❁
❁
❁
❃ Happy Reading! ❃
Namun sudah lama Abel menunggu dengan lelah hingga maghrib hampir menjelang dia belum beranjak dari sana.
"Gue capek, udah mau maghrib juga." Keluhnya kini yang sejak tadi diam.
"Aku juga capek Abel, tapi Gus Zayn belum dateng buat bilang udahan." Ucap Dina.
"Sama aku juga pegel dari tadi berdiri terus, Gus Zayn mana ya." Tukas Mira.
Abel menghela nafas kesekian kalinya.
"Sabar dikit lagi ya, bentar lagi pasti Gus Zayn dateng kok maafin kita." Ucap Dina menyemangati.
Abel tersenyum tipis mendengarnya. Dia malas debat, malas memberontak karena terlalu lelah. Walau tidak ada matahari badan mereka basah oleh keringat yang terus mengucur. Hampir 2 jam lebih dia tidak duduk, sekalinya jongkok malah di suruh berdiri lagi. Seperti itu saja terus.
Adzan telah berkumandang menandakan waktu Maghrib, yang akan di laksanakan. Mereka mengucap Hamdalah saat mendengar adzan berkumandang tanpa beranjak dari sana. Disini pun sangat sepi, hanya ada mereka sepertinya berdiri di lapangan luas saat maghrib rasanya membuat bulu kunduk berdiri.
Mira di berdiri diantara Abel dan Dina sudah ketakutan karena melihat langit yang hampir gelap, cahaya lampu pun tak melunturkan rasa takutnya karena di luar saat maghrib.
"Udah yuk pulang aja aku takut nih." Ucapnya.
Abel tetap diam kakinya rasanya ingin copot saja karena sangat lelah menopang tubuhnya sejak tadi.
"Aku juga sama, tapi ini hukuman." Cicit Dina ikut takut saat mendengar penuturan Mira dan mendengar suara yang saling bergesekan.
"Udah pulang aja yuk, Gus Zayn gak bakal dat—."
Duar!
Omongan Mira terpotong oleh suara petir yang tiba-tiba.
Mereka berteriak serempak dan saling memeluk spontan saat mendengar petir apalagi kini langit telah bergemuruh. Badan mereka sudah gemetar mendengar kilatan petir dan mendengar suara petir kecil yang saling bersahutan.
Mereka tak berani beranjak dari sana sampai kini mereka basah oleh guyuran hujan deras dengan di selingi petir-petir kecil. Mereka saat ini sedang terduduk, ingin beranjak dari sana pun rasanya kakinya tak mampu menopang tubuh serta melangkah rasanya sangat susah.
Duar!
Suara petir serta kilatan membuat mereka terkejut di bawah guyuran hujan lagi, apalagi pandangan mereka kini tak sengaja melihat ke arah pohon dan seperti ada seseorang yang sedang menatap mereka itu membuat mereka bertambah takut dan hanya mampu beristighfar serta Dina yang sejak melihat sudah membaca ayat kursi dengan tubuh bergetar.
Badan mereka tambah bergetar karena mengigil mereka sudah berada disana tanpa beranjak dari sana karena terlalu takut, sudah hampir waktu isya juga. Kini hanya hujan tanpa ada petir yang mengelegar.
oOo
Sejak tadi pula Mbak Sekar sudah mengkhawatirkan Abel yang belum terlihat batang hidungnya.
Mbak Sekar tersentak saat mendengar Ustazah Fika bertanya.
"Sekar Abel kemana? Katanya Abel mau setor hafalan." Ucap Ustazah Fika–Salah satu Ustazah disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Gus Cuek! [End]
Spiritual|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena kesalahan yang telah dia perbuat. Berpacaran. Yang jelas kata yang paling di blacklist oleh keluargan...