49

144 18 0
                                    

Pagi-pagi pukul jam 07:30. Keluarga Azam mendatangi rumah Aisyah. Azam tak mengerti dengan ibunya yang mengajaknya bersiap-siap sewaktu pagi. Dan akan berkunjung ke rumah Aisyah.

"Mari silahkan masuk bu, pak." Ucap Tuti, mamah Aisyah.

Kemudian keluarga Azam duduk disofa. Dan Tuti meletakkan teh hangat dan beberapa kue dimeja.

Kemudian Aisyah turun dari tangga. Dan duduk disebelah mamahnya. Ada Hardi, papah Aisyah juga disana.

"Bagaimana dengan perjodohan ini bu Runi?" Tanya Tuti. Mengawali pembicaraan tentang perjodohan Aisyah dan Azam.

Azam terkejut mendengar perkataan dari Mamahnya Aisyah itu. Apa maksudnya semua ini? Perjodohan?

Terlintas bayangan bahwa ibunya memang pernah mengatakan bahwa ia sudah dijodohkan oleh ibunya. Tapi apa Azam akan dijodohkan oleh Aisyah? Sehingga Tante Tuti berbicara seperti itu.

Azam menatap ibunya. Menandakan ia butuh penjelasan. Apa maksud dari semua ini. Kenapa ibunya tak berbicara lebih dulu.

Sedangkan Aisyah, ia terus menerus mengembangkan senyumnya. Akibat senang dijodohkan dengan kekasih impianmya itu.

Azam melirik sebentar ke arah Aisyah. Ia melihat Aisyah menunduk sembari mengembangkan senyumnya.

"Gimana zam? Kamu setuju kan?" Tanya bu Runi.

Azam mengusap wajahnya. Ini pertanyaan sulit baginya. Bagaimana ia bisa menjawabnya? Semuanya menatap ke arahnya. Menunggu jawaban dari Azam. Terlebih Aisyah, ia berharap bahwa Azam menerima perjodohan ini.

Azam masih berdiam diri. Bagaimana ini? Kedatangannya memang niat baik. Tapi ibunya tak pernah cakap lebih dulu. Tetapi jika semuanya ini sulit baginya. Apa jawaban yang dilontarkannya nanti?

Di satu sisi, ia memang tak mau mengecewakan semuanya. Terlebih lagi Aisyah. Tapi disisi lain, ini keputusan sulit baginya.

Aisyah melirik sebentar ke arah Azam. Kenapa Azam hanya berdiam? Pikirnya. Semuanya masih menantikan ucapan Azam.

"InsyaAllah.." ucap Azam sembari mengangguk.

"Alhamdulillah.." ucap semuanya.

"Mari bu, pak, diminum tehnya."

Setelah beberapa menit kemudian. Keluarga Azam berpamit. Lalu Aisyah memeluk mamahnya. Ia sangat senang. Akhirnya nanti ia akan hidup bersama Azam.

"Seneng sayang?" Tanya mamahnya.

Aisyah mengangguk sangat cepat. "Banget mah."

"Impian kamu sebentar lagi akan terwujud, Alhamdulillah yah."

Lagi-lagi Aisyah mengangguk. Ia mengeratkan pelukannya.

"Alhamdulillah zam, Syukron banget. Kamu juga mempunyai perasaan yang sama ke aku."  Batin Aisyah.

____

Sudah sampai dirumahnya. Azam langsung menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya. Bu Runi dan pak Ali menatap heran puteranya itu.

Pak Ali sudah tahu. Bahwa Azam mungkin sulit menerima semua ini. Ia juga sampai memikirkan terlebih dahulu, sebelum mengucapkan iya untuk setuju perjodohan itu.

Pak Ali pun memasuki kamarnya. Bu Runi menatap heran suami dan anaknya itu. Kenapa mereka aneh? Bukankah ini kabar baik? Kenapa mereka seperti sangat tak menginginkan semua ini?.

Bu Runi menghembuskan nafas. Lebih baik ia memasuki kamarnya.

Dikamar Azam. Ia hanya terduduk diranjangnya. Sembari mengingat perkataannya yang mengatakan, bahwa ia InsyaAllah menerima perjodohan ini.

Ia merebahkan tubuhnya. Kenapa ia sangat  cepat mengambil keputusan ini? Ia juga bisa untuk menolaknya? Tentu saja ini bukan hal yang mudah bagi Azam. Jika ia menolak, ia pasti akan mengecewakan semuanya. Jika mengiyakan pun mungkin ini akan menjadi kesalahan terbesarnya.

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang