9. merindukannya

1.5K 126 11
                                    

Happy reading ✨

Sebuah mansion dengan gaya klasik berwarna putih sudah berdiri kokoh di hadapan kedua remaja yang hanya menatap dengan tatapan biasa. Melihat rumah semegah ini sudah menjadi makanan mata mereka sehari-hari, keduanya memiliki rumah megah dengan interior indah menyejukkan mata. Hal itu juga menjadi alasan mereka untuk selalu bersyukur karena mereka lahir dalam keluarga yang sangat berkecukupan.

Sarada membuka pintu utama rumahnya dan langsung di sambut dengan kepala pelayan keluarganya dan beberapa maid yang bersiap.

"Aku pulang." Ucap Sarada.

"Selamat datang kembali, nona Sarada." Ucap kepala pelayan.
"Wah, tuan muda Uzumaki ya?.. tenyata anda sudah sebesar ini." Sapanya.

"Ah, paman masih sangat terampil seperti biasa." Jawab Boruto.

"Apa kalian ingin mengerjakan tugas bersama?" Tanyanya lagi.

"Bisa dibilang seperti itu, aku akan memakai ruangan musik." Ucap Sarada. Kepala pelayan itu langsung memberikan kode kepada para maid agar segera membereskan ruangan yang dimaksud Sarada.

"Kalau begitu nona Sarada dan tuan muda Uzumaki bisa makan siang terlebih dahulu sebelum mengerjakan tugas kalian."  Ucap kepala pelayan,
Boruto dan Sarada mengangguk.

Kini mereka sedang dihadapkan dengan berbagai macam hidangan yang menggugah selera.

"Paman Gure, bukankah ini terlalu banyak?" Tanya Sarada yang masih mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Tidak apa-apa nona Sarada, saya memang sengaja menyuruh para koki untuk memasak banyak makanan. Karena tuan muda Uzumaki juga ada di sini." Ucap Gure, kepala pelayan.

"Waaah ini luar biasa! Pasti enak! Oh ya paman jangan panggil aku tuan muda Uzumaki terus, panggil saja aku Boruto." Perintah Boruto.

"Baiklah Boruto-sama." Boruto hanya menunduk pasrah mendnegar kepala pelayan itu masih memanggilnya dengan sebutan 'sama' di belakangnya.

"Percuma kau tidak akan menang berdebat dengannya." Bisik Sarada.
Borutopun hanya memangut mangut paham.

Merekapun mulai menyantap berbagai hidangan dengan tenang, tak ada suara piring, garpu dan sendok yang bertubrukan. Wajar saja, mereka sudah diajarkan tata krama turun temurun dari keluarga mereka sejak masih kecil.

Boruto memegang perutnya yang kekenyangan, sedangkan Sarada mengelap area bibirnya dengan menggunakan serbet.

"Bukahkah kita dilarang makan berlebihan?." Tanya Sarada.

"Ini bukan rumahku." Balas Boruto tak peduli.

"Tidak apa-apa nona Sarada, aku akan merahasiakannya dari tuan dan nyonya." Ucap kepala pelayan sambil tersenyum.

Sarada tersenyum tipis.
"Ayo latihan." Sarada berdiri dari tempat duduknya.

"Ah Sarada, aku masih kekenyangan." Keluh Boruto yang masih mengelus perutnya.

"Kau bisa bersantai di ruang musik dasar baka!"

"Ck, iya iya." Boruto mengikuti Sarada dengan malas.

Mereka sampai pada ruang penuh dengan alat musik dengan bermacam warna.

"Kau bisa bermain apa saja Sarada?" Tanya Boruto.

"Hanya piano, biola, gitar akustik, dan drum." Jawab Sarada dengan wajah datar seperti biasanya.

"Cukup hebat, aku bisa 6 alat musik." Ucap Boruto dengan membangga banggakan keahliannya.

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang