04.

161K 13K 76
                                    

❃ Happy Reading! ❃

Bruk!

Bunyi benda berjatuhan.

"Ck punya mata ga sih lo, celana gue jadi kotor kan?!" Abel berdecak kesal setelah bangun dari jatuhnya.

Saat santriawati itu ingin menjawab suara Ustazah segera mengintrupsi.

"Sudah sudah pada bubar,"

"Mari ikuti saya," Ucap Ustazah pada Abel. Abel pun mengikuti dengan kesal, setelah sampai Ustazah mengetuk pintu asramanya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Ustazah," Jawab memasang wajah binggung.

"Afwan menganggu waktunya, perkenalkan dia santriawati baru, nah Abel semoga betah di sini ya saya duluan Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Jawab mereka serempak kecuali Abel, dia masih kesal belum juga sehari sudah di buat kesal saja.

"Ehm, perkenalkan nama aku Naila" Ucap wanita yang mempunyai hidung mancung terlihat seperti orang arab.

"Dia Rosa" Lanjut Naila sambil melihat wanita yang mempunyai Alis tebal.

"Dan ini Mbak Sekar" Wanita yang sedikit lebih tinggi dariku dan mempunyai mata yang sedikit sipit.

"Abel" Jawab Abel sekenanya.

"Mari masuk semoga betah ya," Ucap Mbak Sekar. Sambil membawakan koper Abel.

Ah Pengertian sekali.

Abel memasuki kamar dan menelisik kamar yang tidak ada setengah dari kamarnya itu. Hanya berisi kasur single tingkat dua, lemari dua serta meja.

"Abel kamu tidur kasur yang atas ya gapapa kan, soalnya tinggal itu doang yang kosong" Ucap Mbak Sekar.

Abel mengangguk.

Masih mendinglah pake kasur dari pada ngedampar di lantai. Batinnya.

"Hm not badlah, sekarang gue mau tidur capek" Ucap Abel lalu melenggos menaiki kasurnya tanpa babibu dan beberapa menit kemudian dia telah terlelap tidur.

oOo

"Abel bangun udah mau sholat asar" Naila menggoyangkan badan Abel.

"Bentar 5 menit lah ya mah" Gumam Abel dengan mata yang masih terpejam.

"Ini kan di pondok Abel, bangun!" Naila terus mengusik Abel yang masih tertidur.

Abel hanya bergumam menanggapi. Lalu duduk untuk mengumpulkan nyawa, jika tidak dia akan terjatuh dari kasurnya.

"Beresin barangnya dulu, baru siap-siap buat mandi" Ujar Mbak Sekar setelah melihat Abel turun dari kasurnya.

Abel mengangguk lalu segera menaruh bajunya pada lemari yang masih kosong dan menaruh semua barangnya disana.

Dia berdecak saat melihat kebanyakan bajunya berisi gamis, dress, rok dan juga baju panjang tak lupa dengan kerudung paris serta kerudung langsungnya atau kerudung langsung pakai hanya beberapa saja baju rumahan yang di bawa untuk tidur.

Abel melihat baju seragam Sma-nya dengan binggung. "Ko ada baju Sma gue disini, terus nanti gue sekolahnya gimana dong?" Gumamnya lirih menatap sendu seragamnya.

Lalu Abel segera beralih mengambil baju pendek coksu dan celana joger hitam dan juga alat mandinya. Lalu mereka segera beranjak keluar.

Abel keluar dengan memakai baju saat dia berangkat kesini dan handuk yang di sampirkan di pundaknya serta baju yang di pegang dan peralatan mandi di tangannya tak lupa rambut yang di kuncir kuda.

"Masih jauh ga?" Tanyanya saat tak kunjung sampai ke kamar mandi.

"Tempatnya ada di ujung Abel, jadi agak jauh" Ujar Rosa. Abel hanya mengangguk malas.

Saat sudah sampai dia memandang barisan para santri yang sedang berbaris dengan binggung.

"Ini mereka semua baris pada mau mandi?" Tanya Abel menatap pada halaman kamar mandi dengan tak percaya.

Mereka bertiga yang mendengar mengangguk. "Gak mungkin mereka lagi nungguin sembako di sinikan?" Tanya Naila polos.

Abel mengerjap binggung. Mbak sekar serta Rosa menghela nafas sabar melihat kepolosan Naila.

"Iya juga," Abel mengangguk mengerti.

Mbak Sekar dan Rosa lagi-lagi menghela nafas dan tak lama mereka tersentak.

"EH–TAPI KALO GINI CERITANYA BAKAL KETINGGALAN SHOLAT DONG?!" Abel berteriak heboh sampai membuat mereka yang mendengarnya terkejut dan mengalihkan pandangan pada Abel dengan binggung.

"Iya Abel kita emang harus ngantri dulu nunggu giliran" Ujar Mbak Sekar menjelaskan selesai dari keterkejutan-nya.

"Yaampun gue sih males banget nunggu-nunggu kayak gini" Ucapnya malas sambil mengibaskan tangannya dan tangannya bersidekap menyilang di depan dada.

Saat Naila ingin menjawab suara lain segera mengintrupsi.

"Heh anak baru gak usah teriak-teriak segala!" Ucap Santri itu sinis– Santriwanti yang menabraknya tadi.

"Dih suka-suka gue lah, masalah buat loh?!" Ujar Abel sewot.

"Masalah lah kan mereka yang denger itu punya telinga!" Sunggutnya tak kalah sewot.

"Yaudah kalo gak mau denger potong aja telinganya," Ucapnya santai. Tapi membuat beberapa orang yang tak sengaja mendengar melotot tak percaya.

Naila dengan cepat memegang telinganya sambil menggeleng.

Saat ingin membalas omongannya terpotong oleh Abel. "Apa gak suka?!" Tanyanya sinis lalu segera pergi dari sana tanpa menunggu jawaban.

"Abel mau kemana?!" Naila berteriak saat melihat segera menjauh.

"Kemana aja yang penting gak liat nenek lampir!" Abel ikut berteriak.

"Dasar anak baru sombong!" Ucapnya Kesal lalu segera pergi untuk mengantri lagi.

oOo

"Hah segernya." Ucap Abel lega setelah keluar dari kamar mandi sambil menggeringkan rambutnya yang masih basah.

"Kaka udah mandinya?" Tanya Umi saat melihat Abel sedang menggeringkan rambut.

Abel mengangguk. "Udah umi, umi lagi masak apa?" Tanyanya saat mencium aroma masakan yang berada di dapur Ndalem, sambil duduk di meja makan memerhatikan umi khansa yang sedang memasak.

"Lagi masak say–" Umi Khansa ingin menjawab namun suara Abi segera terdengar. "Ehm, Kaka udah Sholat Asar?" Dehem Abi sebelum menutup telinganya dengan sorban.

"Ud–EH IYA ABEL BELUM SHOLAT ASAR LAGI ADUH YAAMPUN UDAH JAM EMPAT LAGI ADA KELAS" Teriak Abel tak santai sambil memasuki kamar mandi untuk berwudhu.

"Umi, Kaka sholat di kamar yaa" Ucapnya setelah selesai keluar dari kamar mandi.

"Iya mukenahnya ada di lemari." Balas Umi. "Sholatnya yang khusyu jangan buru-buru" Lanjut Abi ikut menimpali sambil menggelengkan kepala melihat tingkah cucunya.

"Iyaa," Seru Abel lalu segera melaksanakan kewajiban.

🔹🔹🔹

Bersambung...

I Love Gus Cuek! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang