Zahra masih berada di depan pintu ruang tamu pesantren. Ia masih memikirkan hukuman berat yang menimpa Gus Ali. Apa seberat itu? Pikirnya.
"Ehem!!" Aisyah berdehem menghampiri Zahra.
"Gimana enak berduaan sama Gus Ali? Sampai-sampai Ning Anisa keluar tuh tadi. Dia kecewa lho sama kamu ra."
"Apa maksud kamu syah? Zahra enggak berduaan. Situasinya juga Zahra enggak tahu. Itu hanya sekejap, setelah itu aku langsung cepat-cepat pergi dari kamar aku."
"Harusnya kamu juga di hukum. Kasihan Gus Ali. Dia yang kena, sedangkan kamu enggak!."
"Kan Zahra hanya jadi korban. Bagaimana bisa Zahra di hukum syah."
Aisyah melayangkan tangannya mengenai pipi mulus Zahra. Meskipun mengenakan cadar. Zahra meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang begitu perih akibat tamparan dari Aisyah.
Zahra terkejut. Bagaimana bisa sahabatnya menampar dirinya.
Lalu langkah kaki dua orang menghampiri mereka. "Ada apa ini? Kenapa kamu menampar Zahra?" Tanya pak Ali. Membuat Aisyah terkejut. Ketika melihat pak Ali dan bu Runi berada disini.
"Kenapa Aisyah kamu menamparnya?" Tanya bu Runi.
Kebetulan Azam berada di dekat ruang tamu pesantren. Ia melihat kedua orang tuanya yang berada disini. Lalu ia menghampirinya.
"Assalamualaikum." Salam Azam. Mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
"Ibu, bapak. Kenapa tidak mengabari Azam dulu." Perkataan Azam membuat pak Ali menyuruhnya untuk berdiam sekejap.
"Aisyah boleh di jelaskan kenapa bisa menampar Zahra?" Tanya pak Ali. Membuat Azam terkejut.
"Tampar?" Tanya Azam. Melirik sekejap pada Aisyah.
"Apa ini Zahra Zam?" Tanya bu Runi dan di angguki oleh Azam.
Azam menyuruh kedua orang tuanya dan Aisyah, Zahra untuk masuk ke dalam ruang tamu pesantren. Bu runi dan pak Ali serta Azam meminta penjelasan mengapa Aisyah menampar Zahra.
Aisyah merasa takut. Akhirnya ia mengatakan kejadian Gus Ali dan Zahra lebih dulu. Lalu ia merasa Zahra ingin juga pergi dari pesantren agar ia dan Azam bisa berdua tanpa di ganggu lagi.
Setelah beberapa menit kemudian Aisyah menyelesaikan penjelasannya itu.
"Tapi apa harus berlaku kasar?" Tanya bu Runi.
Bu Runi tak mau calon istri Azam berperilaku seperti ini. Ia juga sempat tak menyangka dengan penjelasan Aisyah dan menampar Zahra tadi.
"Astaghfirullahal'adzim." Ucap pak Ali. Mengusap wajahnya. Lalu menggeleng ketika menatap sang istri.
Bu Runi yang melihat suaminya juga berdiam diri.
Zahra mencium punggung tangan bu Runi. Lalu dengan pak Ali tanpa menyentuh. Zahra berpamit keluar, ia takut jika mengganggu. Pasti akan ada pembicaraan ke arah pernikahan mereka nanti.
"Aisyah boleh keluar dulu?" Bu Runi meminta Aisyah untuk keluar dahulu.
Bu Runi akan berbicara penting pada sang putera itu.
"Zam, kamu cinta dengan Aisyah?" Tanya bu Runi.
Azam menatap ibunya lalu perlahan menggelengkan kepalanya.
Pak Ali menghela nafas. "Bapak sudah duga bu. Bapak juga kurang setuju dengan perjodohan ini."
"Kenapa bapak tidak bicara?"
"Bapak gak bisa bu. Itu kan kemauan ibu, ibu juga cukup senang kan dengan perjodohan ini."
"Tapi.. kita batalkan saja." Ucapan ibunya membuat Azam langsung menatapnya serius.
"Alhamdulillah jika di batalkan bu. Bapak setuju."
"Tapi.."
"Sudah Zam, ibu tahu kamu mencintai wanita bercadar itu kan?"
Azam tersenyum. Lalu memeluk sang ibu dan mengucapkan sangat terima kasih. Karena perjodohan ini akan di batalkan.
____
Zahra melangkah menuju ke arah taman. Ia menemukan keberadaan Ning Anisa disana. Ia sedang terduduk. Zahra menghampirinya, meskipun sedikit ragu. Tapi ia melangkahkan kakinya untuk ke sana.
"Assalamualaikum." Salam Zahra.
Ning Anisa mengusap air matanya. "Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
"Maaf Ning." Ucap Zahra meminta maaf.
"Enggak papa. Tidak perlu minta maaf. Nisa cuma kecewa sedikit aja. Tapi ini juga bukan salah Ustadzah."
"Iyaa pasti kamu kecewa berat. Aisyah juga bilang begitu. Sampai-sampai dia menampar Zahra."
Ning Anisa langsung mendirikan tubuhnya menatap Zahra.
"Apa? Menampar?." Ucap Ning Anisa terkejut.
"Eh enggak, bukan-bukan gitu. M-maksudnya.."
"Udah Ustadzah ceritain gimana kejadiannya."
Dengan terpaksa Zahra langsung menjelaskan kejadiannya. Ning Anisa marah, kenapa Aisyah bisa berperilaku seperti itu.
"MasyaAllah. Tapi Ustadzah gapapa?"
Zahra menggeleng cepat.
"Gus Ali kapan mau keluarnya Ning? Zahra kasihan."
"Mungkin perpisahannya selepas shalat ashar. Rumah Gus Ali gak begitu jauh dari pesantren. Jadi aku sih berharapnya Gus Ali masih bisa bermain disini."
Zahra mengartikan ucapan Ning Anisa.
"Yasudah, ini waktunya makan kan? Kita ke dapur dulu." Ucap Ning Anisa.
Lalu mereka menuju dapur untuk memasak.
![](https://img.wattpad.com/cover/235154421-288-k310629.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Azzahra Ramadhani (END)
Teen FictionNamanya Fatimah Azzahra Ramadhani. Seorang wanita yang cukup berilmu dalam agama. yang memilik wajah cantik, tapi ia selalu berkata "Percuma wajah cantik tapi tak berakhlak baik" Kadang memang sekarang. Wanita hanya berlomba-lomba untuk menjadi can...