❁
❁
❁
❃ Happy Reading! ❃
Naufal tak menyangka Abel berpikir sudah sejauh itu.
"Emang Abel tau isi kitab itu?." Tanya Ummah tersenyum geli.
"Hehe enggak um, kata abang buat yang udah besar kan waktu itu Abel masih kecil emang isinya apa um?." Tanya Abel binggung. Saat ingin menjawab, Suara Papa Galang mengintrupsi.
"Jadi Kaka maunya kapan, tapi jangan kelamaan." Tanya Papa Galang.
"3 bulan lagi." Ucap Abel cepat.
"No." Jawab Mamah Ayu menggeleng menatapnya.
"2 setengah bulan lagi." Tawarnya lagi.
"Seminggu lagi." Ujar Ayu
"No, 2 bulan lagi?." Tawar Abel tak menyerah.
"Udahlah seminggu lagi." Jawab Raka. Abel semakin kesal.
"Yaudah Abang aja sana yang nikah." Ujarnya kesal,
Kalo tetap mau seminggu lagi kenapa segala bertanya padanya?
"Masih untung mereka rundingin dulu kalo misalnya papa diem-diem nikahin aku beneran udah kabur dari rumah." Dumelnya kesal dalam hati.
"Eh astaghfirullah berdosa sekali." Batinnya lagi.
"Kan abang cuma–."
"Abel gak mau ngomong sama abang." Potong Abel cepat sambil mengambil duduk di dekat Uminya menjauh dari Raka, dan Raka langsung terdiam mendengar ucapan Abel.
Hening, hanya terdengar kunyahan Abel dengan santainya malah memakan snacknya.
"Jadi Abel mau kapan?." Tanya Umi memecah keheningan.
"Sebulan lagi." Ucapnya menatap calon suaminya yang menunduk.
Apa gak capek nunduk terus? Batinnya lalu mengalihkan pada jajanannya lagi.
"Itu kelamaan sayang." Ucap Umi.
"Apanya yang lama umi?." Tanya Abel binggung ucapan ambigu uminya.
"Kalo nunggu sebulan terus misalnya Opa atau Bang Raffa sibuk gimana gak bisa datengin acara Abel loh." Tawar Ayu. Abel berpikir sejenak.
"Yaudah nunggu gak sibuk, masa dateng ke acara Abel seumur hidup sekali aja gak bisa." Ucapnya tak terima.
Mereka tertegun mendengarnya karena pikir mereka Abel menerima paksa perjodohan ini.
"Yaudah 2 minggu lagi gimana?." Tawar Mama tersenyum lembut.
"Oke fine terakhir. 3 minggu lagi?." Tawar Abel lagi.
"2 minggu aja deh." Ucap Mama Ayu menatap Abel sendu
Abel menghela nafas kenapa harus bertanya kalo tidak membutuhkan jawaban darinya?
Apa mereka tak memikirkan perasaan-nya bagaimana mencoba ikhlas menerima perjodohan dan kali ini nikah dengan secepat itu. Apalagi abang-abangnya yang sudah lebih tua di atasnya pun belum menikah dan belum menemukan sang pujaan hati.
Abel tau ini yang terbaik untuknya, tapi Abel tau setelah ini tanggung jawab semua di serahkan pada suaminya, harus menjadi istri yang baik tapi dia takut menyakiti hati suaminya tanpa sengaja atau pun di sengaja, apa-apa juga harus izin dulu dan belum siap menyerahkan dirinya melepas masa gadisnya, dia masih ingin bebas untuk sementara waktu.
Bukannya dia berpikir sampai situ dia hanya takut Naufal meminta haknha dan dia tidak bisa menolak suaminya itu jika tak ingin berdosa.
Abel tersenyum sambil mengunyah snacknya. "Yaudah kalo gitu Abel ngikut aja." Ujarnya berbicara santai seolah itu bukan hal besar.
Raka menatap Abel binggung, Abel selalu kukuh pada pendiriannya– kecuali sudah malas atau emang lelah.
Tak lama Raka tersentak terdiam menatap Abel yang ikut tersenyum saat melihat orang tuanya tersenyum namun jika di lihat dengan seksama matanya terlihat kekecewaan disana.
Tak ada yang menyadarinya kecuali dirinya, Raka terpaku lagi dirinya ikut sedih melihat Abel. Namun tak ingin mempengeruh suasana, Raka hanya menatap Abel dalam diam.
Abel melihat orang tuanya tersenyum senang, bibirnya ikut melengkung.
"Nah bagus kalo begitu." Ucapan Papanya membuatnya tersenyum kecut, lalu tersenyum lagi seolah tak terjadi apa-apa.
"Oh iya Abel lupa sholat gara-gara nonton drakor." Ucapnya heboh saat matanya tak sengaja melihat jam tangannya.
Raka tersenyum kecil melihat tingkah heboh Abel yang bukan pura-pura itu, moodnya emang gampang berubah namun dia tak bisa menyakal kalo Abel masih terlihat kecewa.
"Yaudah Abel ke kamar dulu ya Assalamualaikum." Ucapnya memotong ucapan Mamahnya itu yang sedang menegurnya lalu segera berlari ke dapur, bukan masalah tak sopan, waktunya benar-benar mepet dan Abel mencoba menenangkan hatinya yang sejak tadi bergemuruh.
Saat di kamar mandi dan membuka khimarnya, air matanya jatuh tanpa bisa di cegah. Abel menahan untuk tidak terisak yang membuat dirinya semakin terlihat menyedihkan.
Abel beristighfar dalam hati menenangkan diri, Abel hanya perlu mencoba ikhlas namun rasanya tetap menyesakkan dan sulit.
Dia segera mengambil wudhu dan melaksanakan sholat agar hatinya lebih tenang. Setelah sholat Abel mengambil kitabnya untuk di baca di atas kasur dengan posisi terlungkup.
Makin lama matanya semakin berat karena pikirannya yang terus membelungu.
oOo
"Abelnya mana?. Tanya Umi.
"Abelnya ketiduran kayaknya umi, mau bangunin juga gak tega semalem soalnya dia tidur cuma sejam doang langsung di bangunin buat sholat." Ujar Raka terselip nada khawatir.
"Yaudah tidak perlu di bangunkan, kalau begitu kami pamit dulu." Ucap Abah.
Di angguki yang lain sampai menuju luar Ndalem setelah mengucapkan salam mereka segera berlalu dari sana.
🔹🔹🔹
Bersambung...
Jadi author upnya tetep malem ya seperti biasa,
Terimakasih buat kalian yang selalu support!🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Gus Cuek! [End]
Spiritual|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena kesalahan yang telah dia perbuat. Berpacaran. Yang jelas kata yang paling di blacklist oleh keluargan...