33. Don't Go

1.4K 125 19
                                    

Happy reading✨🔖

   Sakura dan Sasuke menemui dokter yang bertanggung jawab untuk Sarada setelah pria berseragam dokter itu selesai memeriksanya.

"Bagaimana kondisi putriku Dr.Takuchi." tanya Sakura pada teman kerjanya itu.

"Putrimu mengalami trauma hingga tubuhnya berhenti melakukan perintah dari otak, itu seperti shock berkepanjangan yang terus berputar di kepalanya. Jadi itu yang menyebabkannya berhenti merespons sampai sekarang, ada kekhawatiran mendalam yang mengganjal psikisnya."

Sakura menutup mulutnya, Sarada mengalami hal yang sangat berat. Sasuke menariknya ke dalam dekapan, pasti Sakura juga merasa terpukul.

"Tapi putriku masih bisa disembuhkan bukan?" Tanya Sasuke.

"Syukurlah trauma yang dialaminya bukanlah trauma akut. Jadi, jika kita melakukan rutin terapi dan bantuan dari orang orang terdekatnya saya jamin secepatnya dia akan sembuh." Ucap sang dokter.

Sakura mencoba tegar, dia harus terus menemani Sarada. Dia tidak boleh terlihat sedih di depan putrinya itu.

***

Boruto berjalan menyusuri lorong rumah sakit, menaiki lift sampai ke lantai 10 di mana kamar Sarada berada. Boruto harap kali ini ia tak menemui Sarada yang sedang dalam keadaan istirahat pinsan atau tertidur. Karena sebelumnya saat ia menjenguk, Sarada selalu dalam keadaan tak sadarkan diri. Jujur saja dia merindukan gadis itu. Sangat.

Di depan pintu berwarna putih ia menaruh harapan besar. Menghela nafas panjang. Menarik tuas pintu.

Irisnya melebar, saphire nya bersinar. Matanya memanas hingga tanpa sadar cairan kristal mulai menumpuk di pelupuk matanya.

Tubuhnya bergerak sendiri menghampiri Sarada. Gadis yang tengah terduduk itu sedikit memperlihatkan keterkejutannya pada sosok Boruto yang tiba tiba membuatnya hampir terjungkal ke belakang.

Boruto memeluk tubuh Sarada erat, waktu seakan berhenti dalam beberapa detik. Bahu Sarada terasa basah. Apa Boruto yang dia kenal baik itu tengah menangis sambil memeluknya sekarang?

Bibirnya ingin berucap sesuatu, tapi tak bisa. Ia sadar apa yang sedang Boruto lakukan, tapi rasanya ia tak bisa mengendalikan tubuhnya seperti sebelumnya. Membuatnya merasa kesal juga takut.

"Maaf." Kata pertama yang Sarada dengar dari Boruto setelah ia bertemu lagi dengan pria itu. Hati Sarada teriris. Mengapa Boruto minta maaf, Boruto tidak salah apapun. Ini adalah salah Yurui dan juga dirinya. Seharusnya saat itu ia tak menyendiri di wilayah sekolah yang sepi

"Maafkan aku Sarada.." ucapnya lagi masih menangis memeluk Sarada yang terdiam.

Sarada terdiam. Mulai menikmati pelukan ini. Pelukan Boruto.. terasa nyaman...

Mengapa dia menjadi lemah seperti ini? Bahkan untuk membalas pelukan Boruto saja ia tak mampu. Ingin menolak, mengingat sebelumnya mereka masih bertengkar. Tapi.. hatinya berkata tidak

"Harusnya aku tidak meninggalkanmu, Harusnya aku tidak memblokir nomormu, seharusnya aku menemukanmu lebih cepat, harusnya aku menendang Yurui dari sekolah ini lebih cepat saat pertama kali dia menganggumu..." Boruto menyebutkan semua penyesalannya pada gadis itu. Melepaskan rengkuhan nya dari Sarada. Menatap gadis itu intens, dengan air mata yang belum berhenti menetes.

Sarada bisa melihat jelas pria yang telah menyelamatkannya itu, pria yang ia cintai, pria yang sudah bersama dengannya dari saat dirinya masih jadi gadis kecil yang suram. Bagaimana bisa Sarada membencinya, bahkan jika pria itu membuat kesalahan besar hingga dijauhi seisi dunia Sarada tak akan bisa melakukannya. Melihat Boruto yang terkenal sebagai ketua geng Hebi sekaligus putra penerus perusahaan terbesar Uzumaki itu menangis di depannya benar benar membuatnya gemas sekaligus terharu. Boruto yang menangis saat ini sedikit terlihat seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim. Apa mungkin itu karena bentuk mata Boruto yang lembut dan baby eyes seperti Hinata?

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang