18

155 25 0
                                    

Azam terus membawanya ke suatu tempat. Tapi mungkin ke kantin. Arahnya saja Zahra sudah tahu. Tapi, dipikir-pikir. Kalo Azam masih memegang tangannya. Pasti ia akan bertemu dengan Aisyah. Pasti Aisyah akan salah paham jika ia berduaan saja dengan Azam.

"Afwan" ucap Zahra.

Azam menatap wajah Zahra. "Ada apa?"

"Kayaknya gak usah pegangan gini zam. Kamu mau ngajak Zahra ke kantin kan? Bukannya apa. Kan, disana ada Aisyah. Pasti kalo dia lihat. Bakalan salah paham." Kata Zahra dengan sedikit tak enak. Dan mereka juga belum muhrim.

"Astaghfirullah! Afwan kita kan belum muhrim. Afwan ra." Kata Azam sambil mengusap wajahnya.

"Tadinya sih mau bilang gitu. Cuman gak enak" Zahra menundukan pandangan.

"Harusnya bilang aja. Kamu ngapain gak enak. Kalo kita bermaksiat. Semakin besar dosa kita. Saya lupa ra. Mangkanya saya terus memegang tangan kamu."

Azam mulai beristighfar ditasbihnya. Ia meninggalkan Zahra begitu saja.

Zahra hanya terdiam. Azam mungkin begitu merasa bersalah. Ia meninggalkannya begitu saja.

Lebih baik ia menuju ke kelas. Daripada dikoridor seperti ini. Ia hanya berdiri saja.

Zahra balik ke kelas. Ia terduduk ditempat dirinya. Perutnya terasa lapar. Ia tadi hanya memakan satu roti saja. Kedua rotinya sudah habis termakan oleh Aldi. Mungkin saja ia tak lupa membawa uangnya. Pasti ia tak kelaparan seperti ini.

Tapi gapapa. Jika ia pulang ke rumahnya. Ia mungkin akan mengisi perutnya terlebih dahulu.

Zahra membaca novelnya. Jam istirahat masih lama. Hanya tersisa 30 menit lagi. Ia menyibukkan dirinya untuk membaca novelnya itu. Mungkin dengan begini ia bisa menahan lapar sedikit.

Dua orang lelaki masuk ke kelas. Lalu menuju ke arah Zahra.

"Ini. Buat kak Zahra." Lelaki satu ini mengulurkan kotak makan kepada Zahra.

Zahra kebingungan. Apa maksud lelaki ini?

"Afwan. Ini apa?" Tanya Zahra sambil melihat kotak makan itu.

"Dari kak Azam. Kalo gitu kami permisi. Assalamualaikum" lelaki-lelaki itu pamit.

"Dari Azam? Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh. "

Ini tidak mungkin. Azam peduli dengannya? Bahkan, ia sampai memberi kotak makan kepada Zahra.

Zahra membuka kotak makan tersebut. Lalu ada selembar kertas kecil terselip di dalamnya.

Dimakan ya ra.
Afwan, saya tidak bisa memberinya secara langsung.

Fachrul Azam Ramadhan


Ini benar-benar dari Azam. Maa syaa Allah zam. Kamu benar-benar peduli dengan Zahra. Sampai-sampai perhatian kecil ini. Kamu menyuruh orang buat memberi kotak makan pada Zahra.

Senyum Zahra terus mengembang. Ia sangat senang. Azam semakin membuat Zahra terlarut dalam perasaannya.

Zahra mulai memakannya. Makanan yang diberi Azam tadi sangat enak.

Azam melihatnya dari jendela. Syukurlah Zahra mau menerimanya. Azam menghela nafas lega. Ia melebarkan senyumnya. Senang bisa memberikan perhatian kecilnya untuk Zahra.

Zahra sudah menghabiskan makanannya. Ia keluar kelas. Dan membuang kotak makan itu. Alhamdulillah, makanan yang diberi Azam untuknya membuat perutnya terisi cukup.

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang