Enjoy Reading
.....
...
.Deru nafas teratur dari Clara pertanda gadis itu telah terlelap dalam tidurnya. Setelah menangis cukup lama dan kelelahan akhirnya Clara tertidur pulas. Sedangkan kedua sahabatnya senantiasa menunggu di sampingya.
"May aku merasa kasihan pada Clara, apa dia bisa bahagia?" Vivian menggeleng keci. "Ya ampun.... itu berati dia menjadi istri muda, yang membuatku tak percaya kenapa harus Shean? pria itu sangat dingin dan menyeramkan."
Helaan nafas kasar terdengar dari Maya, gadis itu juga memikirkan nasip sang sahabat ke depannya.
"Entahlah, aku hanya berharap semua baik-baik saja, aku akan memasak sesuatu, Clara belum makan apapun sedari tadi." Maya mulai beranjak dari tempatnya menuju dapur diikuti Vivian.
"Aku bahkan tak bisa menelan makanan untuk saat ini, pikiranku sangat kacau," keluh Vivian kepada Maya.
*******
Hampir 15 menit, benda pipih itu berada dalam genggaman William, sudah beberapa hari ia tak bisa menghubungi Clara bahkan pesan yang di kirim sama sekali tak di balas.
Meski Maya sudah memberitahu keadaannya, tapi entah kenapa hatinya tak bisa tenang saat memikirkan gadis itu, William merasa Clara menjauhinya.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan William, pria itu melirik sekilas ke arah pintu sebelum kembali fokus pada ponsel dalam genggamanya.
Seorang wanita muda memiliki wajah cantik dengan setelan kerja memasuki ruangan William.
"Siang, Presdir! " sapa gadis itu menunduk ketika berhadapan dengan sang atasan.
"Mohon anda periksa dan tanda tangani berkas ini Direktur," ucap Tifany sopan, sambil menyerahkan berkas yang dibawa dan meletakkan di depan William.
Tanpa kata, William meletakkan ponsel, meraih berkas tersebut lalu membacaya.
Walaupun menunduk Tifany selalu mencuri pandang ke arah sang boss, pria tampan yang merupakan atasannya.
Tifany adalah sekretaris William, dari dulu gadis itu selalu mengagumi sosok William, oleh sebabnya dia berusaha melamar kerja di perusah William dan dengan kemampuannya akhirnya bisa lolos seleksi menjadi sekretaris seorang William.
Tifany fikir dengan menjadi sekertaris William, ia akan memiliki kesempatan dekat dengannya, tapi sikap William yang terkesan acuh dan dingin membuatnya hanya bisa mengagumi William tanpa berani mendekati.
Dengan seksama William membaca berkas-berkas yang ada di tangan kemudian menandatanganinya setelah itu menyerahkan kembali pada sang sekertaris tanpa ada niat melirik wanita tersebut.
Dengan keberanian yang sudah di kumpulkan Tifany mencoba berbicara pada sang atasan.
"Maaf Direktur, sudah waktunya jam makan siang. Apa anda tak berniat makan siang, atau anda ingin saya pesankan sesuatu untuk makan siang?"
"Tidak perlu terimakasih atas tawaranmu," jawab William datar tanpa ada niat menatap sang sekretaris.
Tifany tak menyerah ia merasa kasihan terhadap sang Boss yang terlihat lelah kurang istirahat. Tifany tahu William sengaja bekerja lebih keras agar bisa menyeleseikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali lagi ke London, akibatnya sang boss tak memperhatikan kesehatan selalu melewatkan makan siang.
"Tapi anda terlihat lelah Direktur anda juga selalu melewati jam makan siang."
"Aku rasa aku harus mengingatkan tugasmu lagi nona Tifany," perhatia William kini sepenuhnya pada Tifany. "Anda di sini sebagai sekertarisku bukan sebagai perawat pribadaku, jadi jangan mencampuri urusan pribadiku, anda hanya perlu melakukan tugas anda dengan benar nona Tifany itu akan sangat membantu saya
" jawab William dengan nada datar dan dingin. Sungguh ia tak menyukai orang yang terlalu ikut campir masalah pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...