31

147 22 1
                                    

Bu Runi dan pak Ali sedang asyik berbincang di ruang tamu. Sembari memakan buah-buahan yang sudah di siapkan oleh bu Runi. Sejak awal berbincang.

Azam melihat orang tuanya dari atas tangga. Lalu ia tersenyum ketika melihat ibu dan bapaknya yang terus berbincang. Dan ada sedikit tawa mereka yang terdengar.

Azam menuruni anak tangga. Dan menyusuli orang tuanya itu. Lalu ia terduduk di dekat bu Runi.

"Asyik banget bu, pak." Ucapnya.

"Iya Zam."

"Besok kamu ujian Zam?" Tanya pak Ali meletakkan kulit pisang ke piring yang ada di meja.

"Iya pak"

"Bentar lagi kamu lulus. Kamu mau di lanjutkan kemana?" Tanya bu Runi.

"Azam mau kuliah ke ...."

Ucapan Azam membuat ibu dan bapaknya. Menatapnya dengan serius.

"Yang benar? Itu jauh sekali Zam." Ucap bu Runi.

Azam tersenyum. "Itu impian Azam bu, pak."

Pak Ali memegang lengan isterinya. "Gapapa bu. Disana kan Azam menuntut ilmu."

Sebenarnya bu Runi belum siap jauh dengan anak satu-satunya itu. Apalagi sejauh itu.

"Azam di izinin gak bu?" Tanya Azam khawatir. Azam melihat raut wajah ibunya yang cemas itu.

Bu Runi tersenyum. Dan mengangguk.

"Ibu izinin." Ucap bu Runi dengan mengusap punggung Azam.

Azam tersenyum. Sebentar lagi ia akan jauh dengan orang tuanya. Dan dengan kekasih impiannya.

Kira-kira siapa ya. Kekasih impian Azam?🤔

____

Hari ujian telah tiba.

Dimana semua siswa kelas XII sedang fokus-fokusnya mengenai soal yang mereka kerjakan.

Yoga yang terus menggaruk-garuk kepalanya. Ia sedikit pusing dengan soal ujian matematika.

Amel melihatnya hanya tersenyum. Lucu juga melihat Yoga sedikit prustasi dengan soal matematika.

Yoga tak sengaja melirik-lirik matanya. Mata Yoga dan Amel beradu. Membuat mereka memutuskannya. Ada debaran yang sudah mulai memacu di antara keduanya.

Mata mereka bertemu lagi. Membuat Jessica, Aldi, dan Ervan. Ingin meledakkan tawa. Lucu sekali dua sejoli ini. Bertatap-tatap tak tahu tepat waktu.

Aldi menggeleng-gelengkan kepala. Lalu ia melanjutkan untuk mengisi soalnya lagi.

Waktu sudah habis. Semua siswa mengumpulkannya ke meja pengawas.

Semua siswa di persilahkan untuk pulang. Karena dua mata pelajaran ujian. Sudah mereka isi masing-masing.

Aisyah dan Zahra keluar kelas. Dan berbincang ketika di koridor sekolah.

"Sebentar lagi lulus ra. Kita gak bisa ketemu tiap hari lagi." Ucap Aisyah memasang wajah kecewa.

"Iya gak kerasa ya syah. Kita bakal sama-sama jauh." Ucap Zahra. Dan membuat Aisyah mengangguk dengan wajah sedih.

"Tapi persahabatan kita. Masih terjalin kan? Jangan ada yang memutuskan persahabatan kita. Selagi kita berjauhan. Kamu disana memang pasti bakal punya teman. Aku disini juga sebaliknya. Tapi jadiin aku nomor satu di persahabatan kita ra."

Zahra tersenyum. "Pasti lah syah. Jangan terputus persahabatan kita."

Aisyah dan Zahra pun saling berpelukan. Sebentar lagi mereka melepas masa putih abu-abu. Dan kenangan-kenanganlah yang mungkin akan menjadi saksi di antara itu semua.

Sesampainya di gerbang. Mereka berpisah. Aisyah lebih dulu untuk pulang ke rumahnya. Ia menaiki taxi.

Sedangkan Zahra. Ia menunggu abangnya menjemputnya. Sewaktu pagi, memang Rey berbicara bahwa ia akan menjemput adiknya itu. Tapi sudah jam segini belum sampai juga.

"Assalamualaikum."

"Kenapa waktu aku memberikan surat itu. Kamu gak menemui aku dibelakang sekolah? Padahal udah nunggu satu jam lebih." Ucap Syukron dengan langsung berbicara pada intinya.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh"

Kedatangan Syukron membuat Zahra sedikit risih. Datang-datang sudah berbicara dengan hal tidak penting.

"Saya yang tidak memperbolehkan Zahra untuk menemui kamu. Yang mengirim surat, dengan menemui di belakang sekolah?" Ucap Azam. Membuat Syukron menatapnya tak percaya.

Baru saja Syukron ingin berbicara. Tetapi Azam yang lebih dulu.

"Ilmu agama kamu memang baik ron. Tapi kenapa kamu mengajak seorang perempuan. Untuk menemui kamu dibelakang sekolah. Berdua lagi!."

Lagi-lagi Syukron ingin membalas ucapan Azam. Tetapi Azam mengatakannya lagi.

"Kalo sampe Zahra nemui kamu dibelakang sekolah. Berduaan? Apa kamu tidak pikir dengan yang bukan mahram?."

"Untung saya tahu kamu memberi surat itu pada Zahra. Kalo sampai tidak. Pasti Zahra memang benar-benar akan menemui kamu."

Lengan Syukron mengepal. Hebat sekali Azam. Ia sudah mempermalukan Syukron di hadapan Zahra.

Syukron memukul rahang Azam. Membuat Azam hampir terjatuh ke belakang. Zahra melihatnya hanya menutup mulutnya. Menandakan arti tidak menyangka pada Syukron.

"Kamu kenapa mengganggu terus. Ketika saya sama Zahra?" Ucap Syukron dengan suara keras. Dan emosi yang memuncak.

"Berdiri!"

Lalu Syukron memukul perut Azam. Dan membuat Azam tersungkur ke belakang.

Aldi dan teman-temannya melihat adegan itu. Dan membuka helmnya masing-masing. Membuat mereka menyusulinya.

Aldi mendorong Syukron dengan keras. Dan membuatnya tersungkur ke belakang.

"Ngapain lo? Berantem sama Azam?" Ucap Aldi.

Sedangkan Ervan. Ia membantu Azam agar berdiri.

Zahra melihat Azam kasihan. Syukron memang tak berakal. Ia bermain kasar begitu saja kepada Azam.

Syukron mendirikan tubuhnya. Lalu ia pergi begitu saja.

"Pengecut!" Ucap Aldi meremehkan Syukron.

Syukron berbalik arah dan meninju wajah Aldi. Membuat semuanya panik.

"Syukron udah!" Ucap Zahra.

"Diem lo!" Ucap Syukron kasar. Membuat Zahra sedikit takut.

Azam meninju wajah Syukron. Dan membuatnya terjatuh ke belakang.

"Gak usah kasar sama cewek!" Ucap Azam.

Mobil Rey sudah sampai. Rey melihat Zahra dan banyak orang disana. Ada Azam dan cowok itu?

Rey cepat-cepat membuka seat beltnya. Ia membuka pintu mobil. Dan menutupnya dengan kasar. Lalu menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" Kedatangan Rey membuat semua orang menatap padanya.

"Azam kamu kenapa?" Tanya Rey yang melihat ada lebam biru di rahangnya.

Semuanya terdiam. Tak ada satu pun yang mencoba membalas pertanyaan Rey.

Syukron lagi-lagi pergi begitu saja.

____

Puasa udah masuk seminggu aja nih.

Gimana puasanya nih? Masih semangat ga?

Kira-kira Azam sama Zahra mau kuliah dimana ya?

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang