Enjoy ReadingSaat ini Clara berada satu mobil dengan Shean dan Bryan. Memang waktu berangkat mereka berempat menaiki mobil Shean. Maya diantar lebih dulu ke kantornya dan kini, berakhirlah Clara semobil dengan dua pria.
Sebenarnya Clara sudah menolak keras, ia ingin naik taksi atau bus tapi Bryan terus memaksa membuatnya tak enak hati jika menolak.
Clara memalingkan wajah untuk menghindari rasa gugup, lebih memilih fokus pada pemandangan di luar, suasana di mobil itu tampak sepi karna tak ada satupun dari mereka yang memulai obrolan.
Bryan menatap pantulan wajah Clara melalui kaca depan. Ia bisa melihat ketidaknyamanan gadis itu, tapi Bryan juga tak rela jika Clara secepatnya pergi, itulah sebabnya ia memaksa mengantarnya ke tempat kerja.
"Nona Clara, jadi anda bekerja di caffe? saya dengar anda masih kuliah?" tanya Bryan mencoba memecah kesunyian.
Clara mengalihkan wajah melirik Bryan sekilas.
"Saya hanya sendiri di Kota besar ini Tuan, saya bekerja hanya untuk memenuhi kehidupan saya."
Bryan semakin tersenyum mendengar jawaban Clara, ucapan itu adalah kalimat terpanjang yang gadis itu bicarakan pada dirinya, ia mengambil kesempatan itu untuk lebih dekat lagi.
"Benarkah?! dimana orang tuamu?"
"Mereka sudah meninggal, saya hanya pendatang di sini."
"Maafkan saya Clara, saya tidak tahu." Bryan sedikit tidak enak pada gadis itu
"Tidak apa-apa, Tuan," jawab Clara dengan senyuman.
"Di mana kuliahmu sekarang?"
"Universitas Cambridghe, Tuan."
"Waauu...., aku dan Shean juga kuliah disana, bukankah sekolah tersebut sangatlah mahal."
Clara tersenyum tipis mendapat pertayaan itu, ia memang beruntung karna mendapat biasiswa di Universitas terbaik itu, jika tidak mana mukin mampu masuk universitas berkelas seperti Cambridghe.
"Saya sangat senang mendengarnya, saya bisa bertemu senior yang hebat seperti anda berdua. saya hanya segelintir dari orang yang beruntung, tuan. Dapat kuliah di Universitas terbaik, saya mendapat biasiswa sehingga saya bisa masuk disana."
Shean tersenyum tipis mendengar ucapan gadis yang naik satu mobil dengannya, kelebihan apa lagi yang dimiliki oleh gadis itu, tak hanya paras yang cantik tapi juga didukung kecerdasan dan kebaikannya.
Rasanya tak ada cela dalam diri Clara, ia juga tak menemukan nada sombong di setiap ucapannya, setiap berucap selalu diselingi dengan senyum tulus.
"Kau tau Clara kau gadis yang hebat, kita tak sehebat dirimu, kau masuk disitu deng biasiswa, kira-kira berapa IQ mu saat ini?" saut Bryan semakin bersemangat.
Clara terkekeh pelan mendengar pujian Bryan. Bryan dan shean terperangah saat melihat kekehan Clara dia tampak sangat cantik dimata kedua lelaki itu.
"Anda terlalu berlebihan saya tak sehebat itu.""Jangan bicara seformal itu padaku Clara, itu sangat tak nyaman."
"Itu tidak bisa, tuan. umur kita berbeda jauh, rasanya tak sopan jika saya berbicara tak formal pada anda," timpal Clara.
Bryan tersenyum kecut saat Clara mengungkit umur, sedangkan senyum geli tersungging di bibir Shean.
Shean tak pernah meyangka jika ada yang akan mengatakan itu pada Bryan, gadis itu benar-benar tak terpikat pada sosok playboy disebelahnya. Padahal banyak gadis yang terpedaya olehnya tapi gadis itu pengecualian.
"Kita bisa berteman kalau begitu," usul Bryan
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
Storie d'amoreArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...