43.

82.4K 7.7K 278
                                    

❃ Happy Reading! ❃

Setelah beberapa hari Abel termenung memikirkan tentang perjodohannya dan memantapkan hatinya agar ikhlas menerima keputusan orang tuanya itu.

Abel tau pernikahan bukan main-main jadi dia harus berpikir berulang-ulang bagaimana ke depannya karena dia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup, namun jika di pikir-pikir pasti orang lain pun ikut memikiran prinsip Abel.

Abel menghela nafas lelah.

"Ngambil nafas mulu heran gue." Celetuk Zea yang berada di sampingnya sambil mengerjakan tugas hasil meminjam dari Abel karena saat ini mereka berada di perpus.

Abel diam tak menanggapi masih pada lamunannya antara memilih Ya atau tidak. Antara siap tak siap.

Masa depannya masih panjang menunggunya, Abel ingin egois lagi namun takut menyakiti hatinya. Dia belum siap menjadi seorang istri, bahkan menurutnya dia menjadi wanita saja belum benar apalagi istri, dia belum banyak ilmu tentang pernikahannya juga jadi–Entahlah dia pusing sendiri memikirkannya.

Abel memijit keningnya yang sedikit berdenyut, lalu meminum esnya agar pikirannya kembali tenang.

oOo

Setelah pulang sekolah dan menjalankan kewajibannya Abel menghampiri orang tuanya yang kebetulan datang untuk melihat keadaannya.

Kebetulan macam apa ini?

Dia menghela nafas menenangkan diri dan berharap untuk ikhlas.

"Loh Papa Mama kapan dateng?." Tanyanya seolah binggung, padahal pas baru sampai dari sekolah dia sudah jelas melihat mobil Papanya yang terparkir.

"Ah sayang sini, Mama belum lama datengnya." Ucap Mamahnya. Abel mengangguk mengerti.

"Umi sama Abi mana?." Tanyanya saat tak melihat tanda-tanda ada oranh selain mereka.

"Lagi keluar ada urusan." Jawab Papahnya Abel mengangguk lalu terdiam menenangkan hatinya lagi.

"Pah Mah Abel mau ngomong." Ucapnya.

"Biasanya juga langsung ngomong." Jawah Papahnya binggung.

"Iya juga ya." Ucapnya sambil cengegesan agar terlihat santai.

"Kalo gitu Abel nerima perjodohan papah." Lanjut Abel santai sambil memcomot kue.

Mamahnya yang tadi kembali asik pada ponselnya seketika terhenti menatap Abel sendu begitu juga Papahnya, karena saking asiknya memakan yang di bawakan oleh papahnya dia tak memperhatikan suasana.

"Kenapa di bahas lagi katanya mau pilih jodoh sendiri." Ucap Papah mencoba santai menghilangkan rasa gugupnya, rasanya dia sangat bersalah karena masalah perjodohan.

"Widih ada bakso, pasti buat Abel nih tau aja lagi laper." Ucapnya berbinar lalu berlari ke dapur mengambil beberapa mangkuk dan sendok dengan cepat kembali ke ruang tengah yang mejanya telah di penuhi makanan itu.

Mamahnya mendengus lelah melihat kelakuan anaknya ini tidak tau apa Abel merusak suasana lagi melow ini.

Anaknya tidak peka sekali.

Tanpa menunggu jawaban Abel langsung memakannya setelah menuangkan sambal. "Tadi papa ngomong apa, Abel gak engeuh." Tanyanya di sela-sela makan.

I Love Gus Cuek! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang