25.

101K 8.5K 170
                                    

❃ Happy Reading! ❃

Saat berjalan keluar dari Ndalem tak ayal orang melirik-liriknya atau secara terang-terangan melihatnya.

Abel hanya menatap datar dengan mata sipitnya itu tanpa berniat menggubris. Abel berniat kembali ke asrama melihat makanan serta minumannya di kembalikan atau tidaknya dia hanya ingin memastikan saja.

Matanya sepanjang jalan terus menatap ke depan, lalu matanya melihat Gus Zayn dan Ustad Aldi yang sedang mengobrol dengan Ustazah Zahra dan Ustazah Dea dengan tetap menjaga jarak. Abel tetap berjalan melewati mereka yang tak jauh dari jalannya itu tanpa berniat menyapa dia sedang tak mood.

Abel terus berjalan sampai asrama dan dia melihat Mbak Sekar yang terlihat khawatir.

"Assalamualaikum, mbak kenapa?." Ujar Abel serak sambil menghampiri Mbak Sekar.

"Waalaikumsalam." Jawab Mereka.

"Mbak gapapa bel." Ucapnya sambil tersenyum. Abel terkekeh.

"Tapi mbak gak punya bakat bohong loh." Ucap Abel sedikit menggoda. Mbak sekar lalu menghela nafas.

"Perasaan Mbak ga enak." Jawabnya sekenanya.

"Banyakin istighfar aja mbak." Ujar Naila. Mbak Sekar mengangguk.

Ruangan itu hening seketika, entah apa yang sedang mereka pikirkan saat ini.

Mata Abel terpaku pada buku hitam seperti diary yang di apit oleh buku lainnya. Buku yang tak sengaja terjatuh kala itu dan sejak saat itu juga Abel mencari pemilik tersebut namun tak kunjung datang. Jadi pikirnya orang yang bernama Naufal itu hanya berkunjung ke pesantren ini.

Abel menghela nafas. Lalu mengambil buku pelajarannya itu untuk mengalihkan pikiran.

oOo

"Ustad Zayn yuhuu!." Pekik Abel tertahan saat melihat Ustad Zayn yang tengah membaca kitab di majlis.

Gus Zayn hanya terdiam tanpa menggalihkan pandangan. Abel dengan sengaja berdehem sedikit keras untuk menggalihkan perhatian Gus Zayn namun sang empu hanya terdiam tak terusik seolah sudah biasa. Sebenarnya Abel masih ingin mendiamkan Gus Zayn namun rasanya ada yang kurang jika tak menganggu atau bertegur sapa dengan Gus Zayn.

"Masya Allah orang cantik gini di anggurin." Celetuk Abel sebal karena tak di idahkan.

"Buah anggur kali ah." Gumam Abel.

"Ehm Ustad Abel boleh nanya gak?." Tanya Abel pada Gus Zayn yang berada di depannya dengan menjaga jarak.

"Abel biasanya kalo mau nanya, tinggal ngomong perasaan." Gumam Naila yang di samping Abel dengan binggung, namun gumamanya terdengar oleh Gus Zayn dan Abel. Abel mendengus malas lalu mengabaikan dan kembali menatap Gus Zayn.

"Jika mim mati bertemu Ba disebut apa Ustad?." Tanya Abel dengan raut wajah seolah berpikir, Naila yang di sebelahnya ikut berpikir sedangkan Gus Zayn yang di depannya terdiam lalu menjawab.

"Ikhfa syafawi." Jawab Gus Zayn sekenanya

Abel menjentikkan jarinya dengan di selinggi senyuman yang manis. "Nah maka, jika Abel bertemu Ustad itu disebut cinta." Ucap Abel terkekeh sendiri. Gus Zayn terpaku lalu setelahnya beristighfar dengan muka yang sedikit memerah.

"Emang bisa gitu ya?" Gumam Naila heran.

"Dasar gak romantis, masa di gombalin malah istighfar sih." Gerutu Abel kesal lalu pergi dari sana dengan terus menggerutu.

I Love Gus Cuek! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang