Enjoy Reading
.....
...
.Seorang gadis cantik tengah bersandar pada mobil yang terpakir di tepi jalan. Sesekali melihat arloji yang melingkar dipergelangan tangan kiri.
Keresahan tampak jelas di wajahnya, selain memiliki janji penting dengan klien, tempatnya berhenti sekarang begitu sepi.
Gurat penyesalan terlihat jelas di wajah cantiknya. Seharusnya ia melewati jalan biasanya saja, bermaksud menghindari kemacetan ia memutuskan memilih jalan pintas yang jarang di lalui mobil.
Dan inilah akibatnya, ban mobil tiba-tiba kempes di tengah jalan. Seorang montir yang dihubungi juga belum datang. Padahal sudah hampir setengah jam ia menunggu di tempat ini.
Kedua mata wanita cantik itu berbinar ketika melihat sebuah mobil yang melintas tak jauh darinya, sigap wanita cantik tersebut merentangkan tangan berharap sang mobil berhenti, memberi tumpangan untuknya. Senyum itu semakin merekah ketika harapannya terkabul karna si pemilik mobil menghentikan laju kendaraan tepat di depannya.
"William—" pekiknya tertahan ketika kaca mobil baru di turunkan. Kelegaan membanjiri dada, sebab pemilik mobil adalah orang yang di kenal.
"May, kenapa dengan mobilmu?" tanya William menurunkan kacamata yang bertengger di di hidungnya.
Sudut mata Maya melirik ban mobil yang kempes memasang wajah lesu. "Ban—nya kempes. Aku sedang terburu-buru untuk menemui klien penting."
"Naiklah! Aku akan mengantarmu."
Maya tersenyum lebar, berjalan cepat menuju pintu penumpang disebelah William.
"Terimakasih Will, untung kau muncul tepat waktu." Maya membenarkan letak duduknya mulai memasang sabuk pengaman.
"Aku menghindari kemacetan, itulah sebabnya aku melintasi jalan ini." perlahan mobil mereka mulai meninggalkan jalanan tersebut.
"Aku juga melakukan hal sama, tapi sepertinya nasip buruk menimpaku."
Kedua mata Maya melirik kearah William yang terlihat tampan dengan kemeja putih bergaris."Sudahlah, yang terpenting saat ini kau bersamaku, aku akan mengantarmu menemuimu Klien—mu." William tersenyum tipis kembali berkonsentrasi pada kemudi.
Jantung Maya tiba-tiba berdegup kencang saat melihat senyum tipis William, senyum yang selalu membuatnya lemah. Rasa gelisah mulai mendera, ia merasa hawa di dalam mobil sangat panas, padahal AC menyala begitu kuat.
Kegelisahan Maya disadari oleh William, laki-laki itu menoleh memperhatikan Maya dengan dahi berkerut. "Kau kenapa?"
Tubuh Maya tersentak mendengar teguran dari pria di sebelahnya. "Ti-ti-tidak apa-apa."
Saking gugupnya suara Maya menjadi tergagap, bulir keringat menetes dari dahi, juga rona merah muncul di pipi gadis itu.
"Apa kau kepanasan, May?" Willliam mengerutkan alis semakin bingung dengan perubahan Maya.
"Tidak...!" jawabnya cepat.
"Tapi pipimu memerah, sebentar aku turunkan suhunya." William menekan sebuah tombol untuk merendahkan suhu agar hawa di dalam mobil semakin dingin.
Maya memalingkan muka, merutuki segala tindakannya. Wajahnya memerah bukan karna dingin, tapi jantung yang tak memompa seperti biasanya. Jantungnya berdetak sangat cepat hingga menggedo-nggedor dadanya.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya William sedikit cemas.
"Ya, terimaksih." Maya masih menatap arah luar tak berani melihat wajah William, takut wajahnya semakin merah karna dia tak bisa mengontrol hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...