•••
Luisa terdiam melihat pintu UGD tertutup rapat, bahkan dia tidak bisa masuk untuk melihatnya. Padahal dia ingin sekali melihatnya bagaimana para dokter itu membantu pada lukanya, dan juga dia ingin melihat otot di balik pakaiannya. Dia sangat penasaran apakah perutnya ada enam roti atau delapan, dia benar-benar ingin melihatnya. Tetapi sepertinya dokter itu tidak mengijinkannya untuk melihatnya, dia merasa di rugikan. Karena selagi ada kesempatan dia tidak akan terbuang sia-sia, tetapi sepertinya itu sia-sia. Karena dia tidak bisa melihatnya.
Dia ingin menerobos pintu di depannya, tetapi ragu-ragu untuk melakukannya. Takut jika para dokter itu marah padanya dan tidak ingin membantu pria itu. Dan mungkin pria itu bisa mati karena keegoisannya yang sesaat. Jadi dia mengubah pikirannya dan memilih menunggu di sini, siapa tahu dia memiliki kesempatan untuk melakukannya nanti.
"Perasaan lama banget," dia mengeluh dan memandang pintu di depannya, padahal pintu itu baru saja di tutup. Tentu saja akan membutuhkan waktu yang lama.
Luisa melihat kursi yang tak jauh darinya, itu kosong dan tidak ada yang menempatinya. Dari pada menunggu di depan pintu dengan berdiri, dia memilih untuk duduk dan setia menunggu di luar. Menunggu pintu itu terbuka.
"Woi, anjing!"
Luisa yang tadi terus menatap pintu beralih melihat seseorang yang datang dengan teriakannya yang menggelegar di lorong rumah sakit. Dia melihat bahwa orang itu adalah Elvia, dia merasa bahwa Elvia sangat tidak tahu malu. Bahkan saat ini dia berada di rumah sakit tetap berteriak dan mengucapkan kata yang kasar.
"Lo kalau mau teriak, liat situasinya dulu dong. Di rumah sakit ada orang sakit, lo malah teriak-teriak gak jelas. Bahkan kalau lo teriak di dalam kamar mayat, mungkin mayatnya bisa hidup lagi setelah denger suara lo."
Elvia mengerutkan bibirnya dengan kesal,"Ya, maaf. Gue terlalu antusias manggil anjing."
Luisa menatapnya sinis, dia tidak mengira bahwa Elvia memanggilnya dengan sebutan anjing. Memangnya dia seekor anjing, seharusnya Elvia lah yang menjadi anjing karena terus berteriak sama halnya dengan anjing yang terus menggonggong.
"Lo mau gue anterin ke kamar mayat, buat uji coba? Siapa tahu mayatnya beneran bangun gara-gara dengar gonggongan anjing," dia tak lupa memberikan jari tengahnya padanya.
Elvia segera duduk di samping Luisa dan mendengus,"Ogah, Lo nabrak siapa?" tanyanya yang penasaran, karena Luisa tidak memberitahunya.
Luisa melirik Elvia yang duduk di sampingnya dan mendengus,"Ya, orang lah!"
"Gue juga tahu, tapi lo nabrak siapa? Lo kenal gak, siapa tahu orang yang lo kenal. Terus lo malah di tabrak," dia masih bertanya dengan sabar.
"Ya mana gue tahu, liat wajahnga aja enggak kenal. Lagian gue gak bener-bener nabrak tuh orang, mungkin ke srempet doang. Orang dianya yang ada di depan mobil gue, ya mana gue tahu kalau ada orang lewat," terangnya.
Elvia hanya berucap oh, dan tidak menanyakannya lagi.
Suasana hening membuat Luisa mengernyitkan alisnya, dia tidak tahu kenapa Elvia diam dan tidak banyak bicara. Biasanya dia akan selalu berbicara tanpa henti kecuali jika dia memintanya untuk berhenti, maka Elvia tidak akan berbicara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Psycho Man [S2 Geofrey] END
RomansaSequel My Bastard CEO The Second Series Of Geofrey [BELUM DI REVISI! JADI HARAP MAKLUM JIKA ADA KATA-KATA YANG SALAH ATAU TYPO!] ••• Luois Einstain Geofrey, CEO muda, kaya, tampan dengan sejuta pesonanya. Tetapi tidak ada yang tahu dengan sisi gelap...