27

138 25 0
                                    

Azam mengusap wajahnya. Bisa-bisanya ia memanggil nama Zahra ketika dengan Aisyah. Ada apa lagi dengan perasaannya? Selalu saja begini.

Saat berada di lorong sekolah. Azam bertepatan dengan Zahra. Mereka sama-sama menatap.

Sorot mata Zahra seakan menusuk lebih dalam. Tatapan itu entah membawa perasaan kemana. Jantung keduanya mulai berdetak kencang.

Dadanya pun sudah saling bergemuruh. Suasana menjadi canggung. Azam mengalihkan pandangan ke lapangan.

Zahra menggigit bibirnya. Memang perasaannya selalu begini jika harus bertemu dengan Azam. Lebih baik ia meninggalkannya. Ia harus tetap bersikap biasa saja.

Zahra meninggalkan suasana yang mencanggungkan itu. Azam hanya melihat kepergian Zahra. Kenapa ia tidak menyapanya? Biasanya juga begitu.

Sikapnya sangat biasa saja. Azam pun memutuskan untuk ke kelas.

Azam dan Zahra lagi-lagi bertepatan untuk memasuki kelas. Mereka hanya saling terdiam. Lagi-lagi kecanggungan sudah mulai terasa.

Tadi saja sudah terdiam-diam. Sekarang? Apa iya terus saling berdiam tanpa mau menyapa?.

Hmmm.. apa keduanya saling punya rasa? Atau hanya belah pihak saja? Rasanya tidak mungkin jika hanya sebelah pihak. Buktinya ada rasa canggung diantara mereka. Benar kan?

Azam mengusap wajahnya.

"Saya duluan. Assalamualaikum." Ucapnya dengan masuk lebih dahulu.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh" jawab zahra.

Aldi melihat kedatangan Zahra. Zahra melirik sekejap ke arah Aldi. Dan mengalihkan pandangannya lagi. Huft! Jika terus menatap bola mata Zahra yang begitu indah itu. Sampai kapan Aldi bisa melupakannya?

Sampai kapan ia merasakan ini semua? Entah sampai kapan. Yang jelas hatinya sudah sangat amat sakit.

Zahra mencoba untuk keluar kelas lagi. Ini belum waktunya masuk. Karena memang jam waktu istirahat masih sekitar 20 menit lagi.

"Awwh!!"

Tangan Zahra terkena paku yang ada disebelah mejanya. Paku itu sedikit menonjol ke atas. Jadi membuatnya sedikit terluka. Darah pun sudah berkeluar banyak.

Azam berdiri. Ia melihat tangan Zahra yang berlumur darah itu. Azam menghampiri Zahra. Begitu juga dengan Syukron dan Aldi. Yang sama-sama menghampiri Zahra.

Apa? Tiga cowok ini menghampiri Zahra?

"Kamu gak papa ra?" Tanya Aldi dan Syukron secara bersamaan.

Zahra hanya melirik mereka saja. Sedangkan Azam. Ia mundur. Ia kembali ke tempat duduknya lagi.

Zahra hanya melirik ketika Azam kembali ke tempatnya.

"Saya bukannya tidak peduli. Tetapi dengan adanya mereka. Mungkin bisa membuat kamu sedikit bisa tenang." Batin Azam.

"Zahra kamu gapapa?" Tanya Syukron sekali lagi.

Azam sengaja membuang pandangan ke arah lain. Agar tak perlu melihat adegan mereka. Yang mencoba ingin menolong Zahra yang terluka itu.

Zahra menggeleng cepat. Dan meninggalkan kelas. Bukannya mengobati lukanya. Ia malah menuju ke belakang sekolah. Ia terduduk dikursi panjang. Sembari menatap kosong ke arah depan.

Darah masih mengalir. Dan membuatnya turun bercucuran ke bawah begitu saja. Zahra tak menghiraukan lukanya.

Azam berlari untuk ke belakang sekolah. Saat sudah berada disana. Benar saja Zahra berada disana. Ia menatap luka tangan Zahra yang banyak darah sedang bercucuran itu. Mengapa ia tak mengobatinya? Ia hanya melamunkan dirinya saja. Sudah cukup banyak darah menetes ke bawah. Apa ia tidak sakit?

"Assalamualaikum." Ucap Azam.

Zahra terkejut. Tanpa menoleh pun, Zahra sudah tahu suara siapa itu.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh." Jawabnya.

"Ini kotak P3K. Obati lengan kamu sendiri." Azam memberikan kotak P3K itu kepada Zahra. Zahra melihat tangannya. Ternyata sudah banyak darah yang berjatuhan.

Tangannya pun terasa sakit. Zahra mengambil kotak P3K itu dari tangan Azam.

Zahra membukanya. Lalu, ia mengambil kapas. Dan mencoba membuka botol alkohol. Tetapi ia kesulitan untuk membukanya.

Azam hanya tersenyum. Memang wanita kadang gengsi untuk meminta pertolongan saja.

"Mau saya bantu?" Tanyanya.

Zahra menghela nafas. Dan mengangguk menandakan iya.

Lalu Zahra memberikan botol alkohol itu kepada Azam. Azam membukanya. Dan mengambil kapas. Menumpahkannya ke dalam kapas. Dan ia terjongkok. Mengobati luka Zahra itu. Zahra meringis. Sesekali ia mengucapkan sudah kepada Azam. Karena memang sakit.

Azam mengambil kapas lagi. Dan menempelkannya ke tangan Zahra. Lalu mengambil hansaplast. Dan memberikannya pada Zahra. Azam berdiri lagi. Ia tak menempelkan hansaplast. Karena memang tak ingin menyentuh Zahra.

Cukup sudah waktu itu ia melakukan kesalahan fatal. Sekarang ia harus tetap menjaganya. Dan selalu mengingat dengan yang bukan mahram.

"Afwan pakai sendiri. Saya tidak bisa memakaikannya." Ucap Azam dengan tak tega.

Zahra sedikit kesulitan. Tapi mau gimana lagi. Mereka belum muhrim. Akhirnya, Zahra menempelkan dua hansaplast ditangannya.

"Saya permisi dulu. Assalamualaikum." Ucap Azam dengan lega. Akhirnya Zahra bisa melakukannya.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh"

____

Alhamdulillah sekian lama baru update lagi.

Kangen gak sama Azam & Zahra?
Atau sama Aldi & Zahra?
Atau sama orang yang bikinnya. Haha!! canda🤣

Okay!

Gak kerasa besok udah puasa lagi😇
Semangattt ya buat besok puasanya🤗

Pengen update kapan lagi nih?

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang