15. topeng

1.1K 123 4
                                    

Happy reading ✨

"Eh? Sarada-chan, kau merundung siswi lain?." Tiba-tiba Sumire datang dan menuduhnya seenaknya.

"Ti-tidak! Sarada-chan tidak merundungi ku." Jawab Momo sambil melindungi Sarada.

"Astaga kau tak perlu takut, aku juga pernah dirundung oleh Sarada." Ucapnya dengan tak benar.

"Itu tidak mungkin, Sarada-chan bukankah orang seperti itu. Mengapa kau seenaknya menuduh seseorang?" Tanya Momo yang tiba tiba memiliki keberanian.

"Astaga, padahal aku sedang mencoba membelamu, cih." Lagi-lagi Sumire tak menyadari jika dirinya sedang menunjukkan sifat asli.
Sumire pergi dari penglihatan mereka.

Sarada hanya menggeleng heran mengapa gadis ungu itu selalu terlihat ingin sekali mengusik hidupnya.
Setelah itu Sarada berpamitan dengan Momo untuk pergi ke kelasnya.

Ah, kelas sudah cukup ramai sekarang. Dengan tenang Sarada duduk di bangkunya lalu memasang kedua earphone di telinganya.
Diapun terhanyut pada harmonisasi lagu yang membuatnya nyaman.

Sepertinya akhir akhir ini dia merasa lelah dan tidak bersemangat, banyak hal yang terjadi. Dia merindukan seseorang, sudah lama ia tak bertemu dengan pria itu.

Isamu-nii.. . Sebut Sarada dalam hati.

"Oi! Sarada aku memanggilmu!" tiba-tiba Boruto datang mengomel dengan melepaskan earphonenya.

"Huh?.."

"Huh?? Kau tidak mendengar pengumuman barusan???" Tanya Boruto dengan nada frustasi.

"...." Dari ekspresi Sarada saja sudah bisa Boruto tebak kalau wanita itu tidak mendengar pengumuman dari ruang guru barusan.

"Ah.. baiklah." Boruto menghela nafas kasar.
"Kau dan aku diperintahkan untuk mengambil buku di ruang guru." Ucap Boruto.

"Oh.."

Perempatan siku muncul di dahi Boruto .
"Astaga dasar wanita ini." Boruto membalikkan badannya sambil menggeleng pusing.

Sarada hanya diam ketika mengekori Boruto menuju ruang guru. Sedangkan Boruto sibuk menyapa teman-temannya di koridor.

"Hey Sarada." Panggil Boruto.

"Nani?"

"Apa kau...
Menghindari ku?" Tanya Boruto yang membuat Sarada sedikit terkejut.

Sarada belum menjawabnya, ia hanya menatap punggung Boruto dari belakang.

"Kenapa?"

"Aku tak tahu.." untuk menghindari kelanjutan topik itu Sarada kini mempercepat jalannya dan membuka ruang guru.

"Sumimasen" ucap Boruto dan Sarada bersamaan.

Guru Konohamaru memberikan setumpuk buku paket kepada Boruto dan Sarada.
Jumlahnya hampir sama tapi Boruto satu kali lebih banyak membawa buku dari pada Sarada.

"Sarada, buka pintunya." Bisik Boruto.

"Tidak bisa, ini terlalu berat." Ucap Sarada yang berusaha menggapai pintu.

Tiba-tiba pintunya tergeser.
Dan menampilkan sosok Kagura dengan senyum pesona nya.

"Butuh bantuan?" Tanyanya pada Sarada.

"Hn, arigatou." Sarada memberikan sebagian buku itu pada Kagura.

Sarada berjalan beriringan dengan Kagura sambil sesekali menjawab berbagai pertanyaan yang diluncurkan pria itu.

Sedangkan Boruto sudah memasang wajah suramnya, apa dia hanya sebuah pajangan?

Haloo aku siapa?? Katanya dalam hati.

Namun emosinya itu mereda ketika bawaannya berat di tangannya langsung di ambil alih oleh wanita manis berambut violet yang akhir-akhir ini menarik perhatiannya siapa lagi kalau bukan Sumire.

"Terimakasih Sumire."

"Sama-sama Boruto-kun."
"Eumm.. Boruto-kun, apa aku boleh meminta tolong sesuatu?" Tanyanya.

Melihat Sumire yang terlihat malu-malu membuat Boruto gemas sendiri.
"Tentu saja."

"Aku dengar kau pandai bermain gitar, apa kau mau mengiringi ku dengan gitar saat aku pengambilan nilai seni budaya besok?" Tanya Sumire.

"Ku kira ada apa, tentu saja aku mau." Ucap Boruto.

Sarada yang sejak tadi hanya melihat dari jauh hanya bisa diam dengan memendam perasaannya. Dia tak boleh egois, tapi entah kenapa rasanya dia merasa tak suka karena tahu sifat asli Sumire. Biarlah Boruto sendiri yang menentukan, Sarada kini hanya bisa berharap semoga saja Boruto tidak tersakiti.

"Kyaaa tampan sekali Shinkki!!"

Tiba-tiba sorak heboh terdengar ketika Shinkki datang dengan sebuah tas di tangannya.

Shinkki berjalan ke arah Sarada yang sudah kebingungan sendiri di tempatnya.

Dia mau ngapain lagi?? Pikirnya

"Kau belum sarapan kan? Kata temanmu Chocho kau jarang sarapan." Ucapnya sambil mengeluarkan bekal makanan yang sengaja ia siapkan.

"Itu bukan urusanmu." Ucap Sarada dengan tegas.

"Tapi aku ingin mengurusimu, aku tak ingin calon tunanganku jatuh sakit karena tak makan pagi." Kata Shinkki yang berhasil membuat para wanita meleleh dibuatnya. Lalu beberapa nya mulai menyadari ada sedikit kejanggalan pada kata-kata tadi.

"Tunggu, apa?!! Calon tunangan?!!!." Seisi kelas kembali heboh.

"Shinkki-kun kau akan bertunangan dengan Sarada??"

"Jika Sarada sudah menerimanya, maka itu akan segera terjadi."

"Shinkki kau datang ke kelas orang hanya untuk membuat kehebohan??" Kagura yang merasa tak suka langsung angkat bicara.

"Aku tak ingin membuat heboh, tapi mau bagaimana lagi calon tunanganku ada di kelas ini." Ucapnya.

"Berhenti mengatakan Sarada adalah calon tunanganmu!" Kagura mendekatkan dirinya.

"Boruto, bukankah ini adalah tugasmu sebagai ketua kelas?" Tegur Shikkadai yang terbangun akibat kebisingan kelas.

"Baiklah." Boruto menggaruk tengkuknya malas. "Shinkki sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, kembali ke kelasmu. Kagura kau tenanglah, dia kan hanya seorang Sarada." Ucap Boruto.

Iya, aku hanya sebatas itu di matamu. Batin Sarada, merasa lagi-lagi hatinya patah.

Shinkki yang tak ingin berdebat langsung menuruni anak tangga dan melewati Boruto yang bersebelahan dengan Sumire.
"Heh, melihat sekilas pun aku sudah tau bagaimana wajah aslinya." Sindir Shinkki pada Sumire yang belagak polos.

"Apa maksudmu?" Tanya Boruto.

"Wanita di sebelahmu itu... Sedang memakai topeng. Dasar bodoh." Ejek Shinkki sebelum menghilang meninggalkan kelas

Boruto memijit pelipisnya, tak mengerti bualan apa yang tadi Shinkki ucapkan. Sedangkan wajah Sumire sudah memucat khawatir apa rencananya terlihat sangat jelas di mata orang lain.

Sarada menatap kotak makanan yang dibawa Shinkki. Mengapa pria itu tak membawanya kembali.
Karena merasa sayang Sarada pun membuka kotak bekal itu.
Ternyata isinya adalah salad, seperti nama dirinya.

"Wahhh sudah tampan Shinkki itu juga pengertian sekali. Ne? Sarada?." Ucap Chocho yang baru datang dengan memangku banyak jajanan yang baru dia beli.

"Merepotkan." Ucap Sarada sambil menusuk salad itu.

"Lama lama kau jadi mirip Shikkadai." Ucap Chocho.

"HM."

Chocho menggeleng kecil, tangannya tak berhenti meraba bungkus produk yang masih berisikan kripik Kentang penuh.

=========================
TBC

Terimakasih telah membaca sampai sini jangan lupa Vote and comment untuk mengapresiasi karya author

THANK YOU
NEXT=>>>

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang