29. Firasat

1.4K 121 20
                                    

Kicauan burung burung di pagi hari membuat kelopak mata indah nya terbuka perlahan, gadis berambut raven itu menatap langit langit.

Dilihatnya jam ponsel yang menunjukkan pukul 05:48, hari masih fajar, matahari belum timbul, entah kenapa dia terbangun di waktu yang sepagi ini.

Perasaan Sarada tak enak, seolah akan terjadi sesuatu yang buruk hari ini. Tapi sarada menepis jauh jauh pikiran negatifnya itu.

Semoga saja bukan ulah Sumire, pasalnya Sarada tidak mau hal buruk menimpa orang yang ia cintai. Kalian tahu sendiri siapa orang itu.

Apa dia mandi dan berangkat pagi saja? Kelasnya pasti masih sepi dan dia bisa membaca buku dengan tenang dalam waktu yang lama.

Sarada menjalani ritual paginya dan tak lupa setelahnya memakai seragam lengkap dengan rapih.

Setelah selesai Sarada membuka pintu kamarnya, dan ternyata dia berpapasan dengan salah satu pelayan rumahnya yang sudah bersamanya dari kecil, namanya Rumi, usianya menginjak 30 tahun masih muda. Wajahnya manis dengan lesung pipi di pipi kanannya.

"Ah, nona sarada. Ohayou, apa anda akan berangkat ke sekolah sekarang? Pagi sekali." Katanya sambil tersenyum.

"Aku terbangun lebih awal hari ini." Jawab Sarada.

"Ah begitu, hmmm bolehkah saya menata rambut anda?. Ini masih terlalu pagi, jalan masih sangat sepi, tunggulah sebentar lagi ya.." katanya.

Sarada berfikir sejenak, tak enak menolak orang yang sudah mengkhawatirkan dirinya. Sarada pun mengangguk, sudah lama rambutnya tidak di tata saat bersekolah. Setiap hari Sarada hanya mengikat satu rambutnya atau menggerainya.

Dentingan kecil garpu dan sendok mulai terdengar, kali ini yang berada di meja makan adalah Sarada dan Sakura. Sasuke sudah berangkat saat fajar belum menjemput. Laki laki itu sangat sibuk sampai sampai tak bisa sekedar makan bersama keluarga.

Sakura melirik putrinya yang terlihat tampil berbeda hari ini. "Cantiknya putri mama, siapa yang menata rambutmu?." Namun tak di sahuti oleh wanita berframe merah itu. "Sarada?." Panggil Sakura.

"Eh? Ada apa? Mama?."

"Apa kau baik baik saja?." Tanya Sakura sedikit khawatir.

"Tentu saja, aku baik baik saja."

"Hari ini kau di antar supir saja." Pinta Sakura.

"Apa? Kenapa?? Aku bisa memakai kereta kok."

"Mama tak ingin di bantah, hari ini pergilah di antar supir. Mama khawatir padamu.."

Sarada menghela nafas, "baiklah." Ia kembali melanjuti acara makannya.

***

Sarada berangkat ke sekolah pada pukul 07:00 am, matanya menjelajahi seisi kelas. Aroma embun di pagi hari masih tercium pekat di Indra penciumannya. Rasa nyaman tentu ia rasakan, ini adalah suasana yang sangat tepat untuk membaca buku.

Sarada membuka semua hordeng yang menutupi pencahayaan pada kelasnya, lalu sedikit membersihkan debu pada kaca dengan kemoceng yang tersedia. Karena merasa tanggung, ia melanjutkan dengan menghapus sisa tinta spidol di papan tulis dengan penghapus kayu yang baru kemarin melayang ke arah Boruto.

Setelah selesai melakukan aktivitasnya membersihkan kelas dia akhirnya bisa duduk santai di atas bangku nyaman miliknya. Sarada menggulung lengan seragamnya hingga siku lalu mulai membuka halaman 135 pada buku yang ia baca hari ini.

"Hooaaamm aku ingin tidur ttebassa." Ucap Boruto saat memasuki kelasnya dengan santai.

Saat membuka mata, dia dikagetkan dengan sosok yang memenuhi pikirannya sejak kemarin.
Wajah gadis itu begitu tenang saat membaca bukunya dengan fokus.

Baka! {BoruSara}|END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang