36. Cemburu

1.7K 128 42
                                    

Happy Reading ✨

Langit menggelap, tetesan air yang dingin mulai membasahi jalanan. Semakin lama semakin deras membuat genangan air di sepanjang jalan menuju gedung utama sekolah

'Cplas!

'Cplas!

Langkah kaki yang terburu buru itu berlari hingga koridor sekolah. Gadis bersurai raven panjang itu menutup telinga di sepanjang perjalanannya, sesekali mengerjap panik.

Perasaan takut menjalar di seluruh tubuhnya, badannya gemetar, kepalanya pusing mengingat sosok pria yang membuatnya terjebak dalam penderitaan ini.

Suara hujan yang terdengar keras mengendap suaranya saat itu membuatnya tak berdaya. Meskipun ia sudah berteriak sekali pun, suara hujan seakan menutup mulutnya.

Ia pun berjongkok di tengah koridor yang sepi, menutup telinganya rapat rapat, lalu memejamkan mata. Nafasnya sesak seakan situasi itu kembali mengancam dirinya saat ini.

Dia takut, seseorang terlambat datang dan merenggut sesuatu yang paling berharga untuknya. Dia takut pria itu berhasil melakukan niatnya. Dia takut--

"Sarada!"

Teriakan itu membuatnya tersentak, seketika tersadar dengan lamunannya tadi. Matanya menangkap sosok Shinkki yang entah sejak kapan sudah berlutut di depannya.

Shinkki masih menatap manik onxy Sarada yang mengkilap dengan cairan cristal yang menumpuk di pelupuk jelaga cantik gadis itu. Ia tau Sarada sedang menahan tangisannya.

Ia masih mengingat betapa terkejutnya ia saat tak sengaja melihat Sarada tengah berjongkok dengan menutup kedua telinganya ketakutan di tengah koridor.

Kekhawatiran muncul dalam dirinya saat melihat gadis yang disukainya itu sedang dalam keadaan tidak baik baik saja. Ia harap kehadirannya bisa memberi sedikit ketenangan untuk Sarada. Atau mungkinkah ini adalah kesempatannya untuk lebih dekat dengan Sarada.

Shinkki tersenyum dalam hati, meraih tangan Sarada yang tengah gemetar itu. Mengingatkan sang gadis kalau semuanya akan baik baik saja.

"Kau sudah aman, Sarada."

Dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang menatap mereka sambil mengeratkan tinjunya kuat kuat sebelum sosoknya pergi menghilang.

***
Boruto berlari kencang ketika hujan tiba-tiba mengguyurnya di jalanan menuju sekolah. Pikirannya langsung tertuju pada satu wanita yang membuat hari harinya penuh dengan perasaan khawatir, Jam segini pasti Sarada sudah sampai di sekolah. Ia ingat Sakura pernah berkata jika trauma sarada masih tersisa sedikit, Trigger panic attack nya adalah hujan. Sarada masih belum terbiasa pasti saat ini gadis itu tengah ketakutan, ia harus segera menemukan Sarada apapun kondisinya. Seluruh tenaga dia kerahkan agar dapat menemukan Sarada secepat mungkin. Sambil berlari ia mencari kontak Sarada di sana. Namun hanya ada nada dering, dan operator yang menyampaikan jika nomor gadis itu sedang tidak aktif. Dia pun mendecih.

Tak peduli dengan seragamnya yang sudah basah kuyup akibat rintikan hujan yang jatuh terlalu deras, rasa Cemasnya pada Sarada lebih besar ketimbang keadaannya saat ini.

Sarada, aku harap kau ada di kelas. Batinnya sambil sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri. Sekali lagi ia mencoba menghubungi gadis itu.

Saat membelok ke tikungan arah kelasnya mata nya terpaku, rasa lega hadir kala melihat punggung Sarada. Benar saja gadis itu dalam keadaan ketakutan, dia berjongkok sambil menutup telinga.

Hatinya teriris, pasti sangat berat untuk Sarada. Padahal dulu, ia dan Sarada cukup sering bermain hujan. Tapi sekarang, hanya mendengar suara hujan saja bisa membuat Sarada mengingat traumanya saat itu. Tanpa mengatur nafas lagi, ia mematikan sambungan ponselnya.

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang