Happy reading ✨
Hujan turun dengan deras nya, langit mendung seperti seorang yang sedang bersedih. Namun seperti biasa, Sarada hanya duduk dengan tenang di bangkunya sambil membaca sebuah buku saham vol. 5.
Kelas masih sepi, ia berangkat lebih pagi agar tak bertemu dengan si pria kuning yang sedang ia hindari.
Aneh, baru kali ini Sarada merasa bosan dengan ketenangannya. Sarada memutuskan untuk menutup buku bacaannya lalu keluar dari kelas untuk sekedar mencari angin segar.Ternyata cukup menyenangkan berjalan sambil menikmati hujan di pagi hari, ah dia jadi merasa sedih ketika tiba-tiba saja ia teringat mamanya yang sudah lama tak pulang. Tangan rampingnya berayun-ayun ke depan dan ke belakang sambil mengatur nafasnya.
"Akh!" Sebuah pekikan terdengar dari arah ruangan yang tak jauh dari posisinya sekarang.
Sebenarnya ia bukanlah tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain, tapi entah kenapa hatinya berkata kalau ia harus mencari sumber suara itu.Tak butuh waktu lama untuk berfikir Sarada berjalan dengan Langkah cepat kearah sumber suara yang ia dengar tadi. Langkahnya terhenti di balik tembok yang di dalamnya terdapat jalan buntu. Tempat ini sangat jarang dilewati oleh para siswa ataupun guru di sana. Saradapun mengintip kecil dari balik tembok itu.
"Tolong itu untuk membeli obat ibuku!." Suara yang sama dengan yang Sarada dengar bertambah jelas. Sarada masih mengumpat di balik tembok tinggi itu.
"Segini? Buat beli obat?? Hahahaha ini mah paling cuma bisa untuk beli obat murahan!" Tawa wanita lain terdengar remeh membuat Sarada mengernyit kesal melihatnya.
"Hihi namanya juga orang miskin, uang segini saja sok merasa dunianya akan hancur."
"Ku mohon jangan ambil uang itu, itu hasil gajian kerja keras ku selama sebulan. Ibuku tak akan mampu bertahan satu bulan lagi, jadi aku benar benar mohon.." Sarada mengintip kejadian itu, emosinya sudah meluap mendengar orang-orang jahat itu menindas seorang gadis yang bahkan sampai besujud kepada mereka.
"AW ... Kasihan.. hahahaha!" Mereka tertawa keras bak seorang iblis pemburu.
Sarada memotret dengan jelas wajah wajah mereka tak ada satupun yang akan Sarada lepaskan. Bisa-bisa melakukan perbuatan sekejam itu.
"Mau ku kembalikan?" Tanya wanita jahat itu, gadis yang dibully itu hanya mengangguk dengan air mata yang sudah mengalir deras.
"Ada kok, syaratnya kau harus tahan dengan tamparan yang kulayangkan." Ucapnya. Gadis itupun tetap memperjuangkan uang yang ia dapat dengan jerih payahnya. Dengan tegar dia mempersembahkan pipinya untuk di tampar oleh ketiga orang itu.
Sarada masih memegang ponselnya sambil bergetar, dia tengah merekam aksi itu untuk menjadikannya bukti yang lebih kuat. Sebenarnya dia benar-benar sedang menahan diri untuk tidak muncul sekarang, padahal emosinya sudah hampir mencapai puncak.
Aku bersumpah akan membalas perlakuan mereka, tolong bertahan sebentar lagi. Batin Sarada.
'PLAK!
Suara kencang itu adalah suara dari tamparan pertama yang orang itu luncurkan. Bahkan gadis itu sampai terpental ke lantai saat menerimanya.
Cukup! Emosi Sarada sudah sampai ke ubun-ubun. Sarada mematikan rekaman dan berjalan cepat sambil mengibas ngibaskan pergelangan tangannya di udara.
"Kalian!"
Dia langsung berhenti di depan gadis yang baru saja menampar wajah siswi tak bersalah itu.
'PLAK!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Baka! {BoruSara}|END✓
FanfictionSarada Uchiha yang kembali ke Jepang dengan harapan sudah menyelesaikan perasaan nya yang tumbuh pada sahabat masa kecilnya--Boruto Uzumaki, malah membuat perasaan yang terpendam semakin mendalam. Pria dengan sejuta perhatian dan pesona yang tak ter...