Flashback
Satu Jam Sebelum Pesta 18.45 pm London
.
.
.
Kamar mandi berukuran kecil itu bising dengan suara muntahan dari gadis yang berjongkok di depan Closet. Padahal perut sudah terasa kosong dan perih, hanya cairan bewarna kuning yang kelur dan itu terasa sangat pahit di mulut.Kedua mata gadis itu terlihat sayu dengan rambut lembab karna keringat yang memenuhi wajahnya. Seluruh tenaga seperti terkuras habis hingga untuk menumpu tubuhnya saja kakinya serasa tak mampu.
Setelah membasuh wajahnya, gadis itu mulai berjalan tertatih menuju kamar, dia meraih ponsel untuk menghubungi sahabatnya.
Tuuutt.....
Setelah tut pertama barulah terdengar jawaban dari sebrang.
"Will,—-" ucap Clara lemah.
.
.Pintu kamar Clara di buka kasar dari luar, siapa lagi pelakunya kalau bukan, William.
Lelaki itu mendekati Clara dengan raut cemas, berjongkok di tepi ranjang memegang pipi Clara yang terlihat pucat.
"Will...."
"Kita kerumah sakit," tanpa banyak kata William menyelipkan satu tangan ke tengkuk Clara dan satu lagi di bawah lutut, membopong tubuh lemah itu menuju keluar.
********
"Selamat anda mengandung Nona, usia kehamilan anda berjalan empat minggu, mual dan muntah sangat wajar di rasa ibu hamil saat trimester pertama,—-"
Perkataan dokter yang memeriksanya hanya terdengar gaungan bagi Clara, mulutnya sedikit terbuka dengan wajah pucat pasi, seluruh saraf serasa lumpuh bahkan telinganya seolah tuli.
Begitupun dengan lelaki yang duduk di sebelah Clara, William. lelaki itu begitu syok akan kabar yang di dengar.
'Hamil...'
Ia ingin meyangkal semua, tapi hasil tes serta foto janin yang ada di atas meja menguatkan semuanya. Sekali lagi, dia harus di hadapkan oleh kenyataan yang begitu menyakitkan. Clara hamil satu bulan padahal mereka berpisah sudah berbulan-bulan lamanya. Berati setelah berpisah, mereka masih menjalin hubungan tanpa sepengetahuannya.
Kenyataan itu bagai belati yang menghujam jantung William, terasa sangat menyakitkan. William menghapus sudut air mata yang tiba-tiba dengan lancang keluar menggunakan punggung tangan.
Sang dokter merasa bingung, umumnya pasangan suami istri yang akan memiliki momongan akan merasa bahagia, tapi ini apa? Sepasang suami istri ini tak terlihat senang bahkan banyak kesedihan dan beban yang di tunjukkan keduanya.
Apa mereka pasangan kekasih yang belum resmi menikah? pertanyaan itu yang ada di benak dokter wanita tersebut, tapi beberapa detik kemudian menggeleng kecil. Mengeyahkan fikiran buruk tentang pasangan di depannya.
Tugasnya hanya memeriksa pasian bukan ikut campur dengan hal pribadi pasian.Sang dokter mengulurkan resep di depan Clara.
"Tebus obatnya, itu Vitamin dan obat penguat kandungan agar bayi anda kuat dan jangan lupa hindari strees karna tak baik untuk perkembangan si janin."
William mengambil kertas tersebut, menggenggam jemari Clara.
"Terimakasih dokter," beranjak berdiri merengkuh bahu Clara dengan tangan kiri dan membawanya keluar. Sementara Clara hanya terdiam dengan pandangan kosong, fikirannya menjadi kacau.
'Jangan sampai kau hamil , jika kau hamil gugurkan! karna hanya istriku yang pantas mengandung anakku.'
Kepalanya menggeleng kuat sambil memegang perut yang masih rata. Ingatan tentang perjanjiannya dengan Shean menyeruak begitu saja menyadarkan akan satu fakta.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA WITH OBSESSION (END)
RomanceArea dewasa 21++ bagi yang belum cukup umur bijaklah dalam memilih bacaan. Menjadi perusak rumah tangga orang lain bukanlah keinginan bagi Clara, tapi kita tak bisa memilih di mana bisa meletakkan hati kita. Cinta pertama yang di rasa bagi Clara...