Aisyah terus menerus menekuk wajahnya, ketika sudah sampai dirumahnya. Ia masih sangat penasaran dengan Azam tadi? Ia berbicara ra, ketika sedang bersamanya. Apa dia mempunyai rasa sama Zahra? Jika benar begitu. Aisyah pasti sudah sangat kecewa.
Tuti melihat puterinya yang sedang berdiam diri diruang tamu. Ia menghampirinya.
"Anak mamah kenapa?" Tanyanya dengan sopan.
Aisyah menggeleng.
Tuti menghela nafas. "Pasti gara-gara Azam. Iya kan?"
Perkataan dari mamahnya itu. Membuat Aisyah menoleh padanya.
"Tadi Aisyah sama Azam lagi ngobrol berdua. Terus tiba-tiba, dia nyebut nama ra. Jelas-jelas dia lagi ngomong sama aku mah. Gak ada Zahra. Seharusnya dia ngomong syah, bukan ra."
"Aku jadi penasaran aja sama perasaan Azam. Zahra juga. Mereka sama-sama aneh soalnya."
Tuti menautkan halisnya. "Kenapa bisa begitu?"
Aisyah menggeleng lagi.
"Kenapa Zahra ya. Yang bisa dekat sama Azam? Apa iya mereka sama-sama mempunyai perasaan yang sama?" Batin Tuti.
"Kalo benar begitu. Kasihan Aisyah. Yang sudah lama menanti Azam kembali."
Tuti mengusap punggung puterinya itu.
"Udah. Sana mandi. Nanti keburu kesorean lho."
Meski masih memasang wajah dengan cemberut. Aisyah mengangguki perkataan mamahnya. Lalu, ia memasuki kamarnya untuk membersihkan dirinya.
Aisyah terduduk ditempat tidurnya. Ia harus mencari tahu tentang perasaan mereka. Ia tidak boleh ketinggalan info mengenai Azam. Sudah bertahun-tahun ia menantinya kembali.
Tapi setelah datang. Ia harus dihancurkan begitu saja. Aisyah tidak mau itu. Ia harus meyakinkan bahwa kekuatan cintanya harus yakin juga dengan kekuatan cinta Azam.
Bagaimana bisa Aisyah meyakini itu? Bukankah jodoh sudah diatur oleh Allah? Mengapa ia mau menentukan dengan sendirinya.
____
Aldi, dan teman-temannya sedang berada di kantin. Mereka sedang memenuhi isi perut mereka. Sembari berbincang-bincang tentang perlombaan motor.
"Gimana Al. Lo mau ikut kagak?" Tanya Ervan dengan membuang kulit kacang dengan asal. Dan tepat sasaran terkena wajah Yoga.
Yoga mengusap wajahnya kasar. "Tuyul! bisa diem kagak si lo! Maen lempar sembarangan aje!" Ucapnya dengan kesal. Dan membuat Jessica dan Amel tergelak.
Ervan hanya cuek. Malas sekali ia membalas orang tidak jelas seperti Yoga.
"Gue gatau! Males!" Ucapnya dengan memejamkan matanya. Dan menutup wajahnya dengan tudung hoodienya itu.
"Biasanya juga elu yang paling excited. Kenapa kagak?" Yoga yang kini membalas lemparan kacangnya dengan terkena Ervan. Ervan hanya membulatkan matanya.
"Emang gue takut sama lo! Hah enggak kelezzz!!" Ucapnya dengan bertingkah layaknya seperti bencong.
"Naj*s!." Ervan hanya menggelengkan kepalanya.
"Gue mau ikut nih. Formulir pendaftarannya lo punya gak van?" Tanya Jessica. Kemudian Ervan mengeluarkan banyak formulir pendaftaran lomba motor itu.
"Waahhh banyak juga lho." Amel kini membuka suaranya.
"Hadiahnya 20 juta?" Perkataan yang terucap oleh Jessica itu. Membuat mata Aldi terbuka. Dengan kata uang 20 juta itu membuat Aldi sedikit tertarik untuk mengikutinya.
"Yoi! Juara satu 20 juta. Juara dua 10 juta. Juara tiga 5 juta. Lumayan lah kalo menang. Buat pegangan, ya gak?" Kini Ervan melemparkan kulit kacang pada Jessica.
"Eh sorry sorry."
Jessica hanya cuek saja. Tidak dengan Yoga. Yang dengan begitu saja sudah mengoceh.
"Lumayan si. Gue ikut deh tar malem. Daftarin gue van." Ucap Aldi menepuk bahu Ervan. Dan meneguk segelas minuman soda. Dan pergi begitu saja.
"Gue ikut juga. Daftarin sekalian van." Kata Jessica.
"Lho mau ikut jes? Serius?" Tanya Amel.
"Iye!"
"Yaudah gue daftarin. Gue juga ikut si. Lo ikut gak yog?"
Yoga menggeleng cepat. Ia tidak tertarik dengan perlombaan seperti itu. Dari dulu ia hanya mendukung teman-temannya saja. Tanpa mau mengikutinya.
"Yaudah. Abis pulang sekolah, gue langsung otw. Jangan lupa jam 20:00 mulainya. Jadi jangan telat." Ucap Ervan meninggalkan kantin. Dan mereka pun sama mengikuti Ervan.
____
Azam membuka kopyahnya selepas shalat dzuhur dimushola sekolahnya. Ia meninggalkan mushola. Dan langsung memasuki kelas.
Hampir lupa dengan pesan ibunya itu. Ia harus memberikan kotak bekal kepada Aisyah. Ibunya menyuruhnya untuk memberikannya pada Aisyah.
Tetapi. Ia belum bertemu dengan Aisyah. Waktu pagi hanya melihat tanpa menyapa.
Mungkin bila masuk ke kelas. Pasti Azam akan segera memberikannya.Benar saja. Aisyah dan Zahra baru saja memasuki kelas. Mereka terduduk ditempat duduknya masing-masing.
Bagaimana bisa Azam memberinya secara langsung. Apalagi ada Zahra disana. Kenapa rasanya tidak enak begini.
Harus buang jauh-jauh rasa ketidak enakan ini. Ia harus memberikannya pada Aisyah. Jika tidak, mungkin ibunya bisa kecewa dengannya.
Azam berdiri. Kemudian tepat di depan meja Aisyah dan Zahra.
"Assalamualaikum" ucapnya menatap lurus ke arah pintu kelas. Tanpa melihat mereka. Zahra menunduk, ketika Azam berada di depannya.
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh" jawab mereka.
"Ini kotak bekal dari ibu. Suruh dimakan. Kalo gitu saya permisi. Assalamualaikum." Azam hanya meletakkan kotak bekal itu pada meja mereka. Azam kembali ke tempat duduknya.
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh"
Zahra hanya melirik sekejap kotak bekal yang diberi Azam tadi. Kotak bekal yang disuruh ibunya buat Aisyah.
Zahra yakin. Jika Aisyah pasti yang terbaik buat Azam. Buktinya ibunya Azam sudah sangat sayang padanya. Hingga memberikan kotak bekal untuk Aisyah.
"Zahra pamit keluar sebentar ya Syah. Assalamualaikum."
Aisyah hanya mengangguki. "Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
Azam melihat kepergian Zahra yang keluar kelas itu. Kenapa rasanya tidak enak begini.
Cukup. Kamu tidak boleh memikirkan hal-hal yang tidak penting. Itu bukan urusanmu. Yang jelas bukan mahrammu.
![](https://img.wattpad.com/cover/235154421-288-k310629.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Azzahra Ramadhani (END)
Teen FictionNamanya Fatimah Azzahra Ramadhani. Seorang wanita yang cukup berilmu dalam agama. yang memilik wajah cantik, tapi ia selalu berkata "Percuma wajah cantik tapi tak berakhlak baik" Kadang memang sekarang. Wanita hanya berlomba-lomba untuk menjadi can...