Sejak keluar dari toilet. Zahra masih berdiri mematung disamping pintu toilet. Ia merutuki dirinya karena sudah berani mengatakan hal tadi pada Azam.
Zahra menghembuskan nafasnya. Ia sampai lupa dengan Alya. Mungkin mereka tengah berpikir jika ia lama sekali untuk pergi ke toilet. Lalu ia cepat-cepat untuk menyusuli Alya.
Disaat dalam perjalanan. Zahra dikagetkan dengan seseorang. Ia sampai terhenti ketika ia mengenali ucapan dari pria tersebut. Rupanya Azam.
"Saya masih penasaran dengan apa yang kamu ucapkan tadi. Coba jelaskan." Ucap Azam memohon agar Zahra menjelaskannya. Ia masih penasaran juga dengan suami Zahra. Apa ia benar-benar sudah punya suami apa tidak.
Zahra masih terdiam. Azam merasa belum tenang jika Zahra tak kunjung menjelaskannya.
"Nanti saya tidak bisa tidur semalaman."
"Zahra belum punya suami." Ucap Zahra.
Azam terkejut. Benarkah? Pikirnya.
Zahra tersenyum. Ia bahkan sampai melamakan senyumnya akibat Azam yang mengiranya jika sudah bersuami. Jelas-jelas di bandara waktu itu Rey. Kenapa ia menyimpulkan secepat itu jika dirinya sudah bersuami. Mengapa juga ia butuh penjelasannya jika itu semua tak berarti baginya.
"Lalu lelaki itu siapa? Bukannya kamu tahu tentang yang bukan mahram?"
"Itu bang Rey. Kamu kan lihatnya dari arah belakang."
Azam tak menyangka. Ternyata bang Rey.
"Astaghfirullah!" Azam mengusap wajahnya.
"Saya benar-benar gak tahu. Afwan."
Zahra mengangguk. "Zahra permisi dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
Ketika Zahra pergi. Azam malah merutuki dirinya. Ia sempat tak menyangka jika ia benar-benar tak mengenali sosok Rey. Tapi ia juga sedikit lega dengan penjelasan Zahra.
Zahra sudah sampai ditempat taman. Ia mengucap salamnya. Dan dijawab oleh Gus Ali serta Alya.
"Ustadzah kok lama banget?" Tanya Alya.
"Iya. Maaf yaa.."
"Oh iya, sekarang kita ke ibu kamu yaa.. pasti udah selesai bantuin Ayah Fahmi. Yuk!"
Alya mendekat ke arah Zahra. Ia memegang lengannya. Lalu mengangguk menandakan iya.
"Assalamualaikum Gus. Syukron sudah membantu."
Gus Ali mengangguk. "Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
Sejak kepergian Zahra dan Alya. Ia menampilkan senyumnya. Sedikit aneh dengan perasaannya. Apa hatinya baik-baik saja? Ada apa dengan perasaan ini? Perasaan yang begitu mendebarkan jantungnya.
Gus Ali mengusap wajahnya. Ia mengucapkan istighfar beberapa kali. Kenapa ia memikirkan Zahra seperti ini?.
____
Tepat pada waktunya Zahra mengantarkan Alya ketika Zainab sudah selesai untuk membantu suaminya itu.
"Syukron ya ra. Maaf banget udah ngerepotin." Ucap Zainab.
"Iya gapapa Ustadzah. Zahra seneng kok."
"Bu, Alya ngantuk. Pengen bobo siang." Ucap Alya yang mengantuk itu.
"Yaudah, Zahra pamit dulu yaa.. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
Zahra ingin pergi ke kamarnya. Sedikit lelah hari ini. Ia mungkin akan pergi ke dapur dahulu. Karena air di dalam kamarnya sedang habis.
Zahra meminum segelas air putih. Rasanya sedikit segar. Lalu ketika ingin keluar. Ning Anisa, Lisa, Laila. Tiga sahabat ini menghampiri Zahra.
"Ustadzah lapar?" Tanya Ning Anisa.
Zahra menggeleng. "Enggak".
"Zahra cuma minum. Sedikit haus."
"Kalo laper makan Ustadzah. Takut sakit hehe." Ucap Lisa. Membuat Zahra hanya menganggukinya.
"Nya atuh. Kalo laper teh makan. Ceuk saha nyanyi!" Ucap Laila. Lalu dibalas tatapan malas oleh Lisa.
Ning Anisa tersenyum. "Tadi aku lihat Aisyah. Kayaknya lagi cemberut terus dari pagi kenapa ya?" Tanya Ning Anisa.
Benarkah Aisyah masih memasang wajah cemberut? Sebenarnya ada apa sih dengan dia? Tak mau menceritakan padanya. Padahal apa gunanya sahabat. Jika tidak saling mau bercerita.
"Aisyah ada dimana ya?" Tanya Zahra.
"Si Aisyah teh masih dikantor. Manehna mah ngajedog weh didinya." Ucap Laila.
"M-maksudnya apa ya? Ana kurang ngerti, Afwan. Kurang tahu bahasa sunda." Ucap Zahra tak mengerti dengan ucapan Ning Laila.
Baru saja Laila hendak bicara. Ning Lisa menutup mulut Laila. Jika ia bicara lagi maka Zahra semakin tak mengerti. Karena Laila biasanya berbicara bahasa sunda.
"Artinya. Aisyah masih dikantor. Dia diem terus disitu." Ucap Ning Lisa dengan senyuman.
Zahra mengangguki perkataan Ning Lisa. "Syukron. Zahra pamit dulu yaa.. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Azzahra Ramadhani (END)
Teen FictionNamanya Fatimah Azzahra Ramadhani. Seorang wanita yang cukup berilmu dalam agama. yang memilik wajah cantik, tapi ia selalu berkata "Percuma wajah cantik tapi tak berakhlak baik" Kadang memang sekarang. Wanita hanya berlomba-lomba untuk menjadi can...