Enjoy Reading
.......
...
."Clara.....!" teriak Shean frustasi.
Hery yang mendengar teriakan sang boss berlari menuju asal suara.Hery cukup terkejut dengan keadaan Shean, dia langsung mendekati Shean dan berjongkok di sebelahnya.
"Directur, apa yang terjadi?"
"Dia pergi, Hery. Claraku pergi, Clara pergi dariku...!" teriak Shean dengan air mata yang terus mengalir. Hery menatap nanar bossnya yang terlihat hancur dengan kepergian Clara.
CWO PART 106
Pintu apartemen yang dulu di tinggali Shean dan Clara dibuka secara kasar oleh Bryan. Sudah seminggu sejak Clara menghilang, lelaki itu tak pernah keluar dari sana. Hery sang asistan di buat bingung dan repot dengan tingkah sang atasan. Dia bahkan mengabaikan semua orang termasuk putranya, Aaron.
Berbagai usaha telah di kerahkan, tapi belum juga membuahkan hasil. Clara seolah lenyap begitu saja.
Shean terbaring di lantai dengan berbagai botol minuman berserakan di dekatnya, satu tangannya menggenggam kotak cincin yang akan di berikan Clara. Kondisi lelaki itu sangat memprihatinkan bahkan disudut matanya terdapat lelehan air mata, mungkin karna sering menangis.
Bryan menggoyang tubuh Shean agar lelaki itu bangun.
"Shean bangun...!"
Hanya geraman dan gumaman kecil dari Shean yang yeng terdengar.
"Shean bangunlah!" karna Shean tak mau bangun, akhirnya Bryan memilih memapah tubuh sahabatnya menuju kamar.
"Clara...., jangan pergi!"
"Maaf—" guman Shean di sela-sela tidurnya.
Bryan menghembuskan nafas pelan, dengan susah payah membawa tubuh Shean munuju ranjang.
Kembali ke depan mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang, tukang bersih-bersing . Setidaknya dia harus membereskan kekacauan yang di timbulkan sahabatnya.
Kedua mata yang tadinya tertutup kini terbuka sempurna. Shean mengerjapkan kedua mata, meraba ranjang di sebelahnya yang kosong.
"Clara." Sudut mata Shean kembali berair, memandang nanar langit-langit kamar.
Penyesalan demi penyesalan kini kembali hadir. Seharusnya ia jujur pada Clara, seharusnya ia berbagi semua dengannya. Mungkin Clara masih tetap bersamanya dan masih dalam pelukannya. Shean menutup mata menggunakan kedua telapak tangan. Cairan bening mengalir diiringi isakan kecil.
"CLARA.....!" teriaknya frustasi. Tubuhnya sudah terduduk di lantai, satu tangan menutup wajah dengan bahu yang masih bergetar.
Mendengar teriakan Shean, Bryan menerobos masuk, mendekati sang sahabat dan berjongkok di depannya.
"Shean."
Lelaki itu hanya terdiam tak menyauti panggilan sahabatnya.
"Shean, berhenti meratapi kepergian Clara seperti ini, bukan hanya Clara yang harus kau fikirkan. Ingat kau masih punya Aaron."
Shean memalingkan wajah dari Bryan. "Pergi, kenapa kau di sini?"
Bryan mengepalkan kedua tangan, menahan emosi yang ingin meledak.
"Sudah aku bilang jauh hari untuk jujur padanya, tapi kau mengabaikan peringatanku. Siapapun yang ada di posisi Clara pasti juga akan salah faham, kau menipunya bukan hanya sehari, dua hari, tapi berbulan-bulan," nada bicara Bryan naik satu oktaf saking kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...