48

140 20 0
                                    

Zahra sudah sampai dikantor. Tetapi ia belum memasukinya. Rupanya Aisyah sedang berbicara dengan seseorang lewat telepon.

"Iya bu. Jadi, Aisyah sama Azam pulang sore nanti?"  Tanya Aisyah.

Kemudian Aisyah tersenyum dan memutuskan panggilannya.

"Ya Allah semoga semuanya di lancarkan. Ini mimpiku sewaktu kecil." Ucap Aisyah, lalu Aisyah keluar dari kantor. Dan Zahra ia bersembunyi dibalik pintu.

Ketika Aisyah sudah menjauh. Zahra langsung keluar dari persembunyiannya itu. Ia masuk ke dalam kantor. Dan duduk ditempatnya. Ia masih penasaran dengan yang dibicarakan Aisyah tadi. Ia berbicara dengan siapa? Pikirnya.

Ia juga sempat memanggil nama Azam. Dan  mengharap semuanya di lancarkan? Apa maksudnya ini? Zahra merasa gelisah. Kenapa perasaannya tidak enak?

Dengan menyudahkan kegelisahannya. Ia mengucap istighfar beberapa kali lewat tasbih miliknya. Setelah itu Adzan Ashar telah berkumandang. Zahra cepat-cepat menuju kamarnya dan ingin membersihkan dirinya.

____

Setelah ia membersihkan diri. Dan menyudahi shalat Asharnya itu. Ia bersiap-siap untuk ke dapur. Menyiapkan makan sore. Sudah sampai disana, ternyata sudah banyak santriwati serta pengajar yang saling membantu menyiapkan makanan untuk nanti.

Zahra mengucap salam. Lalu dijawab oleh semua yang ada di dalam. Zahra mendekat ke Ning Anisa.

"Ning Anisa, apa yang bisa Zahra bantu?" Tanya Zahra. Ia pun bingung karena ini pertama kalinya ia memasak dipesantren ini.

Ning Anisa tersenyum. "Ustadzah potong wortel, kentang, kol, dulu yaa.."

Zahra mengangguk. Lalu ia mulai memotong sayuran itu. Tiba-tiba Aisyah datang ke dalam dapur. Zahra memperhatikan keberadaan Aisyah yang menghampiri Ustadzah Zainab.

"Assalamualaikum Ustadzah" salam Aisyah.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh, Aisyah ada apa?" Tanya Ustadzah Zainab.

"Afwan, Ustadzah Aisyah pamit dulu untuk pulang. Karena ada kepentingan pribadi."

"Enggak papa. Pulangnya kapan?"

"Untuk pulang mungkin disana dua hari. Jadi Aisyah balik lagi ke pesantren hari senin. Boleh di izinkan Ustadzah?"

Ustadzah Zainab mengangguki sambil tersenyum. Aisyah mengembangkan senyumnya. Lalu ia pamit pada Ustadzah Zainab. Ia melihat Zahra, lalu menghampiri Zahra.

"Ra, aku mau pulang dulu ya.." ucapnya.

"Oohh iyaa.. hati-hati ya syah."

Aisyah memeluk Zahra. Lalu Zahra membalas pelukan Aisyah. Kemudian Aisyah meninggalkan dapur.

Zahra melanjutkan memotong sayuran tersebut. Lalu Ustadzah Zainab menghampirinya.

"Zahra boleh bantu saya?" Tanya Ustadzah Zainab.

Zahra menganggukinya. "Iya Ustadzah."

"Ning Anisa boleh bantu Zahra juga?" Tanya Ustadzah Zainab.

Ning Anisa menganggukinya.

"Tolong ambilin sayuran-sayuran yang dirumah saya. Ada dua plastik merah, di dalemnya ada sayuran banyak. Tapi hati-hati yah bawanya."

"Iya Ustadzah, kalo gitu Nisa sama Ustadzah Zahra pamit dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."

Zahra serta Ning Anisa menuju ke rumah Ustadzah Zainab itu. Tetapi Zahra melihat ke parkiran. Aisyah memasuki mobil. Dan setelah itu Azam pun memasuki mobil yang sama dengan Aisyah.

Mobil tersebut sudah berjalan. Zahra masih menatap kepergian mobil itu. Perasaannya semakin tak enak. Kenapa ia memikirkan semua ini? Sangat aneh.

Ning Anisa melihat ke belakang. Ia melihat Ustadzah Zahra terdiam diri. Bukannya berjalan menuju rumah Ustadzah Zainab. Ia malah menghentikan langkahnya. Tanpa pikir panjang Ning Anisa menghampiri Zahra.

"Ustadzah Zahra kenapa? Kok berhenti?" Tanya Ning Anisa.

"Enggak papa. Afwan yaa.."

Zahra dan Ning Anisa memasuki rumah Ustadzah Zainab. Mereka mengambil plastik merah yang ada dimeja makan. Tak membutuhkan waktu lama Zahra dan Ning Anisa sudah sampai di dapur. Lalu melanjutkan tugas memasak dipesantren.

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang