Enjoy Reading
.......
...
.Helaan nafas keluar dari Vivian ketika menatap sahabatnya yang tengah menangis keras di depannya. Vivian merasa risih karna sahabatnya terus menghirup kembali ingus yang akan keluar. Begitu cekatan tangan kanannya mengambil tissu tak jauh darinya untuk di serahkan pada Maya.
Dengan lelehar air mata bercucuran Maya menerima beberapa lembar tissu yang di sodorkan sang sahabat. Suara ingus yang keluar ketika tissu di tekan pada hidung membuat wanita di depannya sedikit jijik dan reflek memundurkan tubuhnya.
"Sudahlah May, semua sudah terjadi. Yang harus kau fikirkan mintalah tanggung jawab darinya," bujuk Vivian agar sahabatnya berhenti menangis. Jujur dia merasa risih, untung baby Maxim memiliki kamar yang jauh, jadi tangis Maya tak mengganggu bayi montoknya.
"Bagaimana aku meminta pertanggung jawaban? aku sendiri yang memaksanya." Maya kembali menangis keras ketika kilasan-kilasan kejadian tadi malam berputar di otaknya.
"Aku ingin sekali mengubur diriku hidup-hidup agar tak bertemu dengannya dan bagaimana jika dia memiliki kekasih?" lanjutnya.
"Hei...! kau tidak salah. Kau sedang mabuk seharusnya dia menolakmu, tapi dia melakukannya berati dia yang bejat di sini!" jawab Vivian menggebu-nggebu.
"Benarkah seperti itu?" tanya Maya dengan wajah sembab.
Vivian mengangguk cepat, dia bersyukur perkataanya di dengar dan Maya menghentikan tangisnya.
"Kenapa lelaki harus yang salah, jika kalian tak menggoda tentu kita takkan menyerang lebih dulu," saut Bryan sambil mengambil duduk di sebelah Vivian dengan segelas juz jeruk di tangan.
"Orang mabuk secara naluriah akan bertindak jujur mengikuti hati, itulah keinginan bawah sadarmu. Saat kau mabuk pikiran bawah sadar mengambil alih. Jadi sebenarnya kau juga menginginkan hal itu terjadi," perjelas Bryan dengan begitu tenang sambil meneguk air jeruknya, padahal sang istri sudah memandang tajam bak predator yang ingin memakan mangsa.
Aaakkkhhh...... jeritan keras terdengar dari Bryan karna tangan lentik Vivian sudah mendarat di perut sang suami memberi cubitan yang begitu keras.
"Baby sakit...!" rengek Bryan manja plus ringisannya.
"Itu hukuman untuk bibir kurang ajarmu," bukannya prihatin Vivian justru memberi pelototan.
"Aku hanya menyampaikan pendapatku. Kalian para wanita selalu menyalahkan pria, padahal kalian selalu menjerit paling keras saat mendapat kepuasan." Bryan masih tak terima dan mendebat Vivian.
"By..." teriak Vivian sambil memukul sang suami dengan bantal.
Bryan secepat kilat berdiri sebelum tubuhnya sakit karna ulah sang istri."Sepertinya menemani Maxim lebih menyenangkan dari berada diantara kalian," ucap Bryan sambil berlalu pergi.
Kekesalan Vivian memuncak akhirnya meraih bantal sofa dan melemparkannya pada sang suami agar tak bicara lagi. Sungguh lelaki itu seperti menyiram api yang semula sudah padam dengan bensin jadi kini kobarannya semakin menjadi. Bryan yang memiliki reflek bagus tentu bisa mengelak dengan mudah ia sudah melenggang pergi meninggalkan kekesalan untuk Vivian.
Tangis yang lebih keras kembali terdengar di sana.
"Aku begitu murahan, pasti dia jijik dan menganggapku jalang." Maya kembali menangis keras. Vivian sendiri sampai menutup kedua telinganya.
'Dasar Bryan, aku akan memberimu pelajaran nanti.' Bisik Vivian dalam hati dengan wajah kesalnya.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...