Khawatir

1.5K 93 2
                                    

Happy reading!!

Vote, komentar, share, follow!!



***



Gavin menepi ke pinggir jalan. Cowok itu memukul setang motornya dengan perasaan kesal. Campur aduk sih sebenarnya. Kesal, marah, tapi juga khawatir.

"Bego! Kalo ada apa-apa gimana?" sarkasnya pada diri sendiri. Ia melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul setengah lima sore.

Dengan hati yang tidak tenang, Gavin putar balik menuju ke sekolahan. Siapa tahu Asya masih di sana. Atau kalau tidak ada, ia akan menyusuri jalanan untuk mencari gadis itu.

Kalau sudah pulang ya syukurlah.

Kalau ketemu di jalan ya Alhamdulillah.

Matanya sesekali melirik ke atas dimana awan hitam mulai berdatangan. Sepertinya akan ada hujan deras. Gemuruh pun mulai terdengar.

Gavin mempercepat laju motornya. Kali ini rasa cemasnya lebih tinggi daripada rasa gengsi. Ia akan sangat menyesal jika sampai terjadi sesuatu pada Asya.

***

Asya berlari secepat mungkin untuk mencari tempat berteduh. Hujan semakin deras, dan sialnya ia tak kunjung menemukan bangunan di sekitarnya. Yang ada hanyalah jalanan beraspal serta tanaman pucuk merah di sepanjang mata memandang.

"Aakkh...."

Asya memekik keras. Gadis itu berjongkok sembari menutup kedua telinganya ketika suara petir tiba-tiba menyambar.

Inilah yang paling tidak disukai Asya ketika hujan turun. Yaitu suara petir yang mengagetkannya. Bukannya Asya tidak suka dengan hujan. Kalau boleh jujur Asya menyukai hujan, tetapi tidak dengan petir yang menyertainya.

Rasanya ia ingin menangis saja. Gadis itu marah sebesar-besarnya kepada Ryan yang tak kunjung datang. Lihat saja nanti, kalau nanti malam Ryan ke rumahnya, ia tak akan segan-segan untuk melempari wajah bocah itu dengan boneka panda pemberian Gavin. "Kok Gavin lagi, sih?" gumamnya seraya meringis menahan tangis. Ia masih belum berdiri karena terlalu takut jika nanti ada petir yang menyambar langit lagi.

"Asya!"

Asya menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Seorang cowok yang kini sama basa dengannya terlihat berhenti tepat di sampingnya. Mengusap wajah yang terkena air hujan agar pandangannya bisa lebih jelas.

"Naik!" titah cowok berwajah tirus itu.

"Dejan?"

Dejan terkekeh pelan, "Iya gue! Ayo buruan! Lo mau kedinginan di situ?"

Mendengar itu Asya langsung berdiri dan menaiki motor Vespa milik Dejan. Tak butuh waktu lama, motor yang mereka tumpangi melaju menembus hujan.

Hujan yang terlalu deras membuat Dejan terpaksa menepi di halte bus. Ia tidak mungkin memaksakan diri untuk tetap melanjutkan perjalanan karena jarak pandangnya sangat pendek. Terlebih lagi ia membawa Asya, tentunya ia tidak mau gadis yang disukai sampai kenapa-napa.

"Hujannya gede banget, gue nggak bisa liat apa-apa di depan."

Asya mengangguk. Ia mengusap-usap kedua telapak tangannya untuk mengurangi rasa dingin.

"Lo kok bisa lewat sini sih Jan?" tanya Asya.

Dejan tertawa pelan, "Tadi gue habis dari rumah temen sama Ryan. Tiba-tiba di jalan hujan, tapi karena udah terlanjur basah, ya gue terobos aja. Eh, malah ketemu Lo di pinggir jalan."

"Ryan nya mana?" Asya bertanya sedikit kesal. Pantas saja anak itu tidak kunjung datang. Ternyata mereka dari rumah temannya.

"Lah, iya ya, bukannya tadi di belakang gue?"

Asya tertawa kecil. Ia menatap ke arah jalanan yang sepi. Matanya menyipit ketika melihat sebuah motor diparkir di samping motor Dejan.

Seketika jantungnya berdetak kencang menyadari siapa cowok itu. Gavin turun dari motornya dan berjalan ke halte bus untuk ikut berteduh.

Tatapan mereka sempat bertemu beberapa saat. Gavin juga sama terkejutnya melihat Asya ada di sana bersama seorang cowok. Ia memilih untuk memutuskan pandangan terlebih dahulu. Gavin duduk di samping Asya, agak jauh.

Sekarang, Asya merasa sangat tidak nyaman. Di kedua sisinya ada Gavin dan Dejan. Mau memulai obrolan, tapi dengan siapa?

"Lo kok sekarang jarang main ke rumah?"

Asya akhirnya bernapas lega ketika Dejan melontarkan pertanyaan. "Males gue ketemu Ryan. Apalagi kalo ada Lucas sama Dery, gue takut jadi ikutan gila." Dejan tertawa mendengarnya. Akhirnya ia bisa sedikit mencairkan suasana. Ia tahu soal Gavin. Ia juga tahu kalau cowok di samping Asya adalah Gavin. Dan ia ingin membuat Asya tidak merasa canggung, makanya sebisa mungkin ia mencari topik pembicaraan.

Di bangku paling ujung, Gavin sangat penasaran dengan cowok yang bersama Asya itu. Melihat interaksi mereka berdua yang seakan-akan sudah kenal lama membuatnya merasa iri. Apalagi sampai melihat Asya tertawa karena cowok itu. Ada sedikit rasa tidak rela di dalam hatinya. Dan ia tidak tahu kenapa. Nggak boleh ada cowok yang bisa buat Asya ketawa selain gue! Batinnya.

"Itu Ryan!"

Ryan tidak sendiri, ia datang bersama kedua temannya. Dalam hati Asya berdoa semoga mereka tidak membuat ulah yang akan menurunkan citranya di depan Gavin.

Seketika wajah Asya dipenuhi oleh emosi. Gadis itu menatap tajam Ryan yang justru mengeluarkan cengiran khasnya. Mulutnya bergerak mengucapkan kata 'sori' dengan jari telunjuk dan jari tengah yang terangkat.

Asya mendengus di tempatnya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Cukup risi juga kalau harus berkumpul dengan lima cowok sedangkan ia adalah satu-satunya cewek di sini.

Tapi beruntunglah Asya karena sebelum mereka sampai di halte, hujan sudah berhenti. "Pulang yuk!" Asya berdiri diikuti oleh Dejan. Ia menoleh ke arah Gavin sebentar. Namun Gavin sama sekali tidak menatapnya. Akhirnya ia berjalan dengan perasaan kecewa.

"Lah, baru aja mau neduh! Hujannya berhenti!!" kesal salah satu teman Ryan.

Asya tidak memperdulikan mereka. Ia tetap berjalan lurus seolah ia tidak pernah bertemu makhluk-makhluk ini.

"INI SEMUA KARENA...." Cowok yang bertubuh tinggi itu berteriak membuat Gavin yang duduk di halte menoleh dengan tatapan heran.

"TTEOKBOKKIIII!!!!"

Asya menutup kedua telinganya. Dejan tertawa. Sementara di halte, Gavin terlonjak.

Semua itu karena teriakan Ryan dan kedua temannya yang memekakkan telinga.

Asya menatap kesal ketiganya yang kini justru saling menyalahkan satu sama lain. Kabarnya tadi sebenarnya mereka ingin pergi ke restoran Korea untuk makan tteokbokki, tapi gagal karena restorannya tutup.









***



Next?





3-12-2020

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang