Happy reading!!
Jangan lupa vote, komen, follow, dan share!!!
Kalo ada typo kasih tau ya!!!
🥰🥰🥰
🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆
Suara klakson motor membuat Asya terbangun dari lamunannya. Gadis itu mengelus dada karena bersyukur bisa selamat dari maut yang hampir saja menghampiri.
Asya menghela napas berat, gara-gara memikirkan omongan Davin tadi, ia sampai melamun dan tidak memperhatikan jalanan. "Gavin belum ikhlas?" gumamnya.
"Tapi sama siapa?"
Ia terus bertanya-tanya hingga sampai di depan gerbang rumah. Dalam hati ia juga menebak siapa orang yang dimaksud itu. Pacar, mantan, teman, sahabat, kakak, atau adik?
Asya mengerjapkan matanya. Gadis itu menggeleng kuat menyadari bahwa dirinya sudah membuang waktu dengan memikirkan urusan Gavin. "Ish! Ngapain juga gue mikirin tuh cowok?"
🔆🔆🔆
Gavin mengendarai skateboard nya dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan malam yang cukup sepi. Ia melakukan aksinya itu di sekitar komplek perumahan Asya.
Gavin berhenti di pinggir jalan, mengambil ponselnya, ia menghubungi nomor Asya untuk mengajak gadis itu keluar, siapa tahu kebetulan memang sedang ada di luar rumah.
"Hai Asya...." Cowok itu melebarkan senyumnya begitu panggilannya diangkat.
"Iya? Kenapa?"
"Lo lagi di rumah?"
"Baru mau masuk rumah."
"Gue boleh ke sana nggak?"
Di depan gerbang rumahnya, Asya tersentak. "Em... Gimana ya?" Ia menjilati bibirnya yang tiba-tiba terasa kering.
"Oke, tunggu ya! Gue udah deket komplek lo!"
Asya melongo di tempatnya. Padahal ia belum menjawab iya atau tidak. Tapi Gavin sudah menyimpulkan sendiri kalau Asya mengizinkannya ke rumah.
Dengan perasaan yang campur aduk, gadis itu memilih menunggu di luar rumah karena katanya Gavin sudah berada di sekitar komplek perumahannya.
Suara pemberitahuan bahwa baterai ponsel habis membuat Asya terpaksa memasukkan benda itu ke dalam saku jaketnya. Padahal tadi niatnya ia ingin merusuh di grup chat. Mengatakan ini itu tentang Gavin.
Asya duduk di teras rumah dengan tidak tenang. Ia menggigit bibir bawahnya, sesekali mengusap-usap kedua telapak tangannya yang terasa dingin.
"Gavin mau ke sini?"
"Aduh, gimana ya?!"
"Gue kan nggak pernah ngajak cowok main ke rumah."
"Kalo Mama tau gimana?"
Sekitar dua puluh menit Gavin belum juga datang. Hal itu tidak membuat Asya sedikit menenangkan dirinya. Asya ingin segera masuk, tapi nanti takutnya Gavin tiba-tiba datang. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu lebih lama lagi.
Satu jam kemudian
Gavin tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Asya sendiri sudah bisa lebih tenang. Namun tak bisa dipungkiri kalau ia juga merasa kesal dengan playboy cap gajah itu.
Saat ia ingin menanyakan dimana lokasi Gavin sekarang, ia teringat kalau ponselnya mati.
"Ck, Jangan-jangan gue dikerjain lagi!"

KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...