karena Aisyah sangat bergembira sekali.
"Seneng kenapa?" Zahra mencoba mengembangkan senyumnya.
"Ustadz Azam menerima perjodohan aku sama dia."
Deg!
Seorang Aisyah membuat pengakuan yang begitu menghebohkan bagi Zahra.
A-apa yang diucapkan Aisyah tadi. Perjodohan? Pikirnya.
Sungguh, hatinya terasa sakit ketika mendengar ucapan Aisyah tadi. Tetapi Zahra berusaha untuk terdengar antusias.
"Beneran syah?"
"Iya ra. Kemarin kan aku pulang sama Azam. Azam ke rumah aku, terus dia menerima perjodohan ini. Aku seneng banget!"
"Aku seneng kekasih impian aku sewaktu kecil akan terwujud. Nanti aku akan hidup bersama Azam."
Aisyah memeluk Zahra dengan erat. Lalu Zahra membalas pelukan Aisyah. Ternyata ini yang dibahas Aisyah. Dan memintanya untuk bertemu dilapangan.
Zahra memang harus tahu konsekuensinya. Abangnya juga pernah bilang bahwa ia tidak boleh berharap lebih. Begini saja sudah membuat hati Zahra sakit. Bagaimana dengan pernikahan mereka nanti?
"Alhamdulillah, Zahra ikut seneng syah. Semoga lancar yaa.." ucap Zahra menahan rasa sesak.
"Aamiin.. makasih ya ra. Maaf aku udah mengganggu waktu kamu."
"Gapapa."
"Mmm syah. Zahra gak bisa lama-lama, mau pamit dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
Zahra merasa bahwa dirinya dan Azam memang sangat tak mungkin untuk bersama. Benar saja dugaannya bahwa Azam memang menyukai Aisyah.
Seharusnya ia sadar dengan kesalahan rasa berharapnya. Jika sudah begini, apa yang seharusnya di ikhlaskan memang harus di ikhlaskan.
Zahra berjalan cepat untuk menuju ke kamarnya. Dengan berjalan sangat cepat. Sampai-sampai orang-orang yang melihatnya menatap aneh.
Azam serta Gus Ali pun menatap Zahra dengan kening berkerut. Kenapa Zahra berjalan secepat itu? Pikir mereka.
Sudah menghilang kepergian Zahra. Azam masih berdiam diri dan berfikir tentang Zahra. Ia sudah tak bisa mengharapkan impiannya itu. Dengan hati yang masih gelisah. Azam tak tahu dengan isi pikirannya itu. Semuanya nampak memusingkan.
Terlebih lagi, ia masih memikirkan perkara tentang perjodohan ia dengan Aisyah. Entah memang ini akan terjadi. Azam memang sudah salah mengatakan bahwa ia InsyaAllah akan berjodoh dengan Aisyah.
"Ustadz Azam gak papa?" Tanya Gus Ali. Karena memang Azam hanya berdiam diri.
"Enggak papa. Saya permisi dulu. Assalamualaikum."
Gus Ali membenarkan kopyahnya. "Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
"Aneh?" Batin Gus Ali.
____
Zahra sudah sampai dikamarnya, ia duduk diranjangnya. Sambil memikirkan perkataan Aisyah yang akan menjadi pendamping sah Azam.
Kenapa rasanya sesakit ini? Jatuh cinta diam-diam itu memang membahagiakan. Tapi tidak cukup baik bagi hati.
Zahra menghela nafas. Ini semua memang akan terjadi. Jadi ia tidak boleh berharap lebih lagi. Aisyah! Aisyah akan menjadi pendamping Azam!?. Huft!! Semuanya sangat cepat ya?? Hal yang tak di inginkan memang benar-benar akan terjadi.
Zahra membaringkan tubuhnya. Sambil memejamkan matanya. Mungkin ia akan istirahat sekejap dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/235154421-288-k310629.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Azzahra Ramadhani (END)
Novela JuvenilNamanya Fatimah Azzahra Ramadhani. Seorang wanita yang cukup berilmu dalam agama. yang memilik wajah cantik, tapi ia selalu berkata "Percuma wajah cantik tapi tak berakhlak baik" Kadang memang sekarang. Wanita hanya berlomba-lomba untuk menjadi can...