Enjoy Reading
.....
...
.Setelah melakukan perjalanan hampir dua jam, mobil yang ditumpangi Bryan berhenti di area rumah mewah dengan halaman yang begitu luas. rumput hijau bak karpet terbentang sepanjang halaman seperti lapangan sepak bola.
Ditepi halaman terdapat banyak pohon besar yang warna daunnya mulai menguning dan kemerahan sebagian daun telah gugur, terlihat sangat cantik.
Ketakjupan langsung dirasa oleh Vivian, kira-kira bera hektar luas lahan ini? Ada kebanggaan tersendiri dalam diri Vivian karna akan menikahi pria sekaya Bryan.
Jika semua ini milik Bryan, berarti sebentar lagi juga akan menjadi miliknya. Waah ia tak menyangka akan kaya mendadak. Sebenarnya berapa uang yang dimiliki lelaki ini?
Vivian berdecak kecil seharusnya ia mengambil jurusan akuntansi agar tak pusing ketika menghitung kekayaan lelaki disebelahnya.
Bryan tersenyum geli, ekspresi Vivian yang membuka sedikit mulutnya, karna mengagumi tempat ini tampak menggemaskan.
"Apa kau suka kandang kuda ini?"
Hell... apa dia bilang? kandang kuda ? apa otak orang ini juga terbentur tumpukan koin hingga berbicara asal?
"Jika aku suka apa kau akan memberikannya padaku?" jawab Vivian asal
"Jika kau menginginkannya tak masalah, ini hanya sebagian aset yang kumiliki."
"Cihh...., kau ingin pamer padaku jika kau memiliki segalanya?"
Bryan terkekeh pelan. "Tanpa pamerpun semua orang sudah tau jika aku kaya."
Vivian memalingkan wajah malas menimpali. Tak berselang lama, mobil William pun datang bebarengan satu mabil lainnya, mobil Shean.
Vivian langsung berlari mendekat ke arah Maya dan Clara sedangkan Bryan menuju mobil Shean.
"Clara....!" teriak Aaron sambil berlari kecil kearah Clara yang baru saja turun.
Clara tersenyum meyambut tubuh Aaron, tapi sebelum pelukan itu terjadi kerah kaos Aaron ditarik oleh William hingga anak itu tak bisa menjangkau Clara.
"Apa yang kau lakukan pak tua?"
"Tinggimu bahkan belum ada sepinggangku, tapi kau sudah berani menggoda wanita." William tersenyum remeh mengejek Aaron, rasanya menyenangkan melihat wajah merah padam anak itu.
"Will, jangan menggodanya! lepaskan dia!" saut Clara melerei
"Lihat saja jika aku besar nanti, aku akan menindasmu?"
"aku menantikan itu, kids."
William tertawa kecil, bocah lima tahun itu memang lucu, walaupun ayahnya begitu menyebalkan. Tangan Clara terulur untuk melepas cekalan William dari kerah baju Aaron.
"berhentilah mengganggunya Will, kau ini benar-benar."
Clara menggeleng kecil sambil menarik Aaron agar mendekat padanya.
"bagaimana kabarmu, Dear?"
"Kau lihat aku semakin tampan," jawab Aaron dengan angkuhnya
Clara tertawa kecil mendengar penuturan Aaron, Ya ampun, darimana sifat narsis anak ini?
William berdecih, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, itulah kiasan kata yang cocok untuk penggambaran Aaron dan Shean.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...