Enjoy Reading......
...
.William memacu mobilnya dengan kecepatan penuh, menggeram rendah ketika mobil berhenti karna lampu merah. Saat ini yang ada di fikiranya hanya Clara, selama dua hari ia tak menemui Clara dan tak mendengar kabar apapun darinya.
Fakta yang baru di ketahui memang membuatnya syok dan sakit hati hingga melampiaskan rasa frustasinya pada Clara. Padahal ia sudah berjanji akan selalu berada di sisi wanita itu, tapi Apa?
Malah menghujat Clara habis-habisan. Seharusnya ia tak menyalahkan Clara sepihak, ia yang lalai menjaganya hingga melakukan hal yang tak sepantasnya.
Tangan mencengkram kemudi erat, hatinya mulai gelisah. Entah mengapa jantungnya berdetak begitu tak beraturan. Vivian baru menghubunginya untuk melihat kondisi Clara, karna nomor Clara tak bisa di hubungi sejak kemaren. Vivian berhenti menjaga gadis itu sebab kondisi kandungannya terganggu dan Bryan melarangnya pergi kemanapun.
Berbagai fikiran buruk berkecamuk di benak William. Bagaimana jika Clara berbuat nekat yang membahanyakan hidupnya?.
Melihat kondisi Clara yang terpuruk kemungkinan itu bisa saja terjadi.William kembali memacu mobilnya ketika lampu hijau menyala.
Setelah 15 menit dalam perjalanan, mobil berhenti tepat di pelataran rumah sederhana yang di tinggali Clara.William membuka pintu mobil segera, berlari menuju pintu mencoba menekan handle dan pintu terkunci. Umpatan kecil terdengar karna kunci tertinggal dalam mobil. Lelaki itu kembali memutar tubuhnya untuk mengambil kunci.
"Clara...! Clara...! " panggil William berkali-kali tapi tak ada sahutan sama sekali. Lelaki itu membuka pintu kamar Clara dan menyalakan lampu.
William mendesah lega saat melihat tubuh Clara terbaring di atas ranjang dengan posisi miring. William mengatur nafas yang terlihat naik turun, mengambil tempat duduk di tepi ranjang.
"Clara, maaf. Seharusnya aku tak menyalahkanmu. Aku tak bisa mengendalikan diri, maafkan aku," bisik William pelan.
Tak ada pergerakan dari Clara sama sekali, tangan William terangkat, mengelus pucuk kepala gadis itu. Lelaki itu tersentak ketika merasa suhu tubuh Clara begitu dingin.
William menyibak rambut Clara, wajah pucat terlihat jelas di sana, iapun menangkup pipi Clara dengan kedua tangan.
"Clara... bangun. Apa yang tejadi padamu?" tubuh Clara terasa beku, jantungnya bahkan berdetak sangat lambat saat William mendekatkan telinganya di dada Clara.
Shiitttt...
William mengumpat pelan, perasaan cemas dan takut itulah yang dirasakan, dengan cepat membopong tubuh Clara membawanya keluar menuju rumah sakit.
.
.
.Beberapa suster mendorong tubuh tak berdaya Clara menggunakan brangkar yang tersedia di rumah sakit, William mengiringi langkah suster sambil ikut mendorong.
Langkahnya terhenti ketika brangkar memasuki ruang ICU dan seorang suster menahan tubuhnya.
"Tunggulah di sini Tuan!" Sang suster pun berbalik memasuki ruang dimana Clara dirawat.
William mengusap kasar wajahnya. Terus menyalahkan diri, jika saja ia menemani Clara tak mungkin hal seperti ini terjadi, semua ini salahnya. Kepalanya mendongak menghalau air mata agar tak menetes.
Dari jauh seseorang memperhatikan pergerakan William dengan datar, kedua tangan mengepal erat, hingga buku-buku jarinya memutih.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...