46. Dia milikku titik

1.9K 138 95
                                    

Happy reading ✨

'Byurr!

"Puaahh!!"

Rasa segar menyambutnya saat air yang mengalir di keran itu ia basuhkan ke wajahnya yang terasa panas.

"Yabai." Ujarnya sambil melihat ke arah cermin. "Bagaimana ini? Aku gugup."

Untungnya kamar mandi sedang sepi, ia bisa berteriak sepuasnya untuk menghilangkan rasa gugupnya itu. Setelah kejadian itu berlangsung, suasana menjadi canggung dan membuat Boruto semakin gugup untuk menyatakan perasaannya pada sang gadis bersurai raven itu. Bahkan sampai sekarang degup jantungnya masih terdengar keras.

Ia mengeluarkan ponsel, melihat jam yang tertera di layar beranda nya. Ternyata sudah hampir jam 9 malam. Sebentar lagi saat yang sudah ia tunggu tunggu akan tiba.

Boruto memegang dadanya sendiri "Kau harus berani Boruto! Di luar Salad sedang menunggu sendirian! Kau tidak boleh membuatnya menunggu lebih lama lagi." Setelah menyadarkan dirinya sendiri. Ia pun keluar dari ruang toilet laki laki. Mencari sosok Sarada yang menunggunya di dekat sana.

Sudut bibirnya terangkat saat akhirnya menemukan gadis cantik itu. Namun semakin dekat rasanya ada yang aneh pada mimik wajah Sarada. Apa hanya perasaannya?

Rasanya mood Sarada berubah. Apa itu karena ia yang terlalu lama di dalam toilet. Ah sial, bodohnya dia.

"Salad! Maafkan aku, aku terlalu lama ya?"

"Tidak juga."

Boruto terdiam, menatap lekat Sarada yang terlihat sedikit aneh "Salad, apa telah terjadi sesuatu padamu saat aku tidak ada?" Tanya Boruto.

Sarada hanya menggeleng. Tersenyum tipis "Ayo lanjutkan jalan jalannya. Sebentar lagi kembang apinya akan diluncurkan bukan?"

Ya yang dikatakan Sarada benar, itu juga adalah saat saat yang sudah ia tunggu sejak tadi. Namun rasanya perkataan Sarada tadi lebih terdengar seperti pengalihan dari pertanyaannya.

Apa ada banyak serangga serangga yang mendekatinya saat aku tak ada? Sialan, berani sekali.

Tapi yasudah lah, lebih baik ia melanjutkan rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa ini.

"Sara.." Boruto mengulur tangannya lagi, meminta Sarada untuk menyambut nya dan mereka bergandengan seperti tadi.

Tapi, Sarada nampak enggan. Ia juga memasang ekspresi ragu, tidak seperti tadi.

Menyadari perubahan itu Boruto menurunkan tangannya, apa yang telah terjadi pada gadisnya hingga jadi seperti ini?

Sarada jadi nampak murung dan seperti seseorang yang sedang dilanda kegelisahan.

Apapun itu, Boruto sangat ingin mengembalikan mood Sarada. Ia ingin membuat gadis itu kembali tersenyum. "Ku belikan sesuatu untukmu ya?." Tawarnya lembut. Gadis itu menggeleng kuat. Ia pun menghela nafas, mungkin Sarada akan bercerita jika waktunya sudah tepat.

Boruto pun mengambil tangan Sarada, menuntunnya pada lengan kain baju tradisional nya "Setidaknya jangan lepaskan yang ini. Aku benar benar tak ingin kau menghilang."

Hatinya berdesir. Melihat wajah Boruto yang begitu hangat. Perhatian Boruto membuatnya semakin tak rela dengan Keputusan yang sudah ia buat ini.

Ia hanya melihat punggung Boruto yang berjalan pelan di depannya. Sebuah kata kata terus melintas di benaknya. Hingga mereka berhenti di depan sebuah bianglala besar yang nampaknya akan mereka naiki sebentar lagi.

Mereka pun dipersilahkan masuk ketika pintu bianglala itu terbuka.
Boruto duduk di hadapannya. Dan bianglala itu mulai naik ke udara.

Rasanya ia sama sekali tak bisa fokus melihat pemandangan indah di luar sana. Pikirannya runyam dan gundah gulana.

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang