PPM|34 Reply

2.2K 147 6
                                    

•••

"Ya, mereka datang ke sini," dia menjawabnya dengan cepat.

Terdengar hening sebentar sebelum suara nada berat Ayahnya terdengar lagi,"Luois menyiksanya? Apa yang dia lakukan pada mereka?"

Luisa terdiam mendengar ucapan Ayahnya, dia takut bahwa Ayahnya akan sangat marah padanya karena Luois telah menyiksa sahabat kecilnya itu. Meskipun sahabatnya itu telah melakukan trik licik padanya, tetap saja ia mungkin tidak akan menerima bahwa sahabat kecilnya itu terluka.

Dia membasahi bibirnya sebelum berbicara,"Aku tidak tahu, karena aku tidak melihatnya. Ayah bagaimana jika aku membunuh mereka? Apakah Ayah akan menghentikanku?" dia dengan takut menunggu jawaban yang tidak ingin di dengar oleh Ayahnya.

Dia takut Ayahnya akan menyelamatkannya dan tidak akan membiarkan keduanya menderita di tangan Luois.

"Meskipun dia telah melakukan kejahatan pada Ayah," dia menahan nafasnya setelah mendengar ucapan Ayahnya dan merasa kecewa padanya,"Tetap saja dia harus menerima hukuman, kamu bisa menyiksa dan mungkin membunuhnya. Ayah tidak akan menghentikanmu," dia terkejut mendengar ucapan selanjutnya Ayahnya dan tidak menyangka bahwa ia akan mengizinkannya. Sebelumnya dia mengira bahwa Ayahnya akan memaafkannya dan menghentikannya untuk membunuhnya, tapi ternyata Ayahnya menyetujuinya.

Dia tersenyum dengan senang,"Ayah aku akan melakukannya," dia segera menutup teleponnya.

"Bagaimana? Kau sendiri terkejut bukan saat pria yang kau cintai menginginkamu mati di tangan anaknya," dia menatapnya dengan penuh kemenangan.

Dia merasa puas melihat wajahnya yang memucat seperti tidak ada darah yang mengalir di wajahnya itu, dia tahu itu karena mungkin ia sangat tidak percaya bahwa pria yang menjadi sahabatnya sejak kecil dan yang dia cintai mengizinkan dia untuk membunuhnya.

Rara memandang Luisa dengan tatapan kosong dia masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya,"TIDAK! TIDAK MUNGKIN! ITU TIDAK MUNGKIN, DIA TIDAK MUNGKIN MENGINGINKAN AKU MATI!" dia berteriak dengan sejadi-jadinya dengan perasaan kemarahan dan kekecewaan.

Luisa berjengit kaget mendengar teriakannya yang tiba-tiba dan membuat telinganya sakit karena itu, dia mengusap telinganya dengan kesal dan memandangnya dengan tatapan tajam dan dingin.

"Kenapa kau harus berteriak?! Kau membuat telingaku sakit!" dia segera menampar bibirnya itu dengan kencang karena takut jika ia akan berteriak lagi dengan tiba-tiba.

Dia berdecih melihatnya yang terdiam dengan air mata yang terus mengalir di pipinya dan itu tidak membuatnya harus mengasihaninya, dia berjalan dengan tenang ke ujung ruangan dan mengambil tongkan besi itu. Dia menimbang-nimbang berat tongkat besi itu dan merasa bahwa itu tidak terlalu berat, dia sedikit tidak puas karena dia menginginkan tongkat yang sangat berat dari ini. Tapi tidak ada apa-apa lagi selain tongkat di tangannya itu. Jadi dia hanya bisa menahan ketidakpuasan dan kekecewaannya.

Dia menghampiri keduanya dengan menunjukkan tongkat besi di tangannya,"Jika dengan ini, apakah bisa membunuhmu dan putri tercintamu itu?" dia menatap Rara dan beralih menatap Jessi dan dia menduga bahwa Jessi tidak memiliki harapan lagi dan terlihat seperti seseorang yang sudah mengalami ganguan jiwa.

Dia menarik baju yang di kenakan oleh Jessi dengan tongkat di tangannya dan melihat bekas kemerahan di bagian leher dan dadanya. Dan dia memilih bertanya,"Bekas apa ini? Apakah dia mengalami pelecehan dan pemerkosaan?" dia memandang kesamping untuk melihat Rara.

Rara menggertak giginya,"Aku sudah mengatakannya sebelumnya, apa kau tidak mendengar. Dan aku nyakin itu juga perbuatanmu! Kau dasar sialan!" dia menatapnya dengan penuh kemarahan dan kebencian.

Possessive Psycho Man [S2 Geofrey] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang