25

163 23 0
                                    

Setelah membagikan kotak nasi kepada tamu undangan. Keluarga Aisyah sudah pamit lebih dulu. Kini keluarga Azam masih berada di sana.

"Alhamdulillah, terima kasih. Buat bu Runi yang sudah membantu saya dan puteri saya." Ucap Rita.

"Iya bu sama-sama. Saya senang membantu bu Rita." Ucap Runi yang memegang lengan Rita.

"Sudah malam. Kami pamit dulu." Ucap pak Ali dengan bersalaman kepada Rama.

"Ini dibawa yaa.. terima kasih sekali lagi." Rita memberikan 3 plastik besar berwarna merah. Yang berisi kotak nasi beserta buah-buahan di dalamnya.

"Ehh.. gak usah repot-repot" Runi mencoba untuk menolaknya.

"Iya. Jangan repot-repot bu." Ucap Azam.

"Gapapa. Bawa saja." Ucap Rama.

"Kalo gitu kami permisi. Assalamualaikum." keluarga Azam pamit untuk pulang.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."

"Alhamdulillah semuanya lancar. Besok saja beres-beresnya, kan libur. Sekarang udah malam. Kita istirahat dulu. Yuk!" Rama merangkul bahu isterinya. Dan mereka sudah lebih dulu memasuki kamar.

"Tidur dek. Dah malem." Kata rey melengos pergi ke kamarnya.

Kemudian, Zahra pun memasuki kamarnya.

____

Pagi sudah tiba. Keluarga Zahra membereskan rumah sisa acara tadi malam. Yang memang masih sedikit berantakan. Karena, tak sempat dengan waktu yang sudah larut itu.

Zahra mencuci piring-piring kotor. Ayah Rama dan Rey membereskan tikar. Bunda yang sedang menyapu. Semuanya kompak bekerja sama untuk membereskan rumah.

Hampir 1 jam. Kegiatan membersihkan semuanya sudah selesai. Kini mereka sedang sarapan pagi.

Tak ada percakapan selama mereka makan. Hingga pada akhirnya sarapan pagi selesai.

Zahra meneguk air putihnya.

"Bun, kotak nasi tadi malam sisa empat lagi. Gimana kalo kasih ke orang di pinggiran jalan. Kasihan juga." Usul Zahra.

"Iya ya. Kasihan. Yaudah, nanti kamu bagiin ke mereka ya." Kata bunda yang setuju dengan perkataan puterinya itu.

"Rey mau ke rumah temen bun. Hari ini lagi libur. Assalamualaikum." Pamit Rey kepada Bunda dan Ayahnya itu.

Setelah kepergian Rey. Tak lama. Zahra pun berpamit untuk membagikan sisa kotak nasi yang masih sedikit tersisa tadi malam.

Zahra menjinjing plastik berwarna merah ketika di trotoar jalanan. Ia melihat ibu-ibu dan anaknya yang berada ditengah jalanan. Yang sedang mengamen.

Zahra merasa kasihan. Dan ia menuju ke sana.

"Assalamualaikum." Salam Zahra dengan sopan.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh." Ucap ibu itu dan anaknya.

"Ini ada kotak nasi buat ibu dan anak ibu. Harus di makan ya bu." Zahra memberikan dua plastiknya itu.

"Makasih ya neng. Ibu terima." Ucap ibu itu dengan senyuman.

"Kalo gitu saya pamit dulu. Assalamualaikum." Pamit Zahra.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."

Kemudian Zahra memberikannya kepada kakek-kakek tukang becak. Dan terakhir ia memberikannya kepada nenek-nenek yang sedang memulung.

Kasihan sekali mereka. Zahra rasanya ingin meneteskan air mata. Ia tak tega dengan orang-orang yang diberikan kotak nasi itu olehnya. Kakek-kakek, dan nenek-nenek. Yang seharusnya sudah berisitirahat karena usianya yang sudah tak memungkinkan lagi. Tapi mereka masih sempat-sempatnya untuk mencari rezeki.

Maa syaa Allah. Semoga mereka selalu diberikan kesehatan dan umur panjang. Dan dilancarkan rezekinya. Aamiin.

Zahra menuju pulang ke arahnya. Ia masih diperjalanan. Tiba-tiba mobil berwarna putih terhenti disampingnya.

Lalu, seseorang itu turun. Dan menyusuli Zahra.

"Ngapain dijalanan?" Tanya Aldi.

"Assalamualaikum, dulu." Ucap Zahra yang membuat Aldi menggaruk tengkuknya.

"Assalamualaikum" jawabnya dengan penuh senyuman.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh" jawab Zahra.

"Tadi abis ngasih kotak nasi. Sama orang-orang yang menurut Zahra membutuhkannya."

"Ada acara apa?" Tanya Aldi dengan kepo.

"Acara syukuran tadi malam. Tapi kalo cerita panjang banget. Gak mungkin juga Zahra cerita sama kamu. Yang orangnya gak jelas." Perkataan ujung Zahra membuatnya sedikit malas.

"Oh!" Ketus Aldi.

"Yaudah, Zahra pulang dulu." Ucapnya yang hendak pergi.

Tetapi kedatangan Azam yang dengan tiba-tiba. Membuat Zahra sedikit terkejut. Aldi pun sama.

"Assalamualaikum" salam Azam.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh" jawab mereka.

"Gak baik berduaan." Ucapnya yang dengan santai. Padahal dalam hati sedikit kesal.

"Gue pamit deh" kata Aldi.

Sungguh, Aldi merasa dadanya sudah sesak! Mungkin dengan kedatangan Azam. Zahra akan merasa sangat senang.

"Kok pamit?" Ucapan yang dengan secara bersamaan itu. Membuat Zahra dan Azam melirik secara perlahan. Dan menundukkannya kembali.

Aldi menautkan halisnya. Ucapan begini saja sudah secara bersamaan. Apalagi perasaan mereka masing-masing. Apa dua-duanya juga sama? Ah, entahlah. Lebih baik Aldi pamit. Daripada ia menahan sesak lebih dalam.

"Assalamualaikum, gue pulang!" Pamitnya dengan ketus.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh" jawab mereka.

Kepergian Aldi tadi. Membuat Zahra dan Azam merasa canggung. Zahra berjalan perlahan untuk pulang. Ia harus bersikap biasa saja.

"Saya mau nanya" ucapan Azam membuat langkah Zahra terhenti.

"Syukuran tadi malam atas kesembuhan kamu. Memang kesembuhan apa?" Tanya Azam yang dengan harap semoga Zahra menjawabnya.

"Kesembuhan penyakit Zahra" Zahra tetap berdiam diri. Tanpa menoleh ke belakang.

"Iya apa?" Tanyanya dengan khawatir.

"Penyakit kanker otak" jelas Zahra.

Perkataan dari Zahra mampu membuat sorot mata Azam tak percaya. Azam masih diam, ia mencoba mencerna perkataan Zahra.

"Kanker otak?"

"Jangan bercanda ra!" Ucapnya dengan sedikit tegas.

"Siapa yang bercanda? Justru Zahra beneran." Zahra membalikkan tubuhnya.

Benar-benar masih tak menyangka. Zahra bisa-bisanya mempunyai penyakit yang ganas seperti itu.

"Dulu, pas Zahra masuk SMA. Zahra dari situ sudah merasakan sakit kepala yang sakit banget. Terus dibawa ke dokter sama Ayah. Dokter bilang Zahra benar-benar mempunyai penyakit itu. Katanya, hanya 4 tahun Zahra bisa bertahan. Setelah itu. Rutin banget minum obat. Apalagi pas kambuh."

"Kemarin-kemarin. Zahra udah gak ngerasain yang namanya sakit lagi dikepala Zahra. Obat yang dikhususkan untuk penyakit itu memang masih ada. Dan benar-benar masih penuh banget. Terus beberapa harinya Ayah, Bunda, Bang Rey. Semuanya ke rumah sakit."

"Ke rumah sakit untuk cek penyakit Zahra. Setelah keesokan harinya. Surat hasil lab keluar. Dan benar-benar menandakan sudah negatif. Zahra seneng dan bersyukur banget. Bisa sembuh dari penyakit itu. Dan keluarga ngerencanain untuk ngadaian syukuran."

Perkataan Zahra yang jelas itu. Mampu membuat Azam bungkam. Tak percaya dengan melawan penyakitnya yang ganas itu.

Azam hanya mengangguki.

"Kalo gitu Zahra pamit dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh" kemudian, Azam pun pulang.

Fatimah Azzahra Ramadhani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang