56

169 18 0
                                    

Zahra baru saja selesai mengambil air wudhu. Wajahnya lebih terlihat indah jika mengenai air wudhu. Lalu ia keluar dari arah toilet. Tetapi ia lupa dengan cadarnya yang tertinggal dipaku dalam kamar mandi. Sudah sedikit jauh dari arah toilet. Ia menutupi separuh wajahnya dengan kedua tangannya.

Hendak masuk ke dalam kamar mandi. Tetapi Azam berada di depannya. Zahra menunduk dengan lengan menutup wajahnya. Azam sekilas menatap Zahra, dan membulat ketika Zahra tak pakai cadar. Azam mulai menundukkan pandangan. Ia mengerutkan keningnya.

"Cadarnya kemana?"  Batin Azam.

Kamar mandi terletak sedikit jauh dari arahnya. Kenapa ia bisa terlupa dengan cadarnya? Bagaimana jika ada ikhwan yang melewat ke arah sini. Untung saja ini jamnya tidur siang. Mungkin sebagian santri-santri telah berbaring pulas setelah shalat berjamaah dimushola tadi.

Azam merogoh saku celananya. Sapu tangan berwarna abu yang masih bersih Azam selalu membawanya kemana pun ia pergi. Azam tersenyum, ia berpikir jika ini bisa membantu Zahra sampai ke kamar mandi nanti.

Zahra masih menunduk. Ia aneh dengan Azam yang masih berada disana.

"Kenapa tidak pergi juga?"  Batin Zahra.

Azam melangkahkan kakinya untuk berdekat ke arah Zahra. Zahra yang menunduk itu melihat kaki Azam yang berada di depannya. Lalu tangan Azam mengulurkan sapu tangan pada Zahra.

"Ini pakai saja. Setidaknya sampai ke kamar mandi. Agar ikhwan tak melihat wajahmu." Ucap Azam.

Zahra terkejut. Kenapa lelaki ini masih memberi perhatian padanya? Jika memang hatinya sudah untuk Aisyah?. Zahra menghela nafas, ia ragu untuk mengambil sapu tangan dari tangan Azam.

Akhirnya Zahra menerima pinjaman sapu tangan milik Azam. Azam tersenyum ketika Zahra mau menerimanya.

"Syukron. Assalamualaikum." Ia sudah tidak tahan dengan debaran jantungnya. Zahra langsung meninggalkan Azam yang kini masih tersenyum.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."

Sampai di kamar mandi. Ia langsung mengambil dan memakainya dengan cepat. Karena ingin segera melaksanakan shalat dzuhurnya. Ia juga sudah tertinggal shalat dzuhur berjamaah akibat tertidur di kamarnya.

Sudah memakai cadarnya. Zahra keluar dari kamar mandi. Dan langsung ke mushola. Dengan menggelar sejadah dan memakai mukenanya. Zahra melaksanakan shalat dzuhurnya itu.

Usai mengakhiri shalat dzuhurnya. Ia melipat mukena dan sejadahnya. Tiba-tiba sapu tangan pemberian Azam jatuh dari saku gamisnya. Ia mengusap sapu tangan itu. Sambil ke kamarnya, ia harus bertemu dengan Azam untuk mengembalikannya.

Tapi ia melihat ada nama ketika disapu tangan itu. Terdapat nama F.A disana. Zahra menautkan halisnya. Ia cepat-cepat keluar mushola. Berharap ia bertemu dengan Azam.

Hatinya memanas ketika tahu siapa inisial nama itu. Dengan langkah cepat sambil membawa mukena dan sejadahnya itu. Ia berhasil menemukan keberadaan Azam yang ketika sedang membaca buku sambil berjalan di koridor kelas para santri putra.

"Assalamualaikum Ustadz."

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh." Azam mengalihkan pandangan. Dan menutup bukunya.

"Ada apa?" Tanya Azam.

"Ini sapu tangannya. Zahra kembaliin. Syukron."

Zahra berusaha mengembalikan sapu tangannya tanpa menatap mata Azam.

"Tidak usah. Itu buat kamu."

Zahra menggeleng cepat. Ia tersenyum miris dibalik cadarnya.

"Ini hadiah untuk Aisyah kan? Kenapa di kasih ke Zahra?"

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang