Musim gugur telah tiba, sepanjang perjalanan menuju stasiun jalur pejalan kaki dipenuhi dengan dedaunan kering yang berguguran.
Sarada duduk dengan tenang sampai stasiun ke dua, seperti biasa matanya tak luput dari halaman dengan halaman buku yang ia baca.
Tiba tiba mata sarada tak sengaja menangkap sesosok wanita tua yang tengah bingung mencari tempat duduk kosong, Sarada ikut menoleh ke kanan dan kekiri, ternyata semua bangku di gerbong ini sudah terisi penuh.
Akhirnya Sarada memasukkan bukunya ke tas lalu beranjak dari bankunya untuk menawarkan tempat duduknya pada wanita tua itu.
"Silahkan duduk di sini nek..""Ah, terimakasih. Kau gadis yang sangat baik." Sarada menuntun nenek itu dengan lembut untuk, menduduki bekas tempatnya.
Kemudian menggantung tangannya di pegangan kereta."Apa kau mau?." Tanya nenek itu menawarkan sebuah kue ikan yang masih terlihat mengebul.
"Ini rasa puding." Kata nenek itu lagi."Terimakasih.." Sarada menerimanya dengan senyum seramah mungkin.
Diapun turun dari kereta karena sudah sampai di stasiun tujuannya.
Kaki jenjangnya mulai melangkah meninggalkan stasiun itu, tangannya mulai membuka pembungkus kue ikan yang tadi diberikan oleh nenek yang ia bantu. Sarada menghembusnya pelan lalu mengigit dengan gigitan kecil.
Kebetulan sekali, dia memang tidak sempat sarapan hari ini.Tak lama diapun sampai di kelasnya yang sudah cukup ramai dengan berbagai ocehan.
"Ohayou." Ucap sarada dengan nada pelan, beberapa teman pun menjawab sapaannya."Bukankah Sarada terlihat lebih pendiam sejak kemarin?." Tanya Shikkadai yang diam diam menyadari hal itu.
"Kau benar, setelah datang dia hanya duduk di tempatnya dan menolak berbicara dengan siapapun." Kata Inojin.
"Mungkin dia sedang dalam mode perempuan masa sensitif." Timpal Mitsuki, sejak kapan kepanjangan PMS seperti itu.
"Beda sekali dengan si kuning itu, sejak kemarin senyum yang mengesalkan tak pernah luntur dari wajahnya." Ucap Kagura menatap Boruto yang tengah berbincang manis dengan Sumire.
"Ah merepotkan." Shikkadai memilih untuk membaringkan kepalanya untuk tidur.
"Tak tau ah, Hai Yuki-chan apa jaketnya sesuai?." Inojin mulai melancarkan aksinya.
"Tentu saja, ini kan pemberianmu.." jawab gadis bernama Yuki itu dengan wajah malu malu gemas.
"Baguslah, kau terlihat lebih manis dengan jaket itu." Senyum Inojin.
"Dasar buaya air asin." Nyinyir Mitsuki dengan senyum menyebalkan.
***
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, bel pulang sudah berbunyi nyaring. Ini sudah ke 7 kalinya Sarada menghembuskan nafas panjang hari ini.
"Aku pulang duluan, Chocho." Pamit Sarada, Chocho pun mengangguk linglung.
Sarada berjalan menyusuri koridor yang ramai dengan para murid yang bertebaran. Sarada membuka kotak loker untuk mengganti sepatunya.
Setelah selesai langkahnya berhenti di sebuah kerumunan orang yang entah sedang melihat apa, Sarada kesal sendiri. Mengapa orang orang ini harus berkerumun di depan gerbang sekolah."Kyaaa tampan sekali ini!."
"Beliau lebih menawan dari perkiraan ku."
Apa sih yang sedang mereka bicarakan?.
'dugh!
"Ah maaf--
Eh? Sarada-chan?." Semua pasang mata kini tertuju pada Sarada."Pinattsu?." Suara pria tak asing melintas di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baka! {BoruSara}|END✓
FanfictionSarada Uchiha yang kembali ke Jepang dengan harapan sudah menyelesaikan perasaan nya yang tumbuh pada sahabat masa kecilnya--Boruto Uzumaki, malah membuat perasaan yang terpendam semakin mendalam. Pria dengan sejuta perhatian dan pesona yang tak ter...