PPM|45 Gone forever

1.7K 100 5
                                    

•••

"Setidaknya lo harus bertahan..."

Rafael tersenyum kecil dengan wajahnya yang memucat serta alisnya yang mengernyit menahan rasa sakit yang di deritanya,"G-Gue minta maaf... B-Bilangin sama yang lain juga, k-kalau gue gak b-bisa nemenin kalian selamanya. G-Gue punya p-permintaan, t-tolong jagain L-Luisa," dia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, dia menatap Elvia yang di sampingnya dan beralih menatap Luisa yang jauh darinya. Dia bisa melihat bahwa Luisa masih linglung dengan tatapannya yang kosong tetapi air matanya mengalir deras di pipinya.

Sebelum meninggal dia menyakini bahwa pilihannya memang tepat meskipun dia kehilangan nyawanya. Bagaimanapun dia juga memang akan mati jika tidak ada pendonor yang cocok dengan ginjalnya. Jadi kali ini dia mati demi menyelamatkan orang yang dia cintai dan sahabatnya, keduanya sangat berarti di hidupnya. Dia meninggal dengan tenang.

Dia tersenyum lembut sebelum menutup matanya yang berat dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Elvia melihatnya yang menutup mata dan membuat hatinya mencelos, dia merasakan rasa sakit di hatinya yang benar-benar sangat menyakitkan. Dia melihat bagaimana sahabat baiknya meninggal di depannya dan menitipkan wasiat padanya. Dia tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi di depannya bahkan dia tidak bisa memeluknya di saat terakhirnya. Ini sangat menyakitkan dan mungkin akan selalu membekas di hatinya.

Dia menggigit bibirnya menahan isak tangisnya keluar, air matanya terus mengalir dengan deras di pipinya dan matanya sudah memerah karena menangis. Tubuhnya bergetar dengan hebat, akhirnya dia tidak bisa menahan isaknya dan menangis dengan keras di depan Rafael yang sudah tidak ada. Yah... Ia sudah tidak ada dan dia tidak bisa melihatnya lagi atau bertemu dengannya.

Hilang untuk selamanya, dan tidak akan kembali.

Luisa masih mematung di tempatnya, tetapi dia bisa melihat dan mendengar semuanya. Melihat bagaimana Rafael mati di depannya dan bahkan melihat bagaimana ia tersenyum lembut untuk terakhir kalinya. Ini sangat menyakitkan sehingga dia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak mengalir di pipinya. Dia ingin menghampirinya tetapi tubuhnya seakan tidak meresponnya dan dia tidak bisa bergerak, tubuhnya sangat lemah.

Dia benar-benar merasakan rasa sakit yang mendalam di hatinya dan mungkin itu tidak bisa di sembuhkan. Dan bahkan dia kesulitan bernafas dan bernafas dengan cepat.

Dia menggigit bibirnya dan memandang Rafael yang sudah terbaring dengan kaku di lantai dan beralih menatap punggung Elvia yang bergetar hebat karena menahan isak tangisnya yang kencang. Dia menatap ke atas untuk menghentikan air matanya yang mengalir tetapi itu sia-sia karena saat dia mengingatnya, air matanya akan mengalir lebih deras. Dan mungkin matanya sudah memerah dengan hidungnya yang juga memerah karena tangisnya.

Dia tidak berani menghampirinya untuk melihatnya lebih dekat, karena dia takut dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan menangisinya dengan berusaha untuk membangunkannya. Untungnya tangannya terikat sehingga dia tidak bisa melakukannya.

Dia menunduk menatap lantai dengan air mata yang menetes membasahi lantainya yang kotor, dia merasa sangat sedih dan menyesal secara bersamaan. Seharusnya ia tidak usah datang ke sini dan menolongnya yang membuatnya harus melawan mereka, dia tahu bahwa ia tidak akan menang. Dan sekarang itu benar, ia tidak bisa melawan dan mati karena mereka. Dan sedari awal dia sudah memiliki firasat buruk dan mungkin ini.

Jika saja ia tidak datang... Ia tidak akan mati seperti ini.

"Aarrgghh..." dia berteriak meluapkan rasa sakit di hatinya.

Dia akhirnya membenci dirinya sendiri karena membuat Rafael meninggal dan bahkan dia sendiri tidak bisa menolongnya.

"Aakkkhhh!"

Possessive Psycho Man [S2 Geofrey] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang