PPM|44 Sadness

1.7K 99 3
                                    

•••

Luisa memejamkan matanya saat merasakan cengkeraman erat di dagunya, itu sangat menyakitkan. Di tambah dengan ucapannya membuatnya ketakutan dengan wajahnya yang memucat serta suhu tubuhnya yang berubah dingin. Bahkan nafasnya menjadi cepat dengan jantungnya yang berdebar dengan cepat.

Dia merutuki bibirnya yang terlalu sembrono, dia sangat menyesalinya karena tidak seharusnya dia mengatakan kata bodoh. Dia benar-benar ketakutan saat ini.

"Kenapa? Kau takut dan tidak berani melihatku?" Wilder mengangkat dagunya membuat wajahnya mendongak dengan mata yang masih terpejam.

Dia terkekeh melihatnya yang ketakutan dan tidak berani melihatnya,"Bagaimana dengan bibir ini? Bibir ini telah mengejekku, perlukah aku memotongnya atau menjahitnya agar bibir itu tidak bisa berbicara lagi?" dia menatap bibir merah alaminya dengan lekat dan penuh minat.

Sial! Dia seperti seorang psikopat gila!

Luisa hanya bisa mengumpat di dalam hatinya dan tidak berani mengatakannya secara terang-terangan, karena pria itu lebih gila dari Luois! Mereka sama-sama psikopat gila!

Dia tidak tahu apakah kali ini dia bisa selamat dari tangan psikopat gila itu, atau dia masih bisa hidup. Semuanya tergantung pada pria itu dan Luois! Dia tidak tahu apakah Luois akan menyelamatkannya atau tidak, dan sekarang dia ragu apakah Luois dan yang lainnya merasakan dirinya yang menghilang atau tidak?

Dia hanya bisa berdoa agar Luois datang dan menolongnya.

Dia membuka matanya dan menatapnya dengan cemoohan, jantungnya berdebar saat dia berbicara,"Oh, apa kau pria? Kenapa kau berani melakukan kekerasan kepada wanita?" dia hanya bisa melakukan ini agar pria di depannya melupakan untuk melakukan hal-hal gila itu pada bibirnya!

Jika pria itu benar-benar melakukannya, maka dia tidak akan bisa berbicara jika bibirnya di potong atau di jahit! Memikirkannya membuatnya tidak bisa menahan bulu kuduknya merinding. Dia sangat ketakutan padanya!

Wilder menatapnya dengan salah satu alisnya yang terangkat dan bertanya dengan bingung,"Kenapa apakah aku punya batasan pada seseorang?" dia melepaskan cengkeraman di dagunya dan beralih ke bawah untuk merasakan lehernya yang lembut.

Luisa menggigit bibirnya agar tidak tertawa karena tangan pria itu yang mengusap lehernya, dia selalu merasa geli saat seseorang menyentuh lehernya dan perutnya. Dan dia akan selalu tertawa jika ada seseorang yang melakukannya, tetapi dia tidak bisa tertawa karena geli atau menyuruhnya menyingkirkan tangan di lehernya itu. Karena dia tidak berani!

Elvia yang sedari tadi diam karena ketakutan akhirnya membuka mulutnya,"Kau, lepaskan tangan itu!" dia segera memerintahnya karena dia bisa melihat bahwa Luisa menahan untuk tidak tertawa saat pria itu menyentuh lehernya.

Wilder meliriknya,"Kenapa? Kau juga ingin aku melakukannya padamu?" tanyanya.

"Sial! Siapa yang ingin di sentuh olehmu!" Elvia tidak tahan dan berteriak dengan marah yang membuat Luisa tertegun kerena umpatannya.

Luisa tentu saja tertegun, karena Elvia berani mengumpat padanya. Dan dia berpikir jika pria itu mungkin akan marah dan melakukan hal buruk padanya.

Dia segera menatapnya dengan tajam dan mengucapkan kata diam tanpa mengeluarkan suaranya, untungnya Elvia mengerti dan langsung diam. Tetapi tetap saja pria itu sudah tersulut oleh emosinya setelah mendengar perkataannya dan menghampirinya.

Dia menggertak giginya bergemeletuk saat melihat pria itu mencekik leher Elvia meskipun dia tidak menekannya dengan kekuatannya, tetap saja ia akan merasakan rasa sakit di lehernya.

Possessive Psycho Man [S2 Geofrey] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang