Enjoy Reading
......
...
.Tubuh Clara masih bergetar hebat, bahkan tatapan wanita sudah kosong. Merasa syok, takut dan terluka atas tindakan Shean. William merengkuh bahu Clara membawanya masuk ke rumah.
Lelaki itu menuju dapur setelah beberapa menit kembali dengan membawa kotak kecil bewarna putih, serta satu baskom air dingin dan lap.
William duduk di sebelah Clara, mengambil handuk kecil yang dibasahkan air dingin.
Clara hanya terdiam dan
menunduk, air mata masih jatuh di pipi. Jari William terulur untuk meraih dagu Clara lembut, menghadapkan ke arahnya."Aku akan mengobatimu! "
William mengulurkan kain ke wajah Clara, menempelkan kain itu di luka lebam di sudut bibir untuk mengompresnya. Tak ada ringisan yang keluar padahal luka itu cukup parah.
Karna kulit Clara yang putih lebam itu jadi terlihat begitu jelas. Lebam yang semula bewarna merah kini berubah keunguan.
Hampir lima menit mereka berdiam dalam kesunyian hanya tangan william yang bekerja, tapi bibir lelaki itu bungkam. Walaupun beribu pertanyaan sudah memenuhi otaknya tapi lelaki itu masih belum menemukan kata yang tepat untuk di pertanyakan.
William meletakkan kain lap, membuka kotak obat yang di bawa. Untung Clara selalu menyediakan obat di sana jadi William tak perlu keluar untuk mencari obat.
William mengambil salep kecil di oleskan pada sudut bibir Clara yang terluka, setelah itu mengambil sebuah plaster kecil untuk menutupinya
Ia juga melirik lengan Clara yang memerah, juga memberi salep di memar itu. Hembusan kasar terdengar setelahnya, seolah lelaki itu menekan segala kemarahan. Jika saja Clara tak menghentikan mungkin dia sudah menghajar Shean sampai babak belur.
"Apa kau tak ingin mengatakan sesuatu padaku?" William sudah tak tahan memendam pertanyaan akhirnya menyuarakannya.
Clara hanya terdiam dengan wajah menunduk dalam, jemarinya saling bertautan dan meremas.Kedua mata Willim melirik setiap kegelisahan yang ada pada gadis itu, wajahnya berubah mengeras, ia pun berdiri mengusap kasar wajahnya.
" Apa aku selalu akan jadi orang yang tak penting untukmu, Clara? walaupun kau tidak mencintaiku setidaknya jadikan aku tempat berlindungmu. Aku lebih sakit melihatmu seperti ini daripada kau menolakku. Aku fikir melepasmu agar kau bahagia, tapi apa, lihatlah sekarang? lelaki itu bahkan mebuatmu seperti ini."
"Kami sudah berpisah Will," suara Clara terdengar sangat lirih tapi cukup jelas di indra pendengar William.
Syok, tentu itu yang William rasakan, William berbalik bermaksud mencari Shean dan membunuh priaa Brengsek itu. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar perkataan Clara yang selanjutnya.
"Ini yang terbaik untuk kita. Seharusnya aku menyadari dari dulu bahwa aku dan Shean takkan bisa bersama." Clara memalingkan wajah, air matanya kembali menetes tapi langsung diusapnya menggunakan telapak tangan.
William berbalik membawa Clara ke dada bidangnya, lelaki itu mengelus rambut Clara dengan gerakan naik turun.
"Maafkan aku Will, aku hanya berlari padamu saat susah," isak Clara lirih sambil menenggelamkan wajahnya mencari perlindungan seorang kakak dari sahabatnya, William.
"Itulah gunanya seorang kakak, bukan?" ucap William lirih. Meski seperti tertusuk seribu jarum ketika mengatan itu, asalkan Clara bahagia ia akan melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...