66

192 20 0
                                    

Zahra terus berjalan menuju arah pulangnya. Ia habis dari pasar untuk belanja makan pagi ini. Masih pagi, baru pukul 06:03. Jadi jalanan terlihat masih sepi.

Ketika tepat di depan dirumah Aisyah. Aisyah juga bertepatan keluar dari gerbang rumahnya. Ia terlihat sangat lesu. Matanya sedikit membengkak. Zahra terus memandangi Aisyah, sehingga membuat Aisyah langsung menundukkan pandangannya.

"Assalamualaikum ra. Kamu habis dari pasar." Ucap Aisyah.

"W-Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh. Na'am." Jawab Zahra.

Rasanya ia ingin menangis jika melihat kondisi Aisyah seperti ini. Pasti Aisyah sangat terpukul dengan penolakan perjodohan dirinya dan Azam. Azam juga sudah menceritakan tentang mendatangi rumah Aisyah dengan tujuan atas menolak perjodohan ini.

"Maaf Syah." Ucap Zahra membuat Aisyah menatapnya.

Aisyah sedikit menghela nafas. "Enggak papa. Kalo Allah menakdirkan Azam untuk kamu. Aku bisa apa?" Ucap Aisyah menaikkan bahu acuh.

Zahra menitikkan air matanya. Ia sedih lagi-lagi melihat wajah Aisyah. Aisyah terkejut ketika Zahra menjatuhkan air matanya. Aisyah mengusap bahu Zahra.

"Kamu kenapa?"

"Kamu gak perlu mikirin aku ra. Aku InsyaAllah bisa ikhlas sama semuanya. Kalo kamu nangis. Aku juga bakal nangis nih!." Ucap Aisyah mencoba mencemberutkan dirinya agar Zahra bisa tertawa. Dan akhirnya Zahra mengusap air matanya dan tersenyum.

"Maafin Zahra ya Syah. Maaf sebesar-besarnya. Aku udah punya banyak salah sama kamu."

"Jangan bicara yang ini terus ih! Yang lain aja."

"Oh ya. Kapan tanggal pernikahannya?" Tanya Aisyah.

Lalu Zahra berbisik pada Aisyah.

"Wahhh!! Sebentar lagi dong. Kamu udah duluan. Aku kapan?" Lagi-lagi Aisyah mencemberutkan dirinya.

Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan gerbang rumah Aisyah. Ada sosok lelaki tampan berpakaian yang mungkin digemari kaum hawa. Ia memakai kopyah, serta sarung putih dan baju koko berwarna hitam. Ia juga bersama keluarganya.

Sontak membuat Aisyah dan Zahra menundukkan pandangan mereka.

"Assalamualaikum." Salam lelaki itu dan kedua orang tuanya.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh." Jawab mereka.

Kemudian Mamahnya Aisyah yang bernama Tuti keluar. Dan menghampiri sosok lelaki dan keluarganyanya tersebut.

"Ehh.. sudah datang?" Tanya Tuti pada lelaki itu. Dan saling bersalaman pada orang tua Akbar.

Lelaki tampan tersebut bernama Akbarul Yasidz Al-Dzikri. Yang biasanya dipanggil dengan sebutan Akbar. Ia yang akan meminang Aisyah. Rencana pernikahan pun waktunya akan dekat dengan pernikahan Zahra dan Azam.

Tapi Aisyah belum tahu tentang rencana ini. Aisyah juga belum mengenal sosok lelaki tersebut. Tetapi setelah pembatalan perjodohan Aisyah dengan Azam itu. Aisyah terus menerus mengurung dikamarnya dan bersedih beberapa hari. Jadi, Tuti berkenan untuk menjodohkan sang puteri dengan Akbar.

Tuti berharap, perjodohan kali ini tidak ada halangan suatu apapun. Dan Aisyah semoga mau menerima Akbar sebagai pendamping hidupnya.

Zahra berpamit pada Aisyah dan Tante Tuti. Ia lebih baik pulang. Di dalam pikiran Zahra. Mungkin Aisyah sedang ada acara keluarga. Jadi ia memutuskan untuk pamit pulang ke rumahnya.

Tuti mempersilahkan keluarga Akbar memasuki rumahnya. Aisyah yang sempat bingung dengan kedatangan keluarga asing tersebut. Aisyah pun sempat berfikir bahwa ada apa mamahnya itu dengan keluarga asing tersebut.

Aisyah sudah menaruh beberapa kue dan teh hangat dimeja ruang tamu. Ia duduk disamping mamahnya. Kali ini tidak ada papahnya. Sebab ia lagi sibuk dikantor. Papahnya sudah tahu tentang rencana ini. Tapi sayangnya kesibukan dikantor tidak bisa ia tunda.

"Ini anak satu-satu saya. Yang bernama Faridha Aisyah Shofiah. Yang biasanya dipanggil Aisyah." Ucap Tuti ramah.

Lalu Aisyah menyunggingkan senyumnya.

"Diminum dulu teh nya. Pak, bu." Ucap Aisyah pada pasutri asing tersebut.

"Iya. Terima kasih yah." Ucap ibu Akbar. Aisyah hanya membalasnya dengan senyuman.

Sesudah meminum teh hangat tersebut. Ibunya Akbar langsung berbicara pada Aisyah.

"Nak Aisyah?" Ucap ibunya Akbar yang bernama Mira.

"Iya?" Ucap Aisyah.

"Mmm.. sebaiknya anak saya saja yang berbicara." Ucap Mira melirik sang putera.

Padahal tadi Akbar sudah sedikit lega. Jika ibunya yang berbicara. Tetapi ibunya malah menyuruhnya yang berbicara. Jadi ia sedikit gugup.

Aisyah menundukkan pandangannya. Ia menunggu sosok lelaki itu akan berbicara apa padanya.

"Nama saya Akbarul Yasidz Al-Dzikri. InsyaAllah jika Aisyah berkenan. Saya siap menjadi suaminya Aisyah."

"Kedatangan saya kesini. Bersama ibu bapak saya. Saya meniatkan diri saya untuk melamar Aisyah."

"Apa Aisyah bersedia menjadi istri saya?" Tanya Akbar gugup.

Aisyah terkejut mendengar pembicaraan lelaki itu yang berniat menjadi pendampingnya. Mamahnya belum berbicara tentang ini. Tapi setelah perjodohan yang batal dengan Azam. Mamahnya rupanya sudah menyiapkan semuanya. Ia ingin menjodohkan dirinya dan Akbar. Lelaki yang belum ia kenal.

Aisyah menatap mamahnya itu. Melihat mata Tuti yang berharap agar putrinya menerima lamaran Akbar.

Aisyah sedikit menghela nafas.

"Apa ini yang terbaik yaa Allah?."  Batin Aisyah.

"Jika ia menjadi pendampingku sampai akhir hayat nanti. Aku hanya meminta, semoga ia bisa membimbingku untuk belajar agama lebih dalam."  Batin Aisyah lagi.

"InsyaAllah Aisyah menerima lamaran Akbar." Ucap Aisyah dengan senyuman.

Membuat semuanya mengucap hamdalah.

"Alhamdulillah.."

Lalu Tuti mengusap lengan Aisyah. Mengucapkan terima kasih pada sang putri karena ia tak menolaknya.

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang