Gavin Anak Setan

1.1K 85 42
                                    

Jangan lupa vote, komen, follow, dan share!!!

Dukungan dari kalian akan sangat membantu semangat penulis dalam melanjutkan cerita :)

Happy reading 🔥🔥🔥



***


Gavin melangkah masuk ke dalam sebuah kafe dekat dengan sekolah. Cowok itu bosan jika harus berdiam diri di rumah menunggu jahitan di lukanya kering. Jadi, meskipun harus berjalan agak pelan, Gavin memilih keluar.

Sebenarnya, Intan sudah melarang putranya pergi padahal kondisinya masih belum terlalu baik. Namun, Gavin tetaplah Gavin. Ia pergi dengan mengendap-endap ketika menyadari Intan lengah dalam mengawasinya.

Intan berpikir Gavin akan tetap di rumah. Lagipula sebentar lagi Davin pulang, jadi ia tidak terlalu mengawasi Gavin.

Gavin sendiri tidak tahu mau apa mampir ke kafe ini. Kafe yang pengunjungnya kebanyakan berasal dari SMA Rajawali dan SMA Galaksi. Mengingat budget yang harus dikeluarkan minimal di sini cukup banyak. Makanya lebih didominasi oleh kedua SMA elit itu.

Ia berjalan ke kasir untuk memesan vanilla latte dan kentang goreng. Kemudian membayarnya. Gavin menunggu sejenak pesanannya. Ia menarik Hoodie jaketnya agar tidak ada yang mengenali wajahnya setelah menyadari sesuatu.

Ada Asya dan cowok itu di sini!

Entah apa yang tengah mereka bicarakan. Namun terlihat Asya gembira bersama cowok itu.

"Ini pesanannya, Mas!" Gavin menoleh dan mengambil pesanannya. Hatinya agak dongkol. Setelah itu, ia melangkah ke arah meja yang masih kosong. Letaknya di pojok belakang. Sengaja ia memilih bagian situ agar Asya tidak bisa menyadarinya.

Gavin meminum pesanannya, sesekali melirik ke arah Asya yang masih belum sadar keberadaannya.

Fokusnya beralih pada pintu yang terbuka. Dua orang cowok masuk. Salah satu dari mereka dengan gamblangnya memeluk Asya dari belakang. Sementara yang satunya bersungut kesal.

Gavin terkejut. Ia kenal dengan salah satu dari tiga cowok itu!

"Echan?"

Cowok itu tersenyum miring. Ternyata dunia sesempit ini. Ia mengangguk samar.

Beberapa menit mereka masih bertahan di sana. Sebelum akhirnya Asya berdiri, diikuti cowok yang biasa bersamanya itu. Menyisakan Echan dan satu temannya yang tadi memeluk Asya.

Keduanya berjalan keluar dari kafe. Mau pulang mungkin?

Setelah kepergian Asya, Gavin melambai ke arah Echan. "Chan!"

Sang empunya nama terlihat bingung untuk beberapa saat. Namun sedetik kemudian, wajahnya begitu terkejut mendapati keberadaan Gavin di kafe itu.

Echan berdiri, menghampiri Gavin yang masih duduk dengan santai. Cowok itu mendaratkan pantatnya di kursi depan Gavin. "Bang! Gue laporin ke Tante Intan loh ya! Berani-beraninya keluyuran padahal kemaren baru ketusuk," kata Echan dengan raut serius yang dibuat-buat. Biar dramatis.

Gavin berdecak kesal. Ia mengambil sebiji kentang goreng lalu memasukkan ke dalam mulutnya. "Lapor aja sono! Kagak peduli gue."

Echan meringis. "Becanda Bang! Elah, gitu aja ngambek." Tanpa malu, ia mengambil satu kentang goreng milik Gavin.

Gavin menurunkan hoodienya yang tadi menutup kepala setelah dirasa keadaan cukup aman. Tiga detik ia menatap keluar dinding kafe yang transparan guna memastikan keberadaan Asya sudah benar-benar pergi. Lalu matanya melirik ke arah cowok yang tadi datang bersama Echan.

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang