"Ya ampun Asya!!! Lo kemana aja sih??! Kita panik banget tau!" ucap Kiara yang baru saja memasuki kelas. Dan mendapati Asya sudah duduk di bangkunya bersama Tea juga Gea.
"Tau nih si Asya! Noh, si Gavin neror gue, nanyain lo mulu," kesal Gea yang dua minggu terakhir ketenangannya terganggu oleh teror dari Gavin.
"Lo kok bisa nggak ngabarin kita kalo sebenernya lo tuh di rumah sakit," kata Tea yang masih penasaran.
Bukan hanya Tea saja yang penasaran, tapi semua orang yang mengenal Asya pastinya sangat penasaran kenapa sampai gadis itu menghilang tanpa jejak.
"Soalnya hp gue tuh rusak, jadi nggak bisa ngasih kabar ke kalian semua. Sorry ya!" Asya memasang wajah bersalahnya.
"Ya nggak harus pake HP lo juga Sya! Bisa pake HP Mama lo, atau sepupu lo!" kesal Kiara.
Asya tidak menjawab lagi, kepanikan yang membuatnya jadi lupa mengabari semua orang. Satu persatu bangku yang kosong mulai terisi, pertanda bahwa hari mulai siang.
Hingga akhirnya ketika salah satu cowok masuk membawa kabar heboh bagi seluruh kelas, bahkan mungkin kabar ini sudah sampai di seluruh penjuru sekolah. "Katanya hari ini bakalan pulang cepet karena guru mau rapat besar-besaran!! Terus jam pertama juga free!"
"Eh anjir, rapat besar-besaran? Hahaha...."
"Bahasanya aneh banget sih? Tapi tetep suka kalo yang ngomong Pak Ketu, hahaha ...."
"Apaan sih lo pada? Nggak jelas banget!"
"Tapi gue seriusan loh!"
Tentu saja kabar itu membuat siswa-siswi SMA Galaksi girang bukan main.
Dan benar saja, meskipun bel masuk berbunyi, tetapi tidak ada satupun guru yang masuk mengisi kelas.
Justru segerombolan cowok yang menyebar seluruh penjuru kelas lah yang masuk dan membuat heboh. Pasalnya mereka adalah Andromeda, yang belakangan ini keberadaannya semakin terekspos publik. Keberadaannya tidak lagi ditutup-tutupi seperti saat awal terbentuk.
"Woi! Ada Gavin kesini woi!"
Semua orang langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing. Menatap Gavin yang memasuki kelas bersama Farhan dan Sakti.
Asya terpaku pada Gavin yang berada di tengah-tengah antara Farhan dan Sakti. Ia sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari Gavin yang kini tengah menjelaskan tujuannya datang ke kelas ini, tak lain adalah untuk meminta donasi seikhlasnya pada penghuni kelas.
Gadis itu terkesiap ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Gavin. Ia langsung menunduk menyadari bahwa tatapan Gavin yang dilayangkan untuknya adalah tatapan yang tajam dan menusuk.
"Sya! Lo udah minta maaf sama Gavin belum? Kasian tau! Tiap hari kesini cuman mau nanyain lo udah pulang apa belum."
Asya menoleh menatap Tea, kemudian menggeleng, "Belum."
"Mending lo buru-buru minta maaf deh! Biar dia nggak salah paham!!" kata Tea yang berhasil membuat Asya merenung.
Tak butuh waktu lama untuk Farhan dan Sakti mengumpulkan donasi di kelas Asya. Itu berarti mereka akan keluar sebentar lagi.
Benar saja, ketiga cowok itu keluar dengan Farhan dan Sakti yang masih memegang kardus berisi donasi dari kelas Asya.
Asya terkesiap ketika Tea menyenggol lengannya. "Buruan Sya! Samperin Gavin!"
Asya ingin tetap tinggal, namun kakinya seolah melangkah dengan sendirinya. Berlari kecil keluar kelas. Berhenti di depan pintu dan menatap punggung Gavin yang mulai menjauh bersama Farhan dan Sakti.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Novela JuvenilWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...