51. Perhatian

1.6K 120 34
                                    

   Happy reading ✨

Seperti biasa, usai sekolah. Sarada dan Boruto pasti pulang bersama. Kali  ini Sarada diantar pulang dengan motor putih Andalan Boruto. Mereka menikmati senja yang berada di ufuk barat.

Sarada berpegang di pinggangnya. Boruto tersenyum di balik helm full face nya. "Sarada.." panggil Boruto.

"Hn.." jawab Sarada entah kenapa sedikit lemas.

"Besok aku tidak di sekolah. Aku sudah menitipkanmu pada Shikkadai dan yang lainnya. Kau jangan jauh jauh dari mereka selama aku tidak ada oke?." Yah walaupun harusnya aku tidak terlalu khawatir karena paman Sasuke juga menempatkan penjagaan di sekitarmu. Tapi ku pikir mereka sangat tidak berguna.

"..."

"Salad?.." Boruto mengernyit "Kau tidak mendengarku?."

"..."

Oke. Kali ini Boruto jadi cukup khawatir. "Salad, kau baik baik saja??" Boruto mulai meninggikan suaranya. Merasa badan Sarada semakin lemas menyender di punggungnya.

"Salad???!" Panggil Boruto lagi. "Kita ke rumah sakit ya?"

Namun Sarada menggeleng di punggungnya. Boruto berdecak bingung. Mansion Uchiha masih jauh dari lokasinya saat ini. Rumahnya lebih dekat ketimbang rumah Sarada.

Yappa ri, sepertinya harus ke rumahku. Mungkin kāsan tau harus berbuat apa.

Boruto mengarahkan kemudinya ke kanan, sebentar lagi mereka akan sampai. "Tunggu sebentar ya.. kita akan segera sampai di rumah."

.

.

.

.

.

.

"kāsan!!!" Teriak Boruto sejak membuka pintu depan. Kepala pelayan terkejut mendengarnya.

"Tuan muda, ada apa??"

Sho bingung melihat Boruto menggendong putri tunggal keluarga Uchiha yang tengah memegang perutnya.

"Aku butuh kāsan!"

"Astagaa ada apa Boruto??" Akhirnya Hinata datang dengan terburu buru. "Eh?? Sarada-chan?? Kamu kenapa nak?"

"..."

"Boruto! Kau apakan Sarada-chan?!!"

"Demi kami-sama aku tidak melakukan apa apa!" Serunya.

"Ya ampun Sarada-chan.. sabar ya nak.. Boruto bawa saja dia ke kamarmu. Nanti kāsan akan mengabari Sakura-chan."

"Baiklah."

Kalau di pikir pikir tingkah Sarada hari ini memang sedikit aneh. Gadis itu jadi cepat menangis, cepat marah dan berteriak, dan sekarang seperti ini. Apa jangan jangan...

'Puk.

Sarada terbaring di atas kasur Boruto. Wajahnya penuh peluh menahan sakit. Memegang perutnya. "Sarada.. ini hari pertamamu ya?."

Sarada pun mengangguk.

"Astaga.. pantas saja." Ujar Boruto lega. Dia kira Sarada sakit apa.

Bagaimana Boruto tau?
Ya, dia memiliki satu ibu dan satu adik perempuan yang suka sekali memerintah nya saat sedang datang bulan.

"Sarada.. bibi sudah mengabari mama mu. Kamu di sini dulu ya, eumm.. Boruto kau bisa buat bubur hangat kan?? Bubur kesukaan Kaasan dan Hima waktu seperti ini. Tolong buatkan ya.."

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang