•••
Luisa dengan hati-hati menjahit bibirnya dan itu tidak mudah baginya, dia kira itu akan mudah sama halnya saat menjahit pakaian. Meskipun dia tidak pernah menjahit dia bisa menjahit, karena dia sudah tahu bagaimana caranya menjahit. Hanya saja dia tidak pernah menjahit pakaian atau apapun, karena keterampilan tidak dia gunakan. Dan ini pertama kalinya dia menjahit dan dia menjahit bibir seseorang, dia bahkan merasa aneh saat jarumnya menusuk daging itu.
"Sedikit menyusahkan," dia bergumam tetapi dia masih tetap fokus untuk menjahit bibirnya. Bahkan dia tidak terganggu dengan ringisan kesakitan dari Wilder, tangannya sudah basah oleh darah dari bibirnya tetapi itu tidak membuatnya terganggu atapun merasa jijik.
Luisa tersenyum puas setelah jahitan terakhir di ujung bibirnya, tetapi dia tidak berniat untuk memotong benangnya karena dia terlalu malas untuk melakukannya. Jadi dia memilih untuk menarik benangnya, sehingga jahitan di bibirnya menjadi lebih rapat dan mungkin ada sedikit kerutan. Bibir itu sudah tertutup oleh jahitan dan darah, dia menyukainya apalagi saat melihat tampilannya yang menyedihkan karena rasa sakitnya dan mungkin ia hampir menangis.
Dia tersenyum manis dengan kilatan dingin di matanya tetapi Wilder tidak melihatnya,"Aku sudah menjahit bibirmu, jadi apa yang selanjutnya aku lakukan padamu?" dia menopang dagunya dan melihat seluruh tubuhnya, dia memikirkan apa yang selanjutnya akan dia lakukan padanya. Dan tentu saja dia tidak akan mudah untuk menyiksanya hanya dengan menjahit bibirnya, karena seharusnya ia harus mendapat ganjaran yang lebih setelah membunuh Rafael.
Dia terkekeh melihat tampilannya yang mengenaskan apalagi saat bawahan mereka juga ketakutan olehnya dan memilih diam. Dia tidak akan melakukannya pada bawahannya, dia hanya ingin melakukannya pada tuan mereka. Biarkan Luois yang mengurus sisanya, dia tidak ingin repot-repot untuk melakukannya.
Luisa diam dan menatapnya dia tidak punya pilihan selain bermain dengan pisau, untungnya dia membawanya dan berniat untuk menggunakannya. Itu hanya pisau lipat tetapi itu cukup panjang, dia ingin mengambil pisau di dapur tetapi itu terlalu menjijikkan jika digunakan kembali untuk memotong bahan makanan. Jadi dia tidak ingin menggunakannya, yeah tidak mungkin pelayan di sini akan menggunakan kembali karena mereka mungkin akan mengganti dengan yang baru. Sebenarnya dia terlalu malas untuk mengambilnya karena dia tidak sabar untuk datang ke sini dan menyiksanya.
Dia menunjukkan pisaunya dan memandangnya, yang membuatnya senang adalah saat melihat tatapan ketakutannya dan wajahnya yang memucat seperti tidak ada darah yang mengalir di wajahnya. Dis menjulurkan pisaunya dan menyentuh wajahnya secara perlahan,"Bagaimana? Kau ketakutan bukan, awalnya ku pikir kau akan sulit untuk di hadapi. Tapi sekarang aku bisa melakukan apapun yang bisa aku lakukan dan kau tidak bisa mengelaknya atau menghindar,"
"Dan... kau membunuhnya dengan pisau, meskipun kau bukan yang membunuhnya dan bawahanmu lah yang membunuhnya. Tetap saja kau yang membunuhnya. Lalu aku ingin mengulanginya... padamu, apa kau ingin?" dia melanjutkan dan perlahan menurunkan pisaunya menuju leher, dadanya dan berhenti di perutnya di mana letak saat bawahannya menusuk Rafael. Dia jelas mengingatnya dan menjadi mimpi buruknya.
Luisa tertawa kecil dengan wajahnya yang datar, dia melihatnya yang ingin berbicara dengan menangis. Tetapi ia tidak bisa berbicara atau mengeluarkan suara saat bibirnya sudah tertutup oleh jahitan buatannya.
Dia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan,"Sayangnya... bibirmu di jahit olehku dan aku tidak bisa mendengar apa yang ingin kau bicarakan. Padahal aku ingin mendengar suaramu yang memohon padaku, tapi kau tidak bisa berbicara apapun. Maka aku akan melanjutkan... kau tidak perlu menghentikanku karena kau tidak bisa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Psycho Man [S2 Geofrey] END
RomanceSequel My Bastard CEO The Second Series Of Geofrey [BELUM DI REVISI! JADI HARAP MAKLUM JIKA ADA KATA-KATA YANG SALAH ATAU TYPO!] ••• Luois Einstain Geofrey, CEO muda, kaya, tampan dengan sejuta pesonanya. Tetapi tidak ada yang tahu dengan sisi gelap...