38

146 18 0
                                    

Zahra lagi-lagi menghembuskan nafas. Ia sudah masuk ke dalam pesawat. Berat. Ini yang Zahra rasakan saat ini. Setelah tadi berpamit kepada keluarganya. Dan sudah menaiki pesawat yang siap menuju untuk ke turki.

Sesekali Zahra harus mengusap air matanya. Ia tak menyangka akan sejauh ini dengan keluarganya. Tetapi ini keputusan terbaik yang dipilihnya. Ia sudah mengimpikan sejak dulu bahwa dirinya memang mau berkuliah diturki.

Drrrttt..

Ponselnya bergetar. Zahra membuka isi pesan tersebut. Ternyata abangnya. Rey memberi pesan jika sudah sampai harus cepat-cepat mengabarinya. Dan tidak boleh telat makan sekalipun.

Sungguh air mata Zahra lagi-lagi terjatuh. Pasti ia sangat merindukan abangnya yang ia sayangi itu. Yang selalu menasehati apa yang terbaik untuknya.

Zahra bersandar. Ia mengusap wajahnya. Tak baik berlarut dalam kesedihan.

Halis Azam bertaut. Sekilas mirip dengan Zahra. Ia sampai menyipitkan matanya melihat hijab yang dipakai seorang perempuan itu.

Seperti hijab yang ia beri pada Zahra. Ketika disekolah ia menyenggolnya. Dan hijabnya basah. Setelah itu ia beli didekat sekolah. Dan memberikannya pada Zahra.

Ya, hijab putih itu mirip sekali dengan hijab yang diberinya. Tapi.. hijab itu memang masih banyak ketika ia beli ditoko itu. Bisa saja itu bukan Zahra. Hijabnya pun tidak hanya satu saja. Mungkin orang lain pikirnya.

Azam mengusap wajahnya. Bisa-bisanya ia memikir bahwa sosok perempuan itu adalah Zahra.

Tak terasa pesawat sudah take off. Artinya sudah lepas landas. Zahra melihat dari arah jendela. Pesawat sudah naik ke udara. Artinya ia sudah siap untuk meninggalkan jakarta.

Ia pun sudah mengabari kepada Rey. Bahwa pesawat sudah terbang. Artinya ia sedang menuju ke turki.

____

Ponsel Rey bergetar. Ketika ia baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya dikamarnya.

Ternyata pesan dari adiknya. Ia cepat-cepat membukanya. Zahra mengabari bahwa pesawat sudah terbang. Tak lupa Rey selalu berdoa agar adiknya itu selamat sampai tujuan.

Lagi-lagi ada pesan masuk. Teman kampusnya mengajaknya untuk berkumpul. Sebentar lagi memang Rey akan lulus. Jadi teman-temannya agar selalu berkumpul. Sebelum menjelang wisuda nanti tiba.

Rey langsung mengambil kunci mobil. Ia menuruni tangga. Dan berpamit pada bundanya. Bahwa dia akan keluar sebentar. Untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Ketika sudah sampai. Rey langsung duduk. Tak cukup jauh. Sehingga Rey cepat sampai dicafe dekat dengan perumahannya.

Setelah lama mengobrol. Hingga memesan beberapa cemilan dan minuman. Tiba-tiba ia melihat Aisyah. Sahabat dari sang adik.

Lalu Rey menghampirinya. "Assalamualaikum"

Salam dari Rey membuat Aisyah terkejut. Ia menatap sekejap ke arah Rey. Setelah itu menundukkan pandangan.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh" jawabnya.

"Ada apa ya kak?" Tanya Aisyah.

"Zahra sudah bercerita pada kamu. Soal-"

Baru saja Rey ingin melanjutkan pembicaraannya. Tetapi Aisyah memotongnya.

"Soal Zahra kuliah ke luar negeri? Sudah tahu kak. Tadi juga dia sempat ngabarin. Kalo pesawatnya sudah terbang." Jelasnya. Tapi sedikit berpikir. Pesawat Zahra beberapa menit lalu sudah lepas landas? Bu Runi juga sempat bilang. Jika pesawat Azam pun begitu. Apa mereka sama-sama memasuki pesawat yang sama?

Pikiran terus mengarah pada Zahra dan Azam. Entah sampai kapan. Aisyah selalu kecewa jika harus berpikir tentang mereka. Mereka terbilang memang sedikit dekat. Tapi rencana keluarganya itu. Memang Aisyah impikan sewaktu dulu.

"Kok bengong?" Tanya Rey. Yang melihat Aisyah melamunkan diri.

Aisyah terkesiap. "Eh eng-nggak kok. Aisyah mau pamit dulu ya kak."

"Sebentar. Saya mau nanya. Azam kuliah dimana ya?" Tanya Rey.

"Kuliah diturki. Aisyah pamit dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh." Jawab Rey.

"Tunggu! Azam kuliah diturki? Itu artinya.. apa Zahra bakalan se kampus nantinya?" Pikir Rey.


Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang