49. Hadiah Terburuk

1.5K 127 47
                                    

Happy reading ✨

"Coba lihat dia!"

"Dia masih berani datang ke sekolah."

"Kira kira siapa om om yang sudah membiayai nya sekolah di sini? Haha"

"Ssstt jangan seperti itu! Hihi."

"Aku baru sadar, sebagian besar rumor jelek tentang Sarada-san itu dibuat oleh dia."

"Menyeramkan sekali. Bisa bisanya dia masih bisa bermuka tebal setelah menimbulkan kekacauan untuk semua orang."

"Memang dari awal dialah yang mencari masalah duluan pada Sarada."

"Dasar tidak tau diri. Setelah itu dia bersikap genit pada Boruto-kun! Aku memang tidak suka padanya dari awal."

"Cih mengapa dia harus ada di kelas kita sih!"

Ya segala percakapan itu terdengar jelas di telinga Sumire. Meskipun dia sudah menyumpal earphone di telinganya, tetap saja. Suara yang terang terangan menggunjingnya itu tak bisa diredam.

Ia pun memutuskan untuk keluar kelas, di sambut dengan suara suara risih dari teman teman sekelasnya.

Saat menyusuri lorong, banyak pasang mata memandangnya remeh, membicarakan dirinya, dan berteriak ke arahnya.

Setidaknya ia menghindar dulu sampai masalah ini mereda.
Sekarang tak ada lagi yang bisa ia tutupi dan ia gunakan untuk membela diri. Semua kedok nya sudah ketahuan.

Tak lama setelah itu bel berbunyi. Ia mendengus, baru saja ingin melarikan diri dari kelasnya yang berisik.

Terpaksa ia balik arah untuk kembali ke kelasnya yang terletak cukup jauh dari lokasinya saat ini.

Tapi...

Setelah ia memasuki kelas, sesuatu terjadi lagi. Penyambutan yang teman temannya pikir itu menyenangkan. Mentalnya menjadi lelucoan untuk semua orang. Melihatnya menderita seperti hiburan malam yang menyenangkan.

Kumpulan tulisan tulisan penghinaan memenuhi mejanya. Ada yang menyuruhnya untuk mati, mengusirnya pergi dari sekolah, mengatainya dengan kata kata hina.

Saat ia mengedarkan pandangan mereka hanya pura pura tak tau sambil tertawa kecil. Ia tak tau siapa saja orang yang telah berbuat seperti ini.

Ia pun mencoba menghapus tulisan tulisan itu dari mejanya. Ia sudah mencoba menghapusnya dengan kain kering ataupun basah, namun tulisan tulisan itu tidak bisa hilang. Dengan kata lain, spidol yang mereka gunakan adalah spidol permanen.

"Ayo semuanya duduk di tempat masing masing!" Tiba tiba guru berkacamata masuk. Dan hanya dia yang belum duduk. Guru itu pun memicing ke arahnya.

"Ada apa? Kenapa kau tidak duduk?"

Apa kau tidak lihat mejaku?!!!. Dalam hati ia ingin sekali berteriak seperti itu.

"Tapi mejaku--"

"--ck, cepatlah duduk pelajaranku akan segera di mulai!" Tegasnya tanpa memperdulikan kesulitan yang dialami Sumire. Sudah ia duga, pasti guru itu juga sengaja menutup matanya.

Sumire tersenyum miris. Sudahlah, memangnya apa yang ia harapkan dari orang orang ini. Mereka semua sama saja. Dasar sampah.

.

.

.

.

Setelah melalui hari yang panjang, akhirnya tiba waktunya untuk pulang. Besok adalah hari yang penting untuknya. Ia harap mimpi buruk ini sudah selesai.

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang