❁
❁
❁
❃ Happy Reading! ❃
Saat ini Zea duduk dengan tenang sambil memainkan ponselnya itu, Zea mendengar suara langkah orang yang saling mengobrol pun berdiri dari duduknya karena berada di tengah tangga.
Zea kesal karena mereka menunggu tidak terlalu ramai dulu.
"Gak tau apa mereka, gue capek nunggu sambil berdiri gini." Gerutunya kesal sambil melihat mereka yang sedang mencari sendal, lalu menghampirinya.
"Sendal Caca mana ya?." Tanya Caca binggung sambil mengedarkan pandangan mencari sendal flatnya.
"Sendal kamu gak ada?" Tanya Naila.
Mereka yang mendengarnya menghela nafas sabar melihat kelemotan dan kepolosan Naila dalam waktu bersamaan.
Udah tau kenapa masih bertanya?
Caca mengangguk. "Iya sendal caca yang warna hitam ada bunga-bunganya kok gak ada ya?." Ucapnya sambil melihat-lihat. Naila yang mendengarnya ikut melihat sekitar.
"Kenapa cuma di liat-liat bukan di cari sih?!." Gumam Abel mendengus lelah melihat tingkah polos mereka yang sudah mendarah daging.
Mereka melihat raut wajah Abel yang mencoba sabar lalu mereka tersenyum maklum.
"Kenapa gak di cari?!." Sentak Dika tak santai, membuat mereka terkejut mendengarnya.
"Astaghfirullah." Gumam mereka bertiga. Abel, Rosa dan Mbak Sekar menghela nafas karena kepolosan mereka saat yang tidak tepat.
"Eh caca imut."
"Eh Nai cantik."
Ucap mereka serentak membuat Yoga tertawa saat melihat mereka.
Dika mendengus lalu mencari Sendal Caca yang rupanya tertumpuk beberapa sendal. "Nih mangkanya di cari dulu!." Ucapnya sewot sambil menaruh di depan Caca.
Caca memberenggut kesal lalu memakainya. "Makasih." Ucapnya singkat tanpa menghiraukan Dika yang menatapnya tajam Caca yang bertanya dengan antusias ke arah Naila dan Zea mengulum senyum karena melihat tingkah Caca yang mengabaikan Dika.
"Bel yang mana orangnya?." Tanya Zea pada Abel sambil mengedarkan pandanganya.
"Apa?." Tanya Abel binggung.
"Oh itu." Lanjutnya sambil menujuk dengan dagu Naufal yang berjalan keluar dari majlis.
"Siapa namanya?." Tanyanya lagi sambil mengikuti pandangan Zea.
"Naufal." Jawab Abel.
"Woi nopal!." Teriak Zea memanggil lelaki bersarung yang sedang membenarkan jam tangannya, Naufal dengan spontan menoleh.
"Sini dulu ngapa!." Jawabnya tak santai.
Abel meringis melihat Zea seperti itu mengingatkannya pada dirinya dulu yang sebelas dua belas seperti Zea.
Walau sekarang masih tak jauh beda, sikap dirinya saja membuat kepalang malu bagaimana jika di tambah dengan sikap Zea.
"Assalamualaikum." Ucapnya saat sampai di dekat mereka dan berdiri di dekat Cakra.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka serempak. Namun berbeda dengan Caca dan Zea yang lebih terdengar senang.
"Yaampun masa depan gue badas bener." Gumam Zea masih bisa di dengar yang lain Remon mendengus tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Gus Cuek! [End]
Spiritual|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena kesalahan yang telah dia perbuat. Berpacaran. Yang jelas kata yang paling di blacklist oleh keluargan...